Kemendikti Wanti-Wanti Para Dosen agar Tak Kebablasan Demo Tukin: Jangan Sampai Coreng Marwah ASN
Dosen ASN Kemendikti Saintek demo soal tukin yang tak kunjung cair, Sekretaris Kemendikti Saintek ingatkan jangan sampai kebablasan.
Togar mengatakan, pihaknya akan berupaya mencukupkan anggaran sebesar Rp2,5 triliun untuk memberikan tukin pada semua dosen ASN Kemendikti Saintek.
Dia berharap, ke depannya anggaran tukin Kemendikti Saintek akan bertambah dan bisa mencakup memberikan tukin untuk semua dosen.
"Iya dicukupkan, sama dengan pengalaman dari kementerian lain dimulai dengan 80 persen dan 20 persen adalah ruang perbaikan yang bisa ditingkatkan sampai dengan 100 persen," ujar Togar.
Togar juga menegaskan, pihaknya tidak bisa membayarkan tukin sejak tahun 2020 karena kementerian terdahulu yakni Kementerian Pendidikan, kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tidak mengajukan alokasi anggaran tukin ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
"Iya, tidak bisa (dibayarkan tukin 2020-2024) kepatuhan parsial dan tutup buku, itu karena "ketidaksempatan" dari kementerian yang lalu. Itu fakta yang terjadi. Kecuali ada penjelasan lain yang lebih populi," ujarnya.
Dosen ASN Kemendikti Hanya Makan Sehari Sekali Imbas Tukin Tak Dibayar
Pembina Aliansi Dosen ASN Kemendikti Saintek Seluruh Indonesia (Adaksi), Fatimah mengatakan para dosen ASN Kemendikti Saintek hanya bisa makan sehari sekali, imbas tukin tak kunjung dicairkan.
Bahkan, kata Fatimah, ada yang sampai ingin mengakhiri hidup mereka sendiri karena hal tersebut.
"Saya telah mendapatkan banyak masukan dari para dosen. Ada yang sampai mau bunuh diri, makan sehari sekali," kata Fatimah kepada awak media di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Senin.
Fatimah mengatakan, memang kebanyakan kalau baru diterima PNS gaji hanya Rp2 jutaan. Itu buat makan sehari-hari.
Dengan pendapatan tersebut, ia mempertanyakan bagaimana membayar rumah dan lainnya.
"Jadi tidak layak sekali, gaji kita jauh di bawah UMR," terangnya.
Karena hal tersebut, katanya, berdampak pada kinerja para dosen.
"Dari segi pelanggaran integritas akademik. Mohon maaf perjokian, jasa-jasanya nggak jelas," kata Fatimah.
"Rangking pendidikan kita lebih rendah dari negara lain karena dosen itu fokus cari sampingan," tandasnya.
(Tribunnews.com/Rifqah/Rahmat Fajar) (Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.