Kamis, 13 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pahlawan nasional

Arti Pahlawan Masa Kini: Refleksi Hari Pahlawan dalam Cahaya Pancasila dan Semangat Bung Karno

Hari Pahlawan lahir dari Pertempuran Surabaya. Kini, semangatnya hidup dalam perjuangan karakter dan inovasi bangsa.

Editor: Glery Lazuardi
Istimewa
I WAYAN SUDIRTA - Anggota Komisi III DPR Fraksi PDI Perjuangan, Dr. I Wayan Sudirta, SH., MH, 

Dr. I Wayan Sudirta, SH., MH.

Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDI-Perjuangan 

Alumni FH Universitas Brawijaya

Advokat

Tempat/Tanggal Lahir

Karangasem, Bali/20 Desember 1950

TRIBUNNEWS.COM  - Hari Pahlawan berakar kuat pada Pertempuran Surabaya 10 November 1945, yang merupakan episentrum pembuktian de facto atas kedaulatan yang baru diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Kedaulatan de jure Indonesia segera diuji oleh kekuatan asing (Sekutu dan NICA) melalui ultimatum yang menuntut penyerahan kedaulatan rakyat dan pelucutan senjata. 

Penolakan heroik rakyat Surabaya terhadap tuntutan ini menjadi manifestasi tertinggi dari Bela Negara dan perwujudan nyata cita-cita luhur Pembukaan UUD NRI 1945 untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia, sekaligus mendelegitimasi upaya asing untuk mengembalikan penjajahan.

Peristiwa ini sejalan dengan pemikiran Soekarno mengenai semangat perjuangan; ia memandang pahlawan adalah mereka yang berjuang melawan kehinaan dan menekankan bahwa kemerdekaan adalah "Jembatan Emas menuju pembangunan" yang harus dipertahankan.

Semangat 10 November adalah pengejawantahan dari seruannya "Jas Merah" (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) dan menjadi pengingat bahwa komitmen abadi kita adalah menjaga cita-cita konstitusi.

Oleh karena itu, Hari Pahlawan menuntut kita untuk menjadi pahlawan masa kini dengan mengisi kemerdekaan melalui pembangunan karakter dan intelektual, sesuai pesan Soekarno: "perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Respons rakyat Surabaya, yang dikenal dengan julukan "Arek-Arek Suroboyo," adalah penolakan tegas, berani, dan tanpa kompromi. Perlawanan ini dipicu oleh gugurnya Jenderal AWS Mallaby, dan mencapai titik didihnya pada tanggal 10 November.

Dalam pertempuran yang digambarkan sebagai "Neraka Dunia" saking dahsyatnya, rakyat sipil, pejuang, hingga tokoh ulama, bersatu padu menghadapi gempuran militer modern.

Peristiwa 10 November adalah validasi historis bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah anugerah atau hadiah dari pihak asing, melainkan hasil dari tetesan darah, air mata, dan nyala api semangat juang yang menyala di dada setiap anak bangsa. Aksi ini merupakan penjelmaan dari self-determination, sebuah keberanian kolektif untuk menyatakan: Lebih baik hancur daripada dijajah kembali.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved