Sabtu, 16 Agustus 2025

Kasus di PT Sritex

8 Tersangka Baru Kasus Sritex, Allan Moran hingga Babay, Berikut Profil, Peran & Keterlibatan Mereka

Kejagung mengungkap peran delapan tersangka baru kasus korupsi pemberian dana kredit bank kepada PT Sritex. Berikut peran dan keterlibatan mereka.

Penulis: Fahmi Ramadhan
Editor: Dewi Agustina
Fahmi Ramadhan/Tribunnews.com
KASUS PT SRITEX - Momen Para Tersangka Kasus korupsi dana kredit bank kepada PT Sri Rejeki Isman (Sritex) saat digiring ke mobil tahanan Kejaksaan Agung, Selasa (22/7/2025) dini hari. Berikut peran dan keterlibatan para tersangka yang diungkap pihak Kejaksaan Agung. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kejaksaan Agung (Kejagung) mengungkap peran delapan tersangka baru kasus korupsi pemberian dana kredit bank kepada PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk.

Para tersangka baru itu berasal dari pihak Sritex serta beberapa mantan petinggi bank pelat merah yakni BJB, DKI dan Bank Jateng.

Baca juga: Kejaksaan Agung Respons Temuan Uang Tunai Rp 2 Miliar di Rumah Dirut Sritex Iwan Kurniawan

Siapa saja 8 tersangka baru tersebut?

Apa saja keterlibatan dan peran mereka dalam kasus korupsi pemberian dana kredit bank kepada PT Sritex?

Berikut rangkumannya:

1. Allan Moran Severino

Allan Moran Severino adalah mantan Direktur Keuangan PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang menjabat dari tahun 2006 hingga 2023. 

Allan diduga menyalahgunakan dana kredit dari Bank DKI yang seharusnya digunakan untuk modal kerja, namun dialihkan untuk melunasi utang perusahaan berupa medium term note (MTN).

Baca juga: Kakak Tersangka, Besok Iwan Kurniawan Diperiksa Lagi Kasus Korupsi Sritex

Ia juga disebut menggunakan invoice fiktif dalam proses pengajuan kredit.

Bersama 7 tersangka lainnya dari pihak bank, Allan diduga berperan aktif dalam manipulasi proses pencairan kredit yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp 1,08 triliun.

Profil singkat

Allan Moran Severino lahir pada 26 Maret 1956 di Cebu, Filipina.

Lulusan University of San Carlos, Guatemala ini berdomisili di Sukoharjo, Jawa Tengah.

KASUS SRITEX - Penyidik Kejaksaan Agung menggeledah rumah Direktur Utama PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/6/2025). Dari penggeledahan itu penyidik menyita uang senilai Rp 2 miliar. 
KASUS SRITEX - Penyidik Kejaksaan Agung menggeledah rumah Direktur Utama PT Sritex Iwan Kurniawan Lukminto di Surakarta, Jawa Tengah, Senin (30/6/2025). Dari penggeledahan itu penyidik menyita uang senilai Rp 2 miliar.  (Tribunnews.com/HO/Kejagung)

Sebelum bergabung dengan Sritex, ia pernah menjabat di berbagai perusahaan seperti PT Bimoli, PT Argha Giri Perkasa, dan PT Tirtamas Majutama.

Peran Allan

Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung, Nurcahyo Jungkung Madyo, menjelaskan Allan merupakan penanggung jawab keuangan Sritex, khususnya terkait urusan pengajuan kredit ke pihak perbankan.

Allan mengajukkan permohonan kredit kepada Bank DKI.

"Memproses permohonan pencairan kredit dengan underlying berupa invoice fiktif. Menggunakan uang pencairan kredit dari Bank DKI tidak sesuai dengan peruntukannya, yaitu modal kerja. Melainkan menggunakan uang pencairan kredit tersebut untuk melunasi utang MTN (medium term note)," jelas Nurcahyo dalam jumpa pers, Selasa (22/7/2025) dini hari.

2. Babay Farid Wazadi 

Babay Farid Wazadi adalah seorang profesional perbankan Indonesia yang kini menjadi sorotan karena keterlibatannya dalam kasus korupsi pemberian kredit kepada PT Sritex).

Karier dan jabatan

Menjabat sebagai Direktur Bisnis Bank DKI dari 2012 hingga 2022

Merangkap sebagai Direktur Kredit UMKM dan Keuangan Bank DKI pada periode 2019–2022

Pada 2023, ia diangkat sebagai Direktur Utama Bank Sumut melalui RUPSLB

Keterlibatan dalam kasus Sritex:

  • Pada 21 Juli 2025, Kejaksaan Agung menetapkan Babay sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pemberian kredit kepada Sritex.
  • Ia memiliki kewenangan memutus kredit dalam limit Rp 75–150 miliar sebagai bagian dari Komite A-2 Bank DKI.
  • Babay diduga tidak mempertimbangkan kewajiban utang MTN Sritex yang akan jatuh tempo di BRI
  • Tidak melakukan analisis kelayakan kredit sesuai norma umum perbankan

Latar belakang pendidikan:

Babay merupakan lulusan Sarjana Pertanian Universitas Gadjah Mada

Dia kemudian melanjutkan studi Pascasarjana Manajemen Bisnis di International University of Japan

Babay dikenal aktif dalam literasi keuangan dan kegiatan sosial.

Nurcahyo menyebut tersangka Babay Farid Wazadi berperan sebagai pejabat yang berwenang untuk memutus pemberian kredit berdasarkan analisa kelayakan.

Namun kata Nurcahyo, Babay tak mempertimbangkan masih adanya utang Sritex kepada BRI sebelum pencairan dilakukan.

Dalam proses pemberian kredit tersebut, Babay juga tak meneliti lebih dulu keuangan Sritex.

3. Pramono Sigit

Pramono Sigit adalah mantan Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI periode 2015–2021.

Dia ditahan oleh Kejaksaan Agung di Rutan Salemba sejak 21 Juli 2025.

Pramono disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.

Peran Pramono Sigit dalam kasus Sritex:

  • Ia memiliki kewenangan memutus pemberian kredit kepada Sritex
  • Diduga tidak melakukan analisis kelayakan kredit sesuai norma umum perbankan dan ketentuan internal Bank DKI
  • Tetap menyetujui pencairan kredit meskipun jaminan yang diberikan tidak berbentuk kebendaan, dan Sritex bukan debitur prima
  • Keputusan kredit yang diambilnya didasarkan pada memorandum analisis kredit (MAK) yang tidak diverifikasi secara menyeluruh

4. Yuddy Renaldi

Yuddy Renaldi ditersangkakan oleh KPK pada Maret 2025.

Karena alasan kesehatan, ia ditetapkan sebagai tahanan kota.

Profil singkat

Yuddy Renaldi adalah mantan Direktur Utama Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) yang menjabat dari 2019 hingga Maret 2025.

Dia lahir di Bogor tahun 1964.

Berdasarkan LHKPN 2023, ia tercatat memiliki kekayaan sebesar Rp 66,5 miliar.

Latar belakang pendidikan

  • Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti (1990)
  • Magister Manajemen dari STIE IPWI Jakarta (2000)

Yuddy mengundurkan diri dari jabatannya pada 4 Maret 2025, tepat saat penyidikan kasus pertama dimulai. 

Jabatan yang pernah diemban:

  • Bank Mandiri sebagai Group Head Subsidiaries
  • Bank BNI sebagai SEVP Remedial & Recovery
  • Bank BJB sebagai Direktur Utama sejak 2019

Kasus hukum yang menjerat:

  • Korupsi pengadaan jasa agensi iklan Bank BJB (2021–2023)
  • Diduga menyusun skema kickback melalui pengaturan pemenang tender
  • Korupsi pemberian kredit kepada PT Sritex

Peran

Yuddy Renaldi berperan menyetujui penambahan batas pemberian kredit kepada Sritex.

Plafon kredit Sritex diperbesar menjadi Rp 350 miliar.

"Walaupun ia mengetahui dalam rapat komite kredit pengusul MAK menyampaikan bahwa PT Sri Rejeki Isman dalam laporan keuangannya tidak mencantumkan kredit existing sebesar Rp 200 miliar," jelas Nurcahyo.

5. Benny Riswandi

Benny Riswandi adalah mantan Senior Executive Vice President (SEVP) Bisnis Bank BJB yang menjabat dari 2019 hingga 2023. 

Peran dalam kasus Sritex:

  • Benny memiliki kewenangan memutus kredit modal kerja senilai Rp 200 miliar
  • Diduga tidak menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai prinsip kehati-hatian perbankan
  • Kredit yang disetujui digunakan oleh Sritex untuk melunasi utang MTN, bukan untuk modal kerja seperti yang diajukan

Status hukum:

  • Benny ditahan oleh Kejaksaan Agung di Rutan Salemba cabang Kejari Jakarta Selatan sejak 21 Juli 2025
  • Disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP

Menurut Nurcahyo, Benny juga dinilai tak melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kondisi Sritex sebelum pencarian kredit dilakukan.

"Sedangkan tersangka mengetahui bahwa PT. Sri Rejeki lsman mengalami penurunan produksi dan penurunan ekspor serta peningkatan kewajiban karena memiliki kredit di beberapa Bank sesuai yang tertera dalam SLIK OJK," papar Nurcahyo.

6. Supriyatno

Supriyatno adalah mantan Direktur Utama Bank Jateng periode 2014–2023.

Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung pada 21 Juli 2025 bersama tujuh tersangka lainnya dari berbagai bank daerah.

Peran Supriyatno dalam kasus:

  • Menyetujui pemberian kredit kepada Sritex meskipun mengetahui bahwa kewajiban utang perusahaan lebih besar daripada asetnya, sehingga kredit tersebut berisiko tinggi
  • Tidak membentuk komite kelayakan kredit untuk menilai kemampuan Sritex secara menyeluruh
  • Tidak melakukan analisis laporan keuangan secara mendalam sebelum menandatangani usulan kredit

Status hukum:

  • Ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung
  • Disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP
  • Supriyatno juga merupakan pejabat yang berwenang dalam memutus pemberian kredit. 
  • Dia diduga tak membentuk komite untuk menguji kelayakan Sritex dalam menerima kredit.

"Menyetujui pemberian Kredit kepada PT Sritex, walaupun mereka mengetahui kewajiban PT Sritex lebih besar dari aset yang dimiliki sehingga kredit tersebut berisiko," jelas Nurcahyo.

Dia juga tak melakukan analisa secara menyeluruh laporan keuangan sebelum menandatangani usulan kredit yang diajukan oleh Sritex.

7. Pujiono

Pujiono adalah mantan Direktur Bisnis Korporasi dan Komersial Bank Jateng yang menjabat pada periode 2017 hingga 2020. 

Ia kini menjadi salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi pemberian kredit kepada PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang menyebabkan kerugian negara sebesar Rp1,08 triliun.

Peran Pujiono dalam kasus Sritex:

  • Menyetujui pemberian kredit kepada Sritex tanpa melakukan analisis dan evaluasi kelayakan secara menyeluruh
  • Diduga mengabaikan prinsip kehati-hatian perbankan, termasuk kondisi keuangan Sritex yang tidak sehat
  • Tidak membentuk atau melibatkan komite kelayakan kredit sebelum pencairan dilakukan

Status hukum:

  • Ditahan oleh Kejaksaan Agung di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung sejak 21 Juli 2025
  • Disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP

Kasus ini menjadi bagian dari skandal besar yang melibatkan sejumlah pejabat bank daerah dan manajemen Sritex, serta menunjukkan lemahnya pengawasan dalam proses pemberian kredit bernilai besar

Hampir serupa dengan Supriyatno, Pujiono juga merupakan sosok yang berperan dalam memutus pemberian kredit kepada Sritex.

Meski begitu dia dinilai tidak melakukan analisa dan evaluasi kepada Sritex sebelum kredit diberikan.

8. Suldiarta

Suldiarta adalah mantan Kepala Divisi Bisnis Korporasi dan Komersial Bank Jateng periode 2018–2020.

Peran Suldiarta dalam kasus Sritex:

  • Menandatangani MoU dengan Sritex tanpa melakukan verifikasi laporan keuangan perusahaan
  • Tidak menyusun analisis kredit berdasarkan data yang telah diverifikasi
  • Menandatangani Surat Persetujuan Limit Supply Chain Financing tanpa kajian risiko yang memadai
  • Diduga tidak memastikan operasional bank berjalan sesuai prinsip manajemen risiko

Status hukum:

  • Ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung pada 21 Juli 2025
  • Ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejaksaan Agung bersama dua pejabat Bank Jateng lainnya, Supriyatno dan Pujiono
  • Disangkakan melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 jo Pasal 18 UU Tipikor, juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP

Saat digiring ke mobil tahanan, Suldiarta terlihat menggunakan tongkat dan berjalan pelan, namun menyatakan dirinya dalam kondisi sehat.

Suldiarta disebut tidak melakukan analisa terhadap kemampuan bayar Sritex sebelum kredit diberikan.

Dia juga tak melakukan verifikasi lebih lanjut terkait laporan keuangan yang disampaikan Sritex saat mengajukan kredit.

Atas perbuatan para tersangka tersebut kata Nurcahyo, negara mengalami kerugian senilai Rp Rp 1.088.650.808.020 (Rp1,08 Triliun). 

Jumlah kerugian tersebut pun bertambah yang tadinya hanya sebesar Rp 692 miliar.

Alhasil delapan orang itu pun menyusul tiga orang lainnya yang sudah lebih dulu ditetapkan tersangka oleh Kejagung, yakni:

  • Komisaris PT Sritex, Iwan Setiawan Lukminto
  • Pemimpin Divisi Komersial dan Korporasi Bank BJB tahun 2020, Dicky Syahbandinata 
  • Zainudin Mappa selaku Direktur Utama Bank DKI tahun 2020

Direktur Penyidikan pada Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar mengatakan, Iwan diduga menyalahgunakan dana pemberian kredit dari bank untuk keperluan pribadi dan bukan untuk perusahaan.

Sedangkan Dicky dan Zainuddin memberikan kredit kepada Iwan namun mengabaikan persyaratan atau prosedur yang berlaku.

Perbuatan para tersangka, diduga telah merugikan keuangan negara Rp 692 miliar.

Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 juncto Pasal 18 UU Tipikor juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.

Penulis: Tribunnews.com/Fahmi Ramadhan/Wik

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan