Temuan Masalah Gigi Tinggi saat CKG, Pemerintah Sebar Peralatan Kesehatan Modern ke Puskesmas
Merujuk hasil cek kesehatan gigi, yang dilansir Kemenkes, pada usia balita sampai anak sekolah, 31 persen kasus gigi tidak sehat.
Ringkasan Berita:
- Masalah gigi sangat tinggi di Indonesia
- Salah satu sebabnya, jumlah tenaga medis kurang dan di daerah peralatan kurang memadai
- Pemerataan layanan kesehatan gigi belum optimal
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Lucia Rizka Andalusia mengatakan, pihaknya bakal menyebar dental chair - rontgen gigi ke ribuan puskesmas di Indonesia
Peralatan terkait kesehatan gigi untuk diagnosis dan tata laksana ini diharapkan bisa membantu menyelesaikan masalah gigi banyak yang dialami masyarakat.
Masyarakat enggan skrining gigi karena takut ke dokter gigi, hingga ketersediaan tenaga medis yang kurang menjadi faktor penyebab masalah gigi di Indonesia tinggi.
Baca juga: Bukan Hanya Sebabkan Hipertensi, Masalah Gigi Ternyata Berisiko Picu Stroke
"Pemerintah juga telah menyalurkan dental chair dan perlengkapan kesehatan gigi untuk puskesmas dan fasilitas kesehatan di daerah terpencil. Karena justru deteksi dininya didapatkan dari puskesmas," kata dia saat ditemui saat kegiatan Indonesia Dental Exhibition and Conference (IDEC 2025) di JCC, Jakarta, Jumat (14/11/2025).
Merujuk pada hasil Cek Kesehatan Gratis (CKG) pada usia balita sampai anak sekolah, 31 persen kasus gigi tidak sehat.
Kemudian anak sekolah sampai remaja menempati 50 persen dan orang dewasa menempati 41,6 persen tidak sehat.
Serta kelompok lansia 59,4 persen adalah karies gigi.
Di sisi penyedia layanan, Lucia Rizka menyoroti kurangnya tenaga kesehatan, khususnya dokter gigi, di fasilitas kesehatan primer.
Indonesia masih kekurangan 2.775 dokter gigi di puskesmas, belum termasuk kebutuhan di rumah sakit.
"Kondisi ini menyebabkan pemerataan layanan kesehatan gigi belum optimal, serta membatasi kegiatan promotif–preventif di masyarakat," tutur dia.
Pemerintah kini tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan alat kesehatan, tetapi juga pada pengembangan ekosistem industri nasional.
Melalui IDEC 2025, Kementerian Kesehatan berharap sektor kesehatan gigi dapat menjadi contoh sukses transformasi industri alat kesehatan nasional bermutu, aman, kompetitif, dan berdaya saing internasional.
IDEC 2025 dibuka dengan penekanan pentingnya tema “Transformasi Ketahanan Kesehatan Gigi”.
Ketua IDEC 2025, drg. Himawan Halim, menyampaikan transformasi digital dan kecerdasan buatan menjadi kunci untuk meningkatkan presisi, efisiensi, dan akses layanan kesehatan gigi di masa depan.
Sementara itu, Managing Director & Vice President Asia-Pacific Koelnmesse Pte Ltd Mathias Kuepper mengapresiasi perkembangan IDEC sejak 2017, termasuk peningkatan 15 persen peserta pameran baru tahun ini.
Hal tersebut mencerminkan meningkatnya kepercayaan internasional terhadap Indonesia sebagai pusat inovasi kedokteran gigi di Asia Tenggara.
Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), drg. Usman Sumantri, menambahkan bahwa forum seperti IDEC memberikan ruang kolaborasi antara pemangku kepentingan di bidang kesehatan gigi, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tahun ini, pameran menampilkan 250 merek dari 11 negara termasuk paviliun internasional dari Tiongkok, Italia, dan Korea dengan beragam inovasi mulai dari teknologi pencitraan digital hingga alat diagnostik berbasis AI.
| Kemenkes Bakal Ubah Aturan Pemeriksaan Ibu Hamil untuk Menurunkan Angka Stunting |
|
|---|
| Kartu Asuransi Kesehatan Jepang Beralih ke MyNumber Card Mulai 2 Desember 2025 |
|
|---|
| Modus Korupsi Makanan Tambahan Bayi-Ibu Hamil: Biskuit Dicampur Tepung dan Gula Hingga Gizi Hilang |
|
|---|
| Dirut RSUD Ponorogo Jadi Tersangka Kasus Bupati Sugiri Sancoko, Ini Kata Kemenkes |
|
|---|
| Kasus DBD di Lapangan Jauh Lebih Besar daripada yang Tercatat di Data Resmi Kemenkes |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.