Orang Tua di AS Gugat OpenAI usai Anaknya Akhiri Hidup Imbas Diyakinkan oleh Chat GPT
OpenAI digugat orang tua di California akibat anaknya mengakhiri hidup diduga setelah diyakinkan oleh ChatGPT.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Pravitri Retno W
Dilansir ABC News, OpenAI mengakui sistem di Chat GPT 'kurang memadai' dan berjanji akan menerapkan pengawasan yang lebih ketat terhadap konten sensitif dan perilaku berisiko bagi pengguna di bawah 18 tahun.
Berkaca dari kasus Adam Reine, OpenAI juga bakal meluncurkan fitur parental control atau kontrol orang tua.
Kekhawatiran soal kecerdasan artifisial atau artificial intelligence dengan kesehatan mental memang tengah menjadi sorotan.
Bahkan, korbannya tidak hanya Adam Reine. Seorang remaja perempuan bernama Sophie turut tewas akibat mengakhiri hidup setelah berkomunikasi intens dengan chatbot terapis berbasi AI bernama Harry.
Kasus ini pun diungkap oleh ibunya, Laura Reiley, lewat opini yang ditulis di The New York Times.
Reiley mengungkapkan 'terbukanya program tersebut dalam percakapan bersama dengan putrinya membuat keluarga tidak mengetahui Sophie menyembunyikan kesehatan mental yang dialaminya selama ini.
“AI memenuhi keinginan Sophie untuk menyembunyikan hal terburuk, berpura-pura bahwa dia baik-baik saja, dan melindungi semua orang dari penderitaan yang sebenarnya,” tulis Reiley.
Lantas, Reiley membandingkan antara terapis AI dengan terapis manusia.
Baca juga: Siswa SMA di Garut Diduga Akhiri Hidup Karena Korban Bully, Dedi Mulyadi Nonaktifkan Kepala Sekolah
Dia mengatakan terapis manusia memiliki batasan hukum dan etik yang jelas terkait pelaporan potensi tindak berbahaya terhadap seseorang yang berkonsultasi dengannya.
Namun, hal tersebut tidak dimiliki oleh terapis AI.
"Sebagian besar terapis manusia bekerja di bawah kode etik yang mencakup pelaporan wajib dan batasan atas kerahasiaan. Al tidak memiliki versi Sumpah Hippocrates," kata dia.
Ia juga menilai Sophie mungkin sengaja menyembunyikan pikiran terdalamnya dari terapis manusia karena takut akan konsekuensi nyata seperti rawat inap atau pemantauan medis.
Sebaliknya, chatbot yang selalu tersedia dan tidak menghakimi menjadi tempat yang lebih aman bagi Sophie untuk mencurahkan isi hatinya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.