Sabtu, 15 November 2025

Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Bertumbuh, Kemenperin: Topang Perekonomian Nasional

Sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh sebesar 11,65 persen (year on year) pada triwulan 3 tahun 2025.

Istimewa
INDUSTRI KIMIA FARMASI - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memberikan sambutan dalam acara pembukaan Indonesia Pharmaceuticals and Cosmetics for Sustainability (IPCS) 2025 di Jakarta, Rabu (12/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Percepatan kemandirian bahan baku kini menjadi fokus utama industrialisasi sektor farmasi dan kosmetik.
  • Sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh sebesar 11,65 persen (year on year).
  • Sekitar 85 persen bahan baku farmasi masih bergantung pada impor, terutama dari India dan Tiongkok.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional terus menunjukkan penguatan signifikan, menjadi salah satu motor utama pertumbuhan sektor manufaktur nasional.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai percepatan kemandirian bahan baku kini menjadi fokus utama industrialisasi sektor farmasi dan kosmetik untuk mengurangi ketergantungan impor.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh sebesar 11,65 persen (year on year) pada triwulan 3 tahun 2025, jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 5,04 persen.

Baca juga: 7 Fakta Trump Terapkan Tarif 100 Persen untuk Obat Farmasi Impor Mulai 1 Oktober

Investasi di sektor ini tercatat mencapai Rp 65,9 triliun, sementara nilai ekspor menembus 15,22 miliar dolar AS.

Kontribusi sektor ini turut memperkuat struktur industri manufaktur nasional yang menyumbang 17,39 persen terhadap PDB, sekaligus menyerap lebih dari 20 juta tenaga kerja.

"Capaian ini menunjukkan bahwa sektor industri manufaktur, termasuk farmasi dan kosmetik, terus menjadi penopang utama perekonomian nasional. Kita perlu menjaga momentum ini dengan memperkuat rantai pasok dan nilai tambah di dalam negeri," tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan, Jumat (14/11/2025).

Dalam arah kebijakan industrialisasi ke depan, Menperin menyampaikan kemandirian bahan baku menjadi prioritas utama.

Saat ini, sekitar 85 persen bahan baku farmasi masih bergantung pada impor, terutama dari India dan Tiongkok. Meski demikian, 95 persen produk obat jadi sudah diproduksi di dalam negeri, menunjukkan kuatnya kemampuan industri hilir.

"Saat ini bahan baku farmasi kita masih sekitar 85 persen impor, terutama dari India dan Tiongkok. Tapi 95 persen produk obat jadi sudah diproduksi di dalam negeri. Kita hanya bisa mematahkan dominasi India dan China kalau mampu mengembangkan bahan baku dari kekayaan alam kita sendiri," ucap Agus.

Menperin menambahkan, Indonesia memiliki potensi alam yang besar untuk menghasilkan bahan baku obat, seperti tanaman obat dan minyak atsiri. Beberapa produk berbasis riset anak bangsa bahkan sudah menembus pasar global.

"Kita sudah punya contoh, misalnya bahan aktif berbasis tanaman obat, seperti meniran, yang sudah diekspor ke Inggris. Itu artinya industri kita sudah bisa memenuhi standar yang tinggi, karena Inggris itu salah satu negara dengan regulasi obat yang paling ketat. Ini bukti bahwa kemampuan riset dan inovasi kita mulai diakui di tingkat global," ungkapnya.

Penguatan riset, diversifikasi bahan baku dan penerapan green chemistry disebut menjadi bagian penting dari strategi memperkuat pondasi industri farmasi nasional.

Upaya mendorong kemandirian bahan baku tersebut menjadi tema utama dalam penyelenggaraan Indonesia Pharmaceuticals and Cosmetics for Sustainability (IPCS) 2025 yang berlangsung di Jakarta.

Pameran yang dibarengi seminar, workshop dan temu usaha ini menjadi ruang kolaborasi antara pelaku industri, akademisi, peneliti, hingga masyarakat.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved