Tribunners / Citizen Journalism
Mulai Rontoknya Rezim Uni Eropa Pro-perang Ukraina
Partai yang dipimpin Presiden Emannuel Macron, dikalahkan kaum sosialis konservatif kanan yang dikomandoi National Rally.
Editor:
Setya Krisna Sumarga
Blok baru ini dengan demikian berpotensi mengubah keadaan dan kebijakan Uni Eropa yang sangat agresif sejak pecahnya perang Ukraina.
Blok besar berhaluan kanan konservatif ini juga berpeluang mengubah aneka kebijakan Uni Eropa terkait perubahan iklim, pertanian, kebijakan migrasi, yang jadi isu signifikan di Jerman, Belanda, Prancis.
Namun demikian, konstelasi baru ini meninggalkan tantangan besar karena kelompok-kelompok politik sayap kanan ini umumnya sulit bersatu.
Contohnya, antara Marine Le Pen di Prancis dan Giorgia Meloni di Italia, menunjukkan perbedaan sikap dan pandangan yang kerap bertentangan.
Dalam kass Ukraina, Meloni mendukung Ukraina lewat bantuan keuangan dan senjata, namun menolak penggunaan senjata jarak jauh guna menyerang target Rusia.
Meloni juga menentang keras gagasan Macron untuk mengirim tentara Eropa ke medan konflik Ukraina.
Roma di tangan Meloni, akan berhenti memberikan persenjataan kepada Ukraina kecuali mereka yakin perangkat keras tersebut tidak akan digunakan untuk menyerang jauh ke Rusia.
Di Jerman, suara penentangan kebijakan agresif Uni Eropa lama disuarakan Sahra Wagenknecht, politikus kawakan sayap kiri negara itu.
Wagenknecht tegas menolak peran dan keterlibatan Jerman dalam hal apapun di Ukraina. Ia menuntut penyelesaian damai perselisihan itu, karena khawatir pecahnya perang besar di Eropa.
Tokoh perempuan Jerman itu menyebuut adalah langkah gila mengizinkan Ukraina menyerang target di Rusia menggunakan senjata buatan Jerman.
Wagenknecht membentuk Aliansi Sahra Wagenknecht (BSW), partai berhaluan kiri di isu-isu ekonomi tetapi punya persamaan dengan sayap kanan dalam isu seperti kebijakan imigrasi.
Aliansi Sahra Wagenknecht meraih dukungan sekira 7 persen suara pemilih Jerman di pemilihan Parlemen Eropa.
Wagenknecht mendesak negara-negara barat berhenti bermain api, dan segera menghentikan perang di Ukraina.

Kebijakan agresif ala NATO, Emannuel Macron, dan Von Der Leyen, serta terutama Joe Biden di Washington memang sangat berisiko.
Dalam sepekan terakhir, Ukraina telah aktif menembakkan rudal-rudal jarak menengah kiriman AS, Inggris, Prancis ke target di wilayah Rusia.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg
Presiden Prancis Emanuel Macron
Presiden Prancis Emmanuel Macron
Kanselir Jerman Olaf Scholz
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen
perang ukraina
parlemen Uni Eropa
Uni Eropa
Slovenia Boikot Perdagangan Senjata dengan Israel, Jadi Negara Uni Eropa Pertama Ambil Langkah Tegas |
![]() |
---|
Keberanian Slovenia Mengembargo Senjata dengan Israel, Jadi Negara Pertama di Uni Eropa |
![]() |
---|
Prancis Kritik Perjanjian Dagang Uni Eropa dengan Donald Trump, PM Bayrou Menyebut Hari yang Suram |
![]() |
---|
Pejabat UE Sukses Bujuk Trump Pangkas Tarif Impor Eropa Jadi 15 persen |
![]() |
---|
10 Negara dengan Pemerintahan Paling Transparan di Dunia, Eropa Mendominasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.