Tumbuh Bersama Rumah BUMN Solo, Agnes Sulap Limbah Perca jadi Rupiah, Kini Aktif Rangkul Single Mom
Berikut cerita lengkap Agnesia Cristina, ubah limbah perca jadi rupiah hingga kini rangkul para single mom.
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Limbah perca kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Kalau tidak dijadikan lap dapur, biasanya dibuang ke tempat sampah karena tidak berharga.
Beda bagi Agnesia Cristina (55). Lewat sentuhan tangan terampilnya limbah perca bisa disulap menjadi lembaran-lembaran rupiah.
Ibu dua orang anak ini sudah bergelut dalam bisnis perca sejak 2012 silam dengan mendirikan Gom'S Craft di Jalan Kutai Timur 3 No.15 Sumber, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah.
Gom'S berasal dari bahasa Jawa gombal artinya kain yang sudah tidak terpakai dan craft dalam bahasa Indonesia berarti kerajinan tangan.
Dalam berkarya Agnes sapaan akrabnya, mengusung slogan Sak Cuil Ning Nyeni. Maknanya meski kain perca hanya serpihan kecil, namun bisa menjadi karya seni bernilai tinggi.
“Awal itu coba-coba perca disambung buat bikin sprei. Saya jual harganya cuma Rp20.000-Rp25.000,” katanya membuka cerita saat ditemui di workshop Gom'S Craft, Senin (3/11/2025).
Hadirnya Gom'S Craft juga berangkat dari keresahan sang owner melihat perca hanya ditumpuk di tempat-tempat konveksi Kota Solo.
Agnes berharap dengan dimanfaatkan kembali bisa menjadi bagian langkah kecil ikut mengurangi limbah.
“Saya ingin membantu melestarikan lingkungan supaya tidak menyampah itu perca,” tegasnya.
Baca juga: Rumah BUMN Solo Dorong UMKM Punya Website, Omzet Meroket di Era Digital
Semangat tak pernah lelah belajar turut menemani Agnes saat merintis bisnisnya.
Dari otodidak dipandu tutorial YouTube dan Pinterest, kemampuannya merangkai lembaran perca berkembang berkat ikut pelatihan.
Berjalannya waktu, produk Gom'S Craft semakin beragam awalnya cuma sprei, bertambah menjadi puluhan jenis dari jaket, rok, dompet, topi, tas, bandana, gantungan hingga berbagai souvenir lainnya.
Agnes mengutamakan nilai seni di setiap produknya. Ia ogah menggunakan bahan meteran.
“Saya tidak pernah membeli kain yang masih utuh. Saya benar-benar memakai perca,” katanya.
Ia juga memanfaatkan perca semaksimal mungkin untuk memastikan tidak ada satu sentimeter pun kain terbuang sia-sia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Tumbuh-Bersama-Rumah-BUMN-Solo-Agnes-Sulap-Limbah-Perca-jadi-Rupiah-Kini-Aktif-Rangkul-Single-Mom.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.