Demo di Jakarta
KontraS Soroti CCTV Padam saat Kerusuhan Kwitang Berlangsung: Pola yang Selalu Berulang
Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, mengatakan kondisi CCTV yang padam di tengah peristiwa besar bukan hal baru
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyoroti padamnya kamera pengawas (CCTV) di sekitar kawasan Kwitang, Senen, dan Salemba saat kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus lalu.
CCTV adalah sistem kamera pengawas yang digunakan untuk memantau dan merekam aktivitas di area tertentu secara tertutup.
Baca juga: KontraS Soroti Sederet Kejanggalan Terkait Penemuan Kerangka di Kwitang Jakarta Pusat
Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, mengatakan kondisi CCTV yang padam di tengah peristiwa besar bukan hal baru. Menurutnya, pola serupa sering terjadi dalam setiap insiden penting di Indonesia.
"CCTV rusak itu kan hal yang biasa dalam situasi penting di Indonesia. Kalau kita lihat ketika proses aksi yang terjadi di Agustus, CCTV itu mulai padam di sekitar Kwitang, Senen, dan juga Salemba. Terus dari tanggal 28 malam sampai 31 Agustus," kata Dimas kepada wartawan, di RS Polri, Jumat (7/11/2025).
Baca juga: Dua Kerangka di Gedung ACC Kwitang Teridentifikasi, Penyebab Kematian Masih Misterius
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) adalah organisasi hak asasi manusia di Indonesia yang fokus pada penyelidikan kasus penghilangan paksa dan kekerasan terhadap warga sipil.
Ia menyebut padamnya CCTV kali ini juga terjadi di lokasi strategis yang berdekatan dengan Mako Brimob Kwitang, Jakarta Pusat.
"Di lokasi ACC yang sebetulnya memang berada persis di depan Mako Brimob di Kwitang, kita memang nggak bisa mengakses CCTV melalui situs webcam DKI Jakarta, karena memang kondisinya semua dipadam," ujarnya.
Menurut Dimas, pola berulang ini menjadi tanda tanya besar. Ia menyebut, pemadaman CCTV kerap terjadi bersamaan dengan peristiwa besar yang menelan korban jiwa, namun tak pernah dijelaskan secara tuntas oleh kepolisian.
"Jadi ini kejengelan yang kalau kita bisa jawab, ini sebuah siklus yang berulang. Seolah-olah ketika selalu ada aksi besar, ada peristiwa besar, CCTV itu selalu padam. Itu jadi pertanyaan kami," tutur Dimas.
KontraS bersama keluarga korban bahkan sempat melayangkan surat kepada Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya pada 29 September lalu, untuk menanyakan alasan di balik pemadaman CCTV tersebut.
"Kami bersama keluarga Farhan memberikan surat desakan kepada Dirkrimum Polda Metro Jaya. Kenapa polisi tidak bisa mencegah pemadaman CCTV? Polisi tidak menjawab," kata Dimas.
Dimas menambahkan, berdasarkan penelusuran pihaknya, setelah olah tempat kejadian perkara (TKP) dilakukan pada 19 Oktober, garis polisi di lokasi sempat dicabut dan tidak ada penjagaan di sekitar gedung.
Kondisi itu, kata Dimas, menimbulkan banyak kemungkinan, termasuk dugaan dua kerangka manusia yang ditemukan pada 29 Oktober mungkin tidak berada di lokasi sejak awal kebakaran.
"Ada banyak hal yang kemungkinan besar juga bisa mengindikasikan bahwa jangan-jangan dua kerangka itu tidak berada di lokasi sejak tanggal 29. Karena ada proses police line dicabut dan penjagaan gedung yang tidak terlalu ketat setelah 19 Oktober," ujarnya.
Baca juga: Identitas Dua Kerangka di Kwitang Teridentifikasi: Reno Syahputro Dewo dan Muhammad Farhan Hamid
Sebelumnya, dua kerangka manusia ditemukan di lantai dua Gedung Astra Credit Companies (ACC) Kwitang, Jakarta Pusat.
Polisi memastikan keduanya merupakan Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid, dua orang yang sebelumnya dilaporkan hilang pascakerusuhan di kawasan tersebut.
"Hasil pemeriksaan DNA telah keluar. Post mortem cocok dengan ante mortem sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputra Dewo,"kata Karo Labdokkes Polri, Brigjen Sumy Hastry Purwanti, dalam konferensi pers di RS Polri, Jakarta Timur, Jumat (7/11/2025).
"Post mortem cocok dengan ante mortem sehingga teridentifikasi sebagai Muhammad Farhan Hamid," lanjutnya.
Sebelumnya, dua kerangka manusia itu ditemukan oleh tim teknis gedung saat memeriksa konstruksi bangunan untuk keperluan renovasi.
Gedung tersebut sempat terbakar pada 29 Agustus 2025 ketika terjadi aksi unjuk rasa yang berujung ricuh di kawasan Kwitang.
Penemuan dua kerangka itu kemudian dikaitkan dengan laporan orang hilang atas nama Reno dan Farhan.
Keluarga dari kedua korban telah menyerahkan sampel biologis untuk kepentingan tes DNA, yang hasilnya kini dinyatakan cocok oleh tim forensik Polri.
Demo di Jakarta
| Nasib Farhan: Niat Nonton Demo, Berujung Ditemukan Tinggal Kerangka di Kwitang |
|---|
| Keluarga Menangis Ketika Kerangka di Gedung Kwitang Dipastikan 2 Orang yang Hilang saat Demo Ricuh |
|---|
| Hasil Tes DNA: 2 Kerangka Hangus yang Ditemukan di Kwitang Adalah Reno dan Farhan |
|---|
| Menanti Hasil Tes DNA 2 Kerangka di Kwitang yang Bakal Diumumkan Hari Ini, Ada Dugaan Pendemo Hilang |
|---|
| Datangi Kejari Jakpus, TAUD Desak Kejelasan Turunan Berkas dan Penangguhan Penahanan Delpedro Cs |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.