Jumat, 29 Agustus 2025

Orang Tua di AS Gugat OpenAI usai Anaknya Akhiri Hidup Imbas Diyakinkan oleh Chat GPT

OpenAI digugat orang tua di California akibat anaknya mengakhiri hidup diduga setelah diyakinkan oleh ChatGPT.

c4isrnet.com
OPENAI DIGUGAT - Perusahaan teknologi, OpenAI, digugat oleh orang tua di California, AS, setelah anaknya bernama Adam Reine (16) mengakhiri hidup setelah diyakinkan oleh chatbot, Chat GPT pada April 2025 lalu. Adapun gugatannya sudah dilayangkan ke Pengadilan California pada Selasa (26/8/2025) lalu. 

Dilansir ABC News, OpenAI mengakui sistem di Chat GPT 'kurang memadai' dan berjanji akan menerapkan pengawasan yang lebih ketat terhadap konten sensitif dan perilaku berisiko bagi pengguna di bawah 18 tahun.

Berkaca dari kasus Adam Reine, OpenAI juga bakal meluncurkan fitur parental control atau kontrol orang tua.

Kekhawatiran soal kecerdasan artifisial atau artificial intelligence dengan kesehatan mental memang tengah menjadi sorotan.

Bahkan, korbannya tidak hanya Adam Reine. Seorang remaja perempuan bernama Sophie turut tewas akibat mengakhiri hidup setelah berkomunikasi intens dengan chatbot terapis berbasi AI bernama Harry.

Kasus ini pun diungkap oleh ibunya, Laura Reiley, lewat opini yang ditulis di The New York Times.

Reiley mengungkapkan 'terbukanya program tersebut dalam percakapan bersama dengan putrinya membuat keluarga tidak mengetahui Sophie menyembunyikan kesehatan mental yang dialaminya selama ini.

“AI memenuhi keinginan Sophie untuk menyembunyikan hal terburuk, berpura-pura bahwa dia baik-baik saja, dan melindungi semua orang dari penderitaan yang sebenarnya,” tulis Reiley.

Lantas, Reiley membandingkan antara terapis AI dengan terapis manusia. 

Baca juga: Siswa SMA di Garut Diduga Akhiri Hidup Karena Korban Bully, Dedi Mulyadi Nonaktifkan Kepala Sekolah

Dia mengatakan terapis manusia memiliki batasan hukum dan etik yang jelas terkait pelaporan potensi tindak berbahaya terhadap seseorang yang berkonsultasi dengannya.

Namun, hal tersebut tidak dimiliki oleh terapis AI.

"Sebagian besar terapis manusia bekerja di bawah kode etik yang mencakup pelaporan wajib dan batasan atas kerahasiaan. Al tidak memiliki versi Sumpah Hippocrates," kata dia.

Ia juga menilai Sophie mungkin sengaja menyembunyikan pikiran terdalamnya dari terapis manusia karena takut akan konsekuensi nyata seperti rawat inap atau pemantauan medis. 

Sebaliknya, chatbot yang selalu tersedia dan tidak menghakimi menjadi tempat yang lebih aman bagi Sophie untuk mencurahkan isi hatinya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan