Selasa, 11 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Potret Realitas ASN Indonesia

ASN adalah garda terdepan pelayanan publik yang menghubungkan negara dengan rakyat.

|
Editor: Content Writer
Istimewa
REALITAS ASN - Lalu Niqman Zahir. Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah garda terdepan pelayanan publik yang menghubungkan negara dengan rakyat. 

Berdasarkan analisis tersebut, jumlah ideal ASN Indonesia untuk jangka menengah direkomendasikan pada kisaran 4,3-4,7 juta orang. Angka ini menyeimbangkan kebutuhan pelayanan publik yang merata dengan tuntutan efisiensi birokrasi dan kapasitas fiskal negara.

Pemerintah perlu melakukan evaluasi berkala berbasis Analisis Jabatan (Anjab) dan Analisis Beban Kerja (ABK) untuk memastikan formasi ASN benar-benar sesuai kebutuhan strategis, bukan sekadar berdasarkan jumlah atau rasio administratif. Dengan demikian, ASN dapat menjadi birokrasi ramping, produktif, dan adaptif terhadap transformasi digital pemerintahan.

Belajar dari Negara Maju

Pengelolaan penghasilan dan pensiun Aparatur Sipil Negara (ASN) di negara maju menunjukkan bahwa sistem yang adaptif terhadap dinamika ekonomi regional dan inflasi terbukti mampu menjaga kesejahteraan pegawai sekaligus stabilitas fiskal negara. Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris menjadi contoh bagaimana kebijakan remunerasi ASN diintegrasikan dengan variabel makroekonomi dan biaya hidup lokal.

Di Amerika Serikat, sistem Locality Pay Adjustment menyesuaikan gaji pegawai negeri berdasarkan indeks biaya hidup di setiap wilayah, sementara Cost of Living Adjustment (COLA) menjamin nilai riil pensiun tetap stabil terhadap inflasi.

Jepang menerapkan kebijakan serupa dengan menautkan gaji dan tunjangan pensiun pada Consumer Price Index (CPI), memastikan kesejahteraan ASN tidak tergerus oleh kenaikan harga barang dan jasa. Gaji ASN disesuaikan dengan inflasi tahunan dan indeks biaya hidup daerah, hal ini dapat mencegah erosi daya beli ASN.

Sementara itu, Inggris memiliki model London Weighting yang memberikan tambahan kompensasi bagi pegawai di wilayah dengan biaya hidup tinggi, serta sistem pensiun berbasis Career Average Earnings, yang menghitung manfaat pensiun berdasarkan rata-rata pendapatan sepanjang karier, bukan hanya gaji akhir.

Sedangkan di Korea Selatan, ASN diberi tunjangan kinerja berbasis hasil pelayanan public, hal ini mndorong efisiensi birokrasi. Di Malaysia, ASN menjadi komponen utama strategi fiskal counter-cyclical, dimana ASN dijadikan sebagai instrumen stabilisasi ekonomi.

Prinsip-prinsip tersebut dapat diadaptasi oleh Indonesia melalui penerapan Indeks Biaya Hidup Daerah (IBHD) untuk menentukan variasi gaji ASN antar wilayah, serta pembangunan sistem pensiun berbasis total remunerasi dan kontribusi aktual (fully funded scheme).

Pendekatan ini tidak hanya menjamin keadilan vertikal dan horizontal antar ASN, tetapi juga menciptakan sistem penghasilan yang berkelanjutan, adaptif terhadap inflasi, dan mendukung stabilitas fiskal jangka panjang.

Saran Kebijakan dan Reformasi Struktural ASN

Reformasi struktural ASN harus diarahkan untuk menciptakan birokrasi yang efisien, berkeadilan, dan berdaya saing, tanpa mengorbankan fungsi pelayanan publik. Saat ini, struktur penghasilan ASN masih tidak proporsional, gaji pokok hanya sekitar 30–40?ri total take-home pay, sisanya berasal dari berbagai tunjangan yang tidak selalu berbasis kinerja.

Oleh karena itu, perlu peningkatan porsi gaji pokok menjadi minimal 60?ri total penghasilan, disertai penyesuaian tahunan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan Indeks Biaya Hidup Daerah (IBHD) agar gaji ASN lebih relevan terhadap kondisi ekonomi lokal dan inflasi daerah.

Sejalan dengan perkembangan teknologi digital yang semakin efisien dan efektif dengan dengan produktifitas tinggi, maka perampingan ASN sudah menjadi keharusan. Namun demikian kebijakan ini harus disertai strategi penciptaan lapangan kerja baru di sektor swasta.

Peningkatan peluang bekerja dan peluang berusaha di sektor swasta perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki iklim investasi dan iklim berusaha serta penurunan ekonomi biaya tinggi, perbaikan tata kelola, dan lain sebagainya. 

Pemerintah perlu memastikan adanya ekosistem ekonomi daerah yang mampu menyerap tenaga kerja melalui insentif investasi dan kemitraan publik-swasta. Pemerintah pusat dan daerah perlu menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan sistem pasar tenaga kerja baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Agar terjadi link and match antara pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan dari pasar tenaga kerja.

Dengan demikian, target jumlah ASN ideal 4,3-4,5 juta pegawai berkinerja tinggi dapat dicapai tanpa menimbulkan gejolak sosial-ekonomi. Kombinasi antara struktur gaji yang rasional, birokrasi ramping, dan perluasan sektor swasta produktif akan memperkuat fondasi ekonomi nasional serta menciptakan keseimbangan antara efisiensi fiskal dan kesejahteraan masyarakat.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved