Kisah Kaya Hutan, UMKM Tembikar yang Tumbuh di Tengah Gunungan Sampah Bantar Gebang
Tak jauh dari kawasan Bantar Gebang di Bekasi, lahir sebuah usaha kecil yang kini menembus pasar internasional
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Di Bantar Gebang, Bekasi, aroma sampah yang menguar dari gunung setinggi 50 meter sudah menjadi pemandangan sehari-hari.
Truk-truk pengangkut sampah dari Jakarta dan Bekasi hilir mudik, menambah tinggi tumpukan yang menjulang bak gedung 20 lantai.
Namun, siapa sangka tak jauh dari kawasan itu, lahir sebuah usaha kecil yang kini menembus pasar internasional.
Namanya Kaya Hutan, sebuah UMKM kerajinan tembikar yang digagas oleh Choirunisa Prawita Sari, atau akrab disapa Nisa.
Awal dari Pandemi
Tahun 2020, hidup Nisa berubah. Perempuan lulusan Teknologi Industri IPB itu memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai konsultan IT.
“Karena saat itu baru habis melahirkan, saya memutuskan untuk mau rehat dulu nih dari kerjaan. Sebenarnya tidak kepikiran resign total,” kenangnya.
Namun pandemi Covid-19 membuat rencananya mencari pekerjaan baru harus tertunda.
Di tengah renovasi halaman rumah, suaminya memberi ide sederhana: menjual tanaman hias.
“Kamu juga iseng kan? Kenapa enggak sekalian jualan aja kecil-kecilan?” kata Nisa menirukan ucapan sang suami.
Dari depan rumah, ia mulai menjual monstera, janda bolong, dan tanaman hias lain yang kala itu sedang tren.
Permintaan terus meningkat, bahkan hanya lewat iklan Instagram. Dari sinilah benih usaha Kaya Hutan ditanam.
Bicara nama 'Kaya Hutan' sendiri, Nisa menceritakan nama itu berawal dari usaha tanaman hias yang ia rintis itu.
"Saat itu kan banyak tanaman tuh. Terus saya spontan ngomong 'Udah kaya huyan nih' (workshop). Itulah awalnya," ucap Nisa.
Baca juga: BRI Sabet Tiga Penghargaan di Ajang Asia Sustainability Reporting Awards
Dari Tanaman ke Tembikar
Seiring waktu, pasar tanaman hias makin ramai. Nisa pun merasa kewalahan.
“Tanaman itu kan makhluk hidup. Jadi harus dirawat dan dijaga secara berkala. Sementara saya juga punya anak kecil,” ujarnya.
Ia lalu beralih menjual pot tanah liat, awalnya sebagai reseller.
Tapi minatnya pada interior design membuatnya berpikir lebih jauh.
“Kayaknya ini bisa jadi nilai tambah lain. Enggak cuma jadi pot, tapi dekorasi dari bahan tanah liat juga,” katanya.
Meski tak punya latar belakang seni keramik, Nisa mulai bereksperimen membuat vas bunga dan dekorasi rumah.
“Alhamdulillah, karena waktu itu masih masa covid, ibu-ibu senang mendekor rumah. Jadi produk saya laku,” ujarnya.
Baca juga: Laba Bersih BRI Rp41,2 Triliun di Kuartal III 2025, Pembiayaan Naik 6,3 Persen
Titik Balik: Komunitas UMKM
Tahun 2023, usaha Nisa sempat stagnan. Minim pengetahuan soal pemasaran dan manajemen, ia hanya mengandalkan penjualan online.
Hingga seorang teman menyarankan ikut program GrowPreneur by BRI.
“Daftarnya online. Itu juga dikasih tahu teman. Dari situ saya masuk ke komunitas usaha dan mendapat koneksi lagi,” kata Nisa.
Lewat program itu, pintu-pintu baru terbuka.
Nisa diundang ke berbagai pameran, termasuk Inacraft, dan akhirnya mendapat pesanan ekspor ke Brunei.
“Pas kemarin di Brunei mereka nyari yang bisa bikin kids montessori activity untuk anak-anak. Jadi mereka tertarik kerjasama jangka panjang,” ujarnya.
Memberdayakan Warga Sekitar
Kini, Kaya Hutan tak hanya memproduksi vas bunga, tapi juga berbagai dekorasi tanah liat dengan harga Rp20 ribu hingga Rp1,5 juta.
Produk mereka sudah menjangkau Aceh, Kalimantan, hingga Sulawesi, dengan penjualan ribuan unit per bulan.
Di balik itu, Nisa melibatkan warga sekitar.
Tiga pekerja di workshop Bantar Gebang adalah tetangganya sendiri, dua di antaranya ibu rumah tangga.
“Saya memberdayakan ibu-ibu di sekitar sini. Yang dulunya mereka kerja memilah sampah, sekarang bisa kerja di workshop dengan fleksibel,” katanya.
Selain workshop, Nisa juga memiliki pabrik di Purwakarta dengan 5–15 pekerja, tergantung jumlah pesanan.
“Kemarin ngejar 10 ribu orderan, sampai 15 orang dalam sebulan,” ujarnya.
Dari Bantar Gebang ke Dunia
Di tengah bau sampah yang menyengat, Nisa membuktikan bahwa kreativitas bisa tumbuh di mana saja.
Dari halaman rumah, usahanya kini menembus pasar internasional.
“Alhamdulillah, terbuka channel dan koneksi. Dari situ saya bisa ekspor, bisa ikut pameran, dan usaha ini berkembang,” kata Nisa dengan senyum lega.
Kisah Nisa adalah bukti bahwa pandemi bukan hanya tentang keterpurukan, tapi juga tentang lahirnya peluang baru.
Dari gunung sampah Bantar Gebang, lahirlah tembikar yang kini menghiasi rumah-rumah hingga luar negeri.
Terpisah, Direktur Utama BRI Hery Gunardi, menegaskan konsistensi dan kontribusi nyata BRI dalam mendorong pertumbuhan UMKM sebagai pilar utama perekonomian nasional.
Ia menyampaikan bahwa secara konsep, peran BRI adalah memberikan pemberdayaan kepada UMKM agar mereka dapat berkembang, tumbuh, dan naik kelas.
“BRI terus memperkuat perannya sebagai bank yang pro-rakyat dengan tetap fokus menumbuhkembangkan dan memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia, sebagai upaya nyata dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional,” jelas Hery dalam keterangannya.
Direktur Micro BRI Akhmad Purwakajaya, menambahkan mengenai komitmen BRI untuk terus memperkuat dukungan terhadap pelaku usaha dengan menyediakan akses pembelajaran, pendampingan, dan akses pasar yang saling terhubung.
Melalui ekosistem digital dan program pemberdayaan yang terintegrasi, BRI terus berkomitmen mendorong pelaku UMKM dapat tumbuh lebih adaptif, berdaya saing, dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
“Berbagai inisiatif BRI tersebut mempertegas komitmen BRI dalam memperkuat fondasi ekonomi kerakyatan dan berperan strategis dalam membuka lapangan kerja dan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia,” kata Akhmad.
Sumber: Tribunnews.com
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Kaya Hutan
Choirunisa Prawita Sari
BRI
GrowPreneur by BRI
Bantar Gebang
SDG08-Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
| Kurangi Beban TPA Bantar Gebang, RDF Plant Rorotan Diprediksi Beroperasi Awal Tahun 2026 |
|
|---|
| Perdana di Indonesia, KIK EBA Syariah Resmi Melantai di BEI |
|
|---|
| Bank BRI Buka Rekrutmen BBAP untuk Lulusan D4 dan S1, Penempatan Region 11 Yogyakarta |
|
|---|
| Olah Kunyit Jadi Cuan, Desa Ibru Jambi Berhasil Go Internasional hingga Raih Penghargaan BRILiaN |
|
|---|
| BRI Goes to Campus, Super League Kenalkan Peluang Karier di Industri Sepak Bola Profesional |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.