Konflik Palestina Vs Israel
Ruang Gelap Bantuan Gaza, Akademisi hingga Relawan Ungkap Fakta yang Tak Terlihat Publik
Tantangan musim dingin, badai, hingga rusaknya lokasi pengungsian juga disebut memperberat kebutuhan bantuan.
Ringkasan Berita:
- Diskusi publik di FISIP UI membahas “ruang gelap” atau proses tak terlihat publik dalam penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza.
- Para narasumber menyoroti berbagai hambatan, mulai dari pembatasan akses, dinamika politik global.
- Seluruh pembicara menegaskan pentingnya koordinasi lintas pihak, mitra lokal, lembaga internasional, relawan, dan diplomasi nasional.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Tantangan besar penyaluran bantuan kemanusiaan ke Gaza kembali mengemuka dalam diskusi publik bertajuk'Ruang Gelap Distribusi Bantuan Kemanusiaan di Tengah Gencatan Senjata' yang digelar di Auditorium Komunikasi FISIP Universitas Indonesia (UI), Kamis (20/11/2025).
Acara ini mempertemukan akademisi, praktisi kemanusiaan, relawan, dan jurnalis untuk membedah berbagai hambatan di lapangan serta mengurai dinamika yang kerap tidak terlihat publik.
Sejumlah narasumber hadir memberikan perspektif lintas disiplin, mulai dari Broto Wardoyo Ph.D. dan Asra Virgianita dari FISIP UI, Titi Moektijasih dari UN OCHA, Muhammad Ihsan dari LPM DT Peduli, Dr. Dr. Hadiki Habib dari MER-C, Harfin Nagsaybandy dari saluran tivi nasional, hingga dr. Prita Kusumaningsih SpOG dari BSMI.
Baca juga: Komisi I DPR Pastikan Dukungan Politik bagi Pemerintah dalam Misi Perdamaian Gaza
Mengungkap “ruang gelap” distribusi bantuan
Vice President Human Initiative (HI) Bambang Suherman menyebut banyak proses krusial yang tak pernah tampak oleh publik.
“‘Ruang gelap’ ini menggambarkan hambatan yang terjadi ketika bantuan bergerak menuju Gaza. Kami ingin membuka pemahaman bersama agar kolaborasi makin kuat dan akses bantuan makin terbuka,” ujarnya.
Pembatasan dan dinamika politik global
Keynote speaker dari Kementerian Luar Negeri, Indah Nuria Savitri, menyoroti ketatnya pembatasan terhadap organisasi kemanusiaan, ditambah tekanan politik global.
“Indonesia terus berperan dalam forum internasional dan memberi dukungan materi. Namun relawan masih menghadapi banyak kendala di lapangan. Karena itu, kerja sama nasional dan internasional harus terus kita perkuat,” ucapnya.
Koordinasi lintas pihak menjadi kunci
Boy Mareta dari Human Initiative menegaskan distribusi bantuan kini tak bisa dilakukan secara terpisah.
“Perubahan aturan di perbatasan membuat setiap proses harus dijalankan bersama mitra lokal, lembaga internasional, dan relawan lapangan agar barang bisa disesuaikan cepat dan tetap bergerak menuju Gaza,” katanya.
Tantangan musim dingin, badai, hingga rusaknya lokasi pengungsian juga disebut memperberat kebutuhan bantuan.
Baca juga: Netanyahu Bersiap Depak Hamas dari Gaza Usai Rencana Trump Disahkan PBB
UN OCHA terus memfasilitasi koordinasi antarorganisasi, sementara informasi dari relawan menjadi kunci akurasi respons.
Diskusi publik ini ditutup dengan penegasan bahwa upaya kemanusiaan tidak akan efektif tanpa kerja bersama yang terkoordinasi.
Kolaborasi terarah serta dukungan diplomasi internasional diyakini menjadi faktor penting agar bantuan dapat menjangkau masyarakat Gaza yang paling membutuhkan.
Sumber: Tribunnews.com
Konflik Palestina Vs Israel
| DK PBB Loloskan Resolusi Pengiriman Pasukan Internasional ke Gaza, Kemhan Tunggu Keputusan Presiden |
|---|
| Reaksi Dunia atas Resolusi DK PBB untuk Gaza, Hamas Tolak Gagasan AS yang Dinilai Rugikan Palestina |
|---|
| Pengakuan Negara Palestina Meluas, Menteri Israel Kelabakan, Minta Presiden Abbas Dipenjara |
|---|
| Bendera Palestina Berkibar di Balai Kota Toronto untuk Pertama Kali, Kelompok Yahudi Gelar Protes |
|---|
| Indonesia Bakal Kirim 20 Ribu TNI ke Gaza, MUI: Jangan Sampai Masuk Jebakan Amerika Serikat |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.