Kamis, 6 November 2025

Pendidikan Harus Menembus Batas Geografis agar Mahasiswa Siap Hadapi Dunia Global

Keseimbangan antara nilai-nilai budaya Indonesia dan kemampuan berpikir global akan melahirkan generasi profesional

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
PENDIDIKAN TAK TERBATAS - Founder & CEO LSPR Institute of Communication and Business, Dr (H.C) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR  (kanan) dan Mr Rhod Fiorini, Head of UCL Summer School Programme.  Prita menegaskan bahwa sistem pendidikan tinggi harus beradaptasi dengan realitas global agar mahasiswa siap menghadapi perubahan dunia kerja yang semakin dinamis sehingga pendidikan masa kini tidak bisa lagi dibatasi oleh ruang kelas atau wilayah tertentu 

Ringkasan :

Ringkasan Berita:
  • Founder & CEO LSPR Institute, Dr. Prita Kemal Gani, menegaskan pendidikan tinggi harus menembus batas geografis agar mahasiswa siap menghadapi dunia global. 
  • Mahasiswa perlu belajar di lingkungan internasional untuk memperluas wawasan, memahami budaya berbeda, dan mengasah kemampuan adaptasi. 
  • Menurutnya, pengalaman lintas batas ini penting untuk membentuk profesional yang fleksibel, berpikir global, namun tetap menjaga nilai lokal.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Founder & CEO LSPR Institute of Communication and Business, Dr (H.C) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR, menegaskan bahwa sistem pendidikan tinggi harus beradaptasi dengan realitas global agar mahasiswa siap menghadapi perubahan dunia kerja yang semakin dinamis.

Menurutnya, pendidikan masa kini tidak bisa lagi dibatasi oleh ruang kelas atau wilayah tertentu.

Mahasiswa harus diberi kesempatan memahami budaya, sistem, dan cara berpikir lintas negara agar memiliki daya saing yang kuat di pasar global.

Baca juga: Peningkatan Mutu Pendidikan Tinggi Jadi Kunci Tingkatkan SDM Berdaya Saing

“Pendidikan yang berkualitas harus menembus batas geografis. Mahasiswa perlu belajar langsung dari lingkungan internasional, berinteraksi dengan komunitas akademik dunia, dan membawa pulang perspektif baru yang bermanfaat bagi perkembangan profesional mereka,” ujar Prita saat penandatanganan perjanjian dengan Mr Rhod Fiorini, Head of   University College London (UCL) Summer School Programme di London Inggris, belum lama ini.

Ia menambahkan, orientasi global bukan berarti meninggalkan identitas lokal. Justru, keseimbangan antara nilai-nilai budaya Indonesia dan kemampuan berpikir global akan melahirkan generasi profesional yang tangguh dan adaptif.

Prita juga menyoroti pentingnya pengalaman belajar lintas batas yang tidak hanya fokus pada teori akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter, komunikasi antarbudaya, dan kemampuan beradaptasi di lingkungan baru.

Sebagai bagian dari upaya itu, sejumlah mahasiswa Indonesia kini mendapat kesempatan mengikuti program studi jangka pendek di kampus internasional seperti University College London (UCL).

Program ini tidak hanya membuka wawasan akademik, tetapi juga melatih kemampuan sosial dan profesional di tingkat global.

Prita menilai, pengalaman semacam itu akan menjadi bekal penting bagi generasi muda dalam menghadapi persaingan global yang menuntut kolaborasi lintas disiplin dan lintas negara.

Baca juga: Tingkatkan Akses Pendidikan Tinggi, Bupati Bogor Canangkan Program Satu Desa Satu Sarjana

“Di masa depan, batas antara lokal dan global semakin tipis. Dunia kerja tidak lagi mengenal jarak, dan mahasiswa harus siap menghadapi kenyataan itu,” tuturnya.

Dengan UCL yang menempati peringkat ke-9 dunia versi QS World University Rankings 2025, kolaborasi ini diharapkan memperkuat peran pendidikan tinggi Indonesia dalam mencetak lulusan yang unggul, berwawasan global, dan adaptif terhadap perubahan internasional.

Rhod Fiorini dari UCL mengatakan, kolaborasi pendidikan internasional semakin penting untuk memperkuat mobilitas mahasiswa dan memperluas pemahaman antarbudaya.

“Kami melihat antusiasme yang besar dari mahasiswa Indonesia. UCL berkomitmen untuk menciptakan ruang belajar inklusif dan mendukung kolaborasi global yang berkelanjutan,” ujarnya.

Perjanjian kerja sama berlaku selama tiga tahun (2026–2028) dan akan dievaluasi setiap tahun untuk memastikan keberlanjutan dan relevansinya. 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved