Bupati Situbondo Kritik Aturan yang Menekan Industri Hasil Tembakau: Untuk Rakyat Saya Harus Dukung
Situbondo tercatat sebagai penghasil tembakau terbesar ketiga di Jawa Timur, dengan produksi mencapai 12 ribu ton per tahun.
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bupati Situbondo, Yusuf Rio Wahyu Prayogo, menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah yang dinilainya semakin menekan industri hasil tembakau.
Ia menegaskan nasib jutaan pekerja dan petani tembakau tidak boleh dikorbankan atas nama regulasi anti-rokok yang tidak berpihak pada rakyat kecil.
Baca juga: Pemerintah Tunda Kenaikan Tarif Cukai Tembakau, Disebut Beri Kepastian bagi Pelaku Industri
“Saya hadir ingin memastikan bisnis atau pekerjaan rakyat saya masih bisa bertahan,” ujar Rio dalam sebuah forum diskusi di Jakarta belum lama ini.
Industri Tembakau Ditekan, Tapi Sumbang Rp218 Triliun
Situbondo tercatat sebagai penghasil tembakau terbesar ketiga di Jawa Timur, dengan produksi mencapai 12 ribu ton per tahun.
Menurut Rio, kontribusi industri tembakau terhadap penerimaan negara jauh lebih besar dibandingkan banyak BUMN.
“Rp218 triliun penerimaan negara dari tembakau itu dicapai dalam kondisi bisnisnya ditekan. Bandingkan dengan seluruh BUMN digabung, hanya menyetorkan Rp86 triliun,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kontradiksi kebijakan dalam pengelolaan Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
“Dana itu digunakan untuk pembangunan sekolah, jalan, puskesmas — tapi di sisi lain juga untuk kampanye anti-merokok. Ini yang tidak masuk akal,” tegas Rio.
Baca juga: Polisi Bongkar Peredaran Tembakau Sintetis di Jakarta Barat, Pelaku Bertransaksi Lewat Media Sosial
Sumber Penghidupan Jutaan Pekerja
Rio menilai industri hasil tembakau masih menjadi penopang ekonomi jutaan keluarga di Indonesia, termasuk ribuan warga Situbondo yang bekerja sebagai petani dan buruh tani.
“Ada sekitar enam juta pekerja yang bergantung pada industri ini. Kalau dikalikan dengan keluarga mereka, jumlahnya bisa puluhan juta orang,” ujarnya.
Bagi Rio, kebijakan pembatasan yang terlalu keras justru mengancam lapangan kerja masyarakat desa.
“Mereka ini bukan pengusaha besar, tapi rakyat kecil yang menggantungkan hidup dari tembakau,” katanya.
Aspek Kultural: Selama Kiai Saya Merokok, Saya Juga Merokok
Selain alasan ekonomi, Rio menilai ada dimensi kultural yang tak bisa diabaikan dalam pembahasan soal rokok.
| Atap Asrama Ponpes di Situbondo Ambruk hingga Tewaskan Santri, Kemenag Terjunkan Tim |
|
|---|
| Santriwati Syok Saat Atap Ponpes di Situbondo Runtuh: Tiba-Tiba Ambruk |
|
|---|
| 3 Fakta Atap Asrama Santriwati di Ponpes Situbondo Ambruk, Kelayakan Bangunan Diselidiki |
|
|---|
| Kemenperin: Standardisasi Kemasan Tembakau Perlu Perhatikan Hak Kekayaan Intelektual |
|
|---|
| Atap Ponpes di Situbondo Ambruk: 1 Santri Meninggal Dunia, Belasan Lainnya Luka |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.