Senin, 11 Agustus 2025

KORIKA Dukung Pengembangan Teknologi Copilot Berbasis AI di Indonesia

KORIKA mendukung upaya sektor industri terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengefisiensikan proses bisnis

|
dok.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI AI - Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA) Prof DR Hammam Riza (paling kiri) di acara pembukan kantor TP Indonesia di Jakarta. KORIKA mendukung sektor industri di Indonesia terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengefisiensikan proses bisnis di sektor industri. 

Teknologi ini juga mendukung fungsi internal seperti pelatihan, HR, hingga analisis operasional—mewujudkan lingkungan kerja yang cerdas dan kolaboratif.

Teknologi AI Efisiensikan Pekerjaaan

Dalam skala luas, teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan di berbagai sektor untuk meningkatkan efisiensi kerja. 

Menurut data IBM, seperti dikutip Kontan, hanya 15 persen perusahaan di Indonesia yang menganggap AI sebagai elemen kunci dalam mencapai tujuan strategis.

Mayoritas perusahaan masih melihat AI sebagai faktor pendukung bisnis, bukan sebagai bagian utama dalam transformasi digital mereka.  

Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan, masih ada sejumlah tantangan yang menghambat adopsi AI di kalangan perusahaan Indonesia.

Baca juga: Arab Saudi Modernisasi Ibadah Haji dengan Teknologi AI dan Aplikasi Digital, Apa Saja Inovasinya?

Menurut Roy, salah satu kendala utama adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian dalam mengembangkan dan mengoperasikan teknologi AI.  

“Saat saya berbicara dengan CEO beberapa perusahaan, termasuk perusahaan besar dari swasta maupun BUMN, mereka sering kali bertanya apakah mereka memiliki orang-orang yang mampu menjalankan teknologi AI ini,” ujar Roy di Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Menurut Roy, implementasi AI tidak hanya sebatas mengadopsi teknologi yang sudah ada, tetapi juga membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan.  

Selain tantangan SDM, biaya penerapan, pemeliharaan, dan pengembangan AI juga menjadi faktor yang menghambat adopsi.

Teknologi AI generatif membutuhkan investasi dalam infrastruktur, perangkat lunak, serta konektivitas dengan teknologi cloud untuk memastikan operasional yang lebih efektif.  

“Kendala lainnya adalah soal harga dan bagaimana mengembangkan AI dalam skala yang lebih luas, termasuk ke tahap hybrid multi-cloud,” ungkap Roy.  

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan