Sabtu, 22 November 2025

Minat Investasi Naik, Ancaman Siber Mengintai: Pengguna Diimbau Tingkatkan Kewaspadaan

Investasi digital semakin diminati, namun ancaman kejahatan siber juga meningkat melalui situs tiruan hingga pencurian data. 

Istimewa
KEJAHATAN SIBER - CEO & Co-Founder Pluang, Claudia Kolonas menyatakan, pelaku kejahatan siber kini semakin canggih. Mereka memanfaatkan rekayasa sosial, menyebarkan APK berbahaya, hingga membuat akun media sosial yang menyerupai layanan resmi untuk mengecoh pengguna 
Ringkasan Berita:
  • Investasi digital semakin diminati, namun ancaman kejahatan siber juga meningkat melalui situs tiruan hingga pencurian data. 
  • Pluang memperkuat perlindungan dengan Sistem Keamanan Tiga Lapis, termasuk 2FA dan liveness check.
  • Edukasi pengguna dinilai penting untuk mencegah penipuan yang kian kompleks.

 

 TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi digital terus meroket dalam beberapa tahun terakhir. Namun, di balik pertumbuhan tersebut, risiko kejahatan siber juga ikut meningkat, mulai dari situs tiruan, grup investasi palsu, hingga pencurian data sensitif seperti OTP dan kata sandi.

Fenomena ini menjadi perhatian serius pelaku industri. Mereka menilai penguatan keamanan digital kini bukan lagi sekadar opsi, melainkan kebutuhan strategis agar kepercayaan publik tetap terjaga.

“Popularitas investasi digital di Indonesia meningkat, namun risiko penipuan online, phishing, dan akun palsu juga berkembang,” ujar CEO & Co-Founder Pluang, Claudia Kolonas, Jumat (21/11/2025).

Baca juga: BSSN Tekankan Peran Vital Keamanan Siber pada Era Digital

Menurut Claudia, pelaku kejahatan siber kini semakin canggih. Mereka memanfaatkan rekayasa sosial, menyebarkan APK berbahaya, hingga membuat akun media sosial yang menyerupai layanan resmi untuk mengecoh pengguna.

Ia menilai bahwa celah keamanan sering kali justru muncul dari sisi pengguna. Kurangnya pengetahuan soal modus penipuan membuat banyak orang tanpa sadar memberikan akses kepada pelaku kejahatan.

Karena itu, edukasi menjadi kunci. Pluang mengimbau agar pengguna selalu mengakses layanan melalui kanal resmi, mengaktifkan verifikasi dua langkah (2FA), serta tidak membagikan OTP atau kata sandi kepada siapa pun—termasuk pihak yang mengaku sebagai petugas layanan pelanggan.

Sejalan dengan imbauan tersebut, sejumlah analis keamanan siber juga menyoroti rendahnya literasi keamanan digital di kalangan konsumen fintech sebagai titik lemah terbesar yang perlu dibenahi.

Untuk memperkuat perlindungan, Pluang menerapkan Sistem Keamanan Tiga Lapis (3L).

Claudia menjelaskan, tiga lapisan itu terdiri dari: Lapisan dasar: penggunaan PIN dan verifikasi biometrik untuk memperketat akses ke akun pengguna; Lapisan kedua: penerapan 2FA pada seluruh aktivitas transaksi aset kripto dan Lapisan ketiga: fitur liveness check untuk memastikan verifikasi identitas dilakukan oleh manusia asli, bukan foto, video, atau rekaman digital.

Claudia menekankan pentingnya liveness check karena banyak modus penipuan kini memanipulasi data biometrik. Fitur tersebut digunakan dalam aktivitas sensitif seperti penarikan dana melalui perangkat baru maupun proses reset PIN.

Seluruh sistem keamanan yang diterapkan Pluang, kata Claudia, telah mengacu pada standar Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).

Meski begitu, ia menilai penguatan keamanan di level industri fintech masih membutuhkan keselarasan antara regulasi berbagai lembaga, seperti OJK dan Bappebti.

"Hingga November 2025, Pluang telah memiliki 12 juta pengguna terdaftar dengan lebih dari 2.000 pilihan produk investasi, mulai dari kripto, saham global, ETF, emas, hingga instrumen turunan seperti crypto futures dan options trading," katanya.

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved