Rabu, 19 November 2025

Berkat Sektor Manufaktur, Morowali Jadi Andalan, Hampir Separuh Ekonomi Sulteng Bergantung di Sini

Kontribusi sektor manufaktur Morowali terus meningkat sejak 2013 hingga 2024, didorong kehadiran IMIP.

Dok. IMIP
PERTUMBUHAN MANUFAKTUR MOROWALI - Aktivitas industri di Morowali yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng), mencatat adanya pertumbuhan signifikan pada sektor manufaktur atau pengolahan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sepanjang 2013-2024.

PDRB adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah/regional dalam suatu periode tertentu.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Morowali menunjukkan, pada 2013 kontribusi sektor manufaktur di Morowali baru 11,09 persen. Angka tersebut terus naik menjadi 12,15 persen pada 2014, 29,68 persen pada 2015, 33,09 persen di 2016, dan 35,52 persen pada 2017.

Lompatan besar terjadi di 2018, ketika kontribusi manufaktur melonjak hingga 62,81 persen. Tren positif berlanjut ke 2019 yang pertumbuhannya mencapai 64,86 persen dan 2020 sebesar 69,80 persen.

Tahun 2021 angkanya mencapai 71,13 persen, 2022 meningkat menjadi 73,25 persen, sempat turun di 2023 ke 72,72 persen, sebelum kembali naik pada 2024 dengan capaian 73,60 persen.

Kepala BPS Kabupaten Morowali Gladius Alfonsus menilai kenaikan pesat sektor manufaktur ini tak lepas dari keberadaan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang mulai beroperasi sejak 2013.

"Kalau industri pengolahannya bergerak cukup signifikan, berarti kontribusi IMIP di situ signifikan karena IMIP penggerak terbesarnya," kata Kepala BPS Kabupaten Morowali Gladius Alfonsus ketika ditemui di kantornya, Selasa (23/9/2025).

Geliat sektor manufaktur Kabupaten Morowali berimbas besar terhadap perekonomian Sulawesi Tengah. Data BPS mencatat, sumbangan PDRB Morowali terhadap Sulteng pada 2013 sebesar 8,64 persen dan 2014 sebesar 8,37 persen. Angkanya naik menjadi 11,92 persen pada 2015, 12,11 persen pada 2016, dan 12,72 persen pada 2017.

Pada 2018, kontribusi melonjak ke 22,35 persen, lalu 24,42 persen pada 2019, dan 31,48 persen di 2020. Peningkatan terus berlanjut hingga 40 persen pada 2021, 45,35 persen pada 2022, 45,53 persen pada 2023, dan mencapai 46,12 persen pada 2024.

Baca juga: Beasiswa IMIP Jamin Pendidikan dan Pekerjaan Shoimdwi di Morowali

"Jadi hampir separuh perekonomian Sulawesi Tengah itu ditopang dari Morowali. Sedangkan Morowali sendiri 70 persennya itu ditopang oleh salah satunya industri pengolahan tadi. Sebagian besar industri pengolahannya dari sana," ucap Gladius.

Menurutnya, data ini sekaligus menggambarkan betapa besar pengaruh kawasan industri IMIP terhadap perekonomian di Sulawesi Tengah.

"Jadi ya, bisa diperkirakan lah kira-kira seberapa besar pengaruhnya kawasan industri IMIP itu terhadap perekonomian di Sulawesi Tengah," kata Gladius.

Angka Pengangguran Turun

Kehadiran IMIP ikut menekan angka pengangguran di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Morowali mengalami penurunan signifikan sejak 2013 hingga 2024.

Pada 2013, angka pengangguran tercatat sebesar 3 persen, kemudian fluktuatif di tahun-tahun berikutnya. Pada 2014 tercatat sebesar 3,07 persen, 2015 turun menjadi 2,29 persen, 2016 naik menjadi 2,71 persen, 2017 sebesar 2,72 persen, 2018 naik ke angka 2,89 persen, dan 2019 mencapai 3,03 persen.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved