Minggu, 23 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Ahmad Ali dan PSI Lupa Sejarah, Mengail di Air Keruh dan Rontoknya Idealisme

PSI tuduh PDIP tak hargai Jokowi dinilai menyesatkan. PDIP teguh konstitusi, PSI dianggap cari sensasi politik.

|
Editor: Glery Lazuardi
ISTIMEWA
Yogen Sogen 

Apakah bagi PSI, "penghargaan" yang layak bagi seorang presiden adalah dengan mengangkangi konstitusi demi melanggengkan kekuasaan? Jika demikian, sungguh berbahaya definisi penghargaan yang dianut oleh PSI

PDIP justru telah menunjukkan sikap negarawan yang patut dipuji, memegang teguh batas-batas konstitusi yang telah disepakati, meskipun hal itu berkonsekuensi pada keretakan dengan kader yang pernah mereka besarkan. Inilah penghargaan tertinggi bagi demokrasi Indonesia, bukan bagi satu individu.

Gugurnya Idealisme Anak Muda

Di awal kemunculannya, PSI hadir dengan citra partai anak muda yang lantang, berani, dan membawa idealisme baru dengan menolak korupsi, anti-politisasi agama, dan kritis terhadap status quo. 

Mereka dijanjikan menjadi mata air baru di padang gurun politik yang kering. Namun, publik mencatat pergeseran tajam yang menyakitkan.

Kini, PSI tidak lagi dikenal karena ide-ide substansifnya, tetapi karena politik pengikut yang sangat kentara. Mereka telah berubah dari partai yang keras bicara tentang ideologi menjadi partai yang sangat pragmatis, rela menjilat demi mendapatkan efek ekor jas dari kekuatan politik yang sedang berkuasa.

Tuduhan Ahmad Ali terhadap PDIP adalah contoh nyata dari pragmatisme murahan tersebut. PSI memanfaatkan konflik untuk mencari panggung, alih-alih menawarkan solusi atau gagasan yang mencerahkan bangsa. Keberanian kritis yang dulu mereka banggakan kini telah digantikan oleh ketundukan oportunistik kepada figur kekuasaan. Ini adalah tragedi idealisme yang harus dicatat oleh sejarah politik Indonesia.

PSI, yang dulu ingin membongkar politik lama, kini justru terjebak menjadi pelaku dari politik gimmick dan mencari sensasi yang paling usang. Mereka gagal memanfaatkan momentum sebagai partai anak muda untuk membangun narasi politik yang mandiri dan substansif. 

Sebaliknya, mereka memilih untuk menjadi "satelit politik" yang suaranya paling keras di isu-isu kontroversial yang mendompleng popularitas.

Berpolitik dengan Integritas

Kepada PSI, publik meminta agar Anda berhenti mencari panggung dengan mengabaikan sejarah. Fokuskan energi Anda untuk menawarkan narasi politik yang substil, program yang jelas. Politik adalah maraton, proses yang teguh, bukan sprint sensasional.

Karier Jokowi adalah sejarah yang dikemas bersama antara kehendak rakyat dan sebuah partai politik yang memberinya perahu, lalu bergerak bersama menjadikannya ada di panggung politik daerah hingga nasional.

Sedangkan PSI datang sekadar pelengkap cerita ini dan kini hanya berupaya menjadi pahlawan kesiangan. PSI harus belajar untuk berpolitik dengan integritas dan substansi, bukan hanya dengan mencari sensasi di atas puing-puing konflik internal partai lain.

Jangan sampai publik mencatat PSI sebagai partai yang hanya bisa bersuara nyaring di media sosial dan isu-isu gimmick, tetapi bisu dalam substansi politik kebangsaan dan telah menggugurkan idealisme yang pernah mereka tawarkan. 

Jauhi politik kutu loncat dan kembalilah pada janji untuk menjadi partai yang benar-benar menyentuh relung publik di akar rumput. Sebab, di dalam tubuh PSI sekarang ini ada anak-anak muda yang ingin berpolitik dan membangun kariernya dengan keteguhan dan idealismenya, sementara Ahmad Ali menawarkan gagasan yang jauh dari semangat idealisme pada anak-anak muda, mempertebal kegagapan PSI mewujudkan cita-citanya. 

Akhir kata, saya bisa menebak, Ahmad Ali dengan langkah-langkah politiknya yang serba oportunis akan menghancurkan PSI dari dalam.

Jakarta, 23 November 2025

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved