Kamis, 13 November 2025

Gelar Pahlawan Soeharto

Gelar Pahlawan Nasional Disebut Pemutihan 'Dosa-dosa Besar' Soeharto

Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, menilai gelar Pahlawan Nasional menjadi pemutihan terhadap dosa besar Soeharto.

kebudayaan.kemdikbud.go.id
GELAR PAHLAWAN SOEHARTO - Potret Presiden ke-2 RI Soeharto. Soeharto memang disebut 'Bapak Pembangunan', tetapi gelar pahlawan nasional itu dinilai menjadi upaya untuk memutihkan sisi gelap otoritarianisme, KKN, dan pelanggaran HAM-nya. 

"Dengan demikian, dengan pemberian gelar tersebut maka dosa-dosa politik yang dilakukan Presiden Soeharto terhapus karena dianggap orang yang berjasa bagi republik ini."

Bahkan, menurut Arif, gelar pahlawan nasional Soeharto akan turut membersihkan noda yang ada pada rezim Orde Baru.

Arif melanjutkan, sayangnya, gelar pahlawan nasional Soeharto juga menghilangkan esensi reformasi yang notabene merupakan kritik terhadap rezim Orde Baru yang dipenuhi sederet kebijakan yang tak berpihak pada rakyat.

"Pemberian gelar pada Soeharto tentu dalam tanda petik akan 'memutihkan' rezim Orde Baru yang ditumbangkan dan diganti reformasi," tutur Arif.

"Pemberian gelar ini tentu akan menghilangkan esensi reformasi mengingat reformasi merupakan kritik terhadap rezim Orde Baru yang dianggap memiliki banyak cacat dan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat."

Membentuk Citra Prabowo

Arif lantas menilai, pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto akan membentuk citra Presiden RI Prabowo Subianto yang akan terkesan semakin militeristik.

Sehingga, pihak-pihak yang menolak pemberian gelar tersebut juga akan resisten atau melawan terhadap pemerintahan Prabowo.

Selain itu, gelar tersebut menandakan bahwa Prabowo berpihak kepada keluarga Soeharto.

"Tentu citra Prabowo Subianto akan dilihat semakin militer dan kemudian orang-orang yang melakukan penolakan terhadap pemberian gelar pada Soeharto tentu akan makin resisten terhadap pemerintah Prabowo hari ini," ujar Arif.

"Kalau secara ideologi, tentu ini bisa dibaca juga sebagai keberpihakan politik Prabowo Subianto kepada keluarga Soeharto atau keluarga rezim Orde Baru."

Arif mengingatkan, publik harus melihat secara objektif, bahwa Soeharto memang berjasa besar terhadap pembangunan Indonesia.

Akan tetapi, bukan berarti rekam jejak kelamnya dikesampingkan.

Oleh karenanya, Arif menilai, seharusnya penganugerahan gelar pahlawan nasional diberikan dengan pertimbangan yang jauh lebih matang dan bijak.

"Saya kira kita harus objektif bahwa Pak Harto memiliki banyak prestasi dan kontribusi bagi bangsa ini," papar Arif.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved