Kamis, 9 Oktober 2025

UI Latih Warga Baduy Olah Jamu dan Bumbu Dapur untuk Kesehatan dan Ekonomi Lokal

Masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten berkesempatan belajar mengolah jamu tradisional.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
HandOut/IST
BELAJAR HERBAL - Masyarakat Suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten berkesempatan belajar mengolah jamu tradisional dan bumbu dapur berbasis herbal dari Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI). Kegiatan bertema “Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Bumbu Dapur dan Jamu Kesehatan” ini berlangsung pada 27–28 September 2025 dan menjadi bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat. 

Tim juga memperkenalkan dua racikan jamu unggulan khas pelatihan ini, yakni Jamu Koneng Ayu (dari kunyit, asam, dan lada) serta Jamu Kadeudeuh Ti Lembur (berbahan jahe, kencur, serai, secang, dan cengkeh).

Warga tampak antusias saat mencicipi hasil racikan jamu tersebut.

“Rasanya segar, beda dari jamu yang dijual di luar. Bisa diminum setiap hari,” kata salah satu peserta sambil tersenyum puas.

Usai pelatihan, peserta mengikuti post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan signifikan dibandingkan pre-test. Beberapa warga bahkan berhasil menjawab semua pertanyaan dengan benar.

Menurut Prof. Berna Elya, hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Baduy memiliki potensi besar dalam mengembangkan produk herbal.

“Mereka cepat belajar, punya bahan baku melimpah, dan sudah akrab dengan tanaman obat. Tinggal diberi pendampingan dalam hal standar produksi dan pemasaran,” jelasnya.

Pendampingan Penanaman dan Pemeriksaan Kesehatan

Pada hari kedua, 28 September 2025, kegiatan berlanjut dengan sesi pendampingan teknik penanaman rimpang seperti jahe dan kunyit menggunakan media karung dan polybag.

Materi ini dibawakan oleh Dr. Fiky Wicaksono, M.P., dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, yang menjelaskan langkah-langkah penanaman yang efisien.

“Gunakan tanah sedalam 5–7 cm, jangan terlalu dalam agar tunas mudah tumbuh ke atas. Pastikan air bisa mengalir keluar dari lubang polybag dan berikan pupuk NPK sekitar 5 gram setelah bibit ditanam,” ujarnya.

Selain pelatihan, tim UI juga membuka layanan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga, meliputi pengecekan tekanan darah dan kadar gula darah. Layanan ini disambut antusias karena memberikan pemahaman langsung mengenai pentingnya menjaga kesehatan sejak dini.

Melalui kegiatan ini, Fakultas Farmasi UI berharap masyarakat Baduy dapat mengembangkan produk jamu dan bumbu dapur herbal sebagai sumber ekonomi baru tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisi mereka.

Baca juga: Komisi IX DPR RI Kunjungi Pabrik Jamu di Semarang, Soroti Pentingnya Jamu untuk Kesehatan Bangsa

“Program seperti ini bukan sekadar pengabdian, tetapi investasi sosial jangka panjang. Kami ingin masyarakat bisa mandiri, sehat, dan sejahtera dengan kekayaan alam yang mereka miliki,” kata Berna Elya.

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved