Kebrutalan RSF Bantai Rakyat Sudan Dapat Kecaman Dunia, 1.500 Orang Dilaporkan Tewas
Kebrutalan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di Kota El-Fasher, Sudan barat mendapat kecaman dari dunia. Sebanyak 1.500 orang dilaporkan tewas.
Kekejaman RSF tidak terbatas pada eksekusi di lapangan.
Pada 29 Oktober 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk pembunuhan sedikitnya 460 pasien dan kerabat di Rumah Sakit Bersalin Saudi di El-Fasher, yang diduga dilakukan oleh pejuang RSF.
Serangan itu juga disertai dengan penculikan enam staf kesehatan.
Peristiwa ini menambah panjang daftar pelanggaran HAM berat yang dilakukan kedua belah pihak sejak konflik meletus pada April 2023.
Perang ini merupakan perebutan kekuasaan pribadi antara dua mantan sekutu, yakni Jenderal Abdel Fattah Al-Burhan; pemimpin de facto Sudan dan kepala SAF, dan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo alias Hemedti; komandan RSF.
Michael Jones, rekan peneliti senior di Royal United Services Institute, menjelaskan tindakan brutal RSF tidak terlepas dari asal-usulnya.
"RSF disebut sebagai pecahan, evolusi, atau rebranding dari milisi Janjaweed yang beroperasi pada tahun 2000-an di Darfur," kata Jones.
Milisi Janjaweed adalah kelompok Arab yang mengobarkan kampanye perkosaan, pembunuhan, dan penjarahan selama konflik Darfur (2003-2019), yang menewaskan hingga 300.000 orang.
Pemerintah Omar Bashir kemudian mereorganisasi dan mengubah merek milisi ini menjadi RSF pada tahun 2013.
Baca juga: Apa Itu RSF? Militan yang Lakukan Pembunuhan Sadis, Tewaskan 1.500 Warga Sudan Selama 3 Hari
Ironisnya, pasukan yang pernah digunakan Bashir sebagai alat penindasan di Darfur kini berbalik melawan bekas tentaranya sendiri.
PBB Kecam Kekerasan di El-Fasher
PBB melontarkan kecaman keras terhadap komunitas internasional atas kegagalan moral dalam menghentikan kekejaman di Sudan, menyusul jatuhnya El-Fasher, Ibu Kota Darfur Utara, ke tangan milisi RSF.
Kota tersebut, yang dikepung selama 500 hari, kini disebut telah "terjun ke dalam neraka yang lebih gelap," demikian peringatan pejabat senior PBB.
Laporan pada Kamis (30/10/2025) menyebutkan puluhan ribu warga sipil, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, terpaksa melarikan diri di tengah laporan yang kredibel mengenai eksekusi massal, pemerkosaan, dan kelaparan yang meluas.
Dalam sesi dengar pendapat di Dewan Keamanan PBB, Tom Fletcher, Kepala Bantuan Darurat PBB, menyampaikan kengerian yang terjadi.
"Wanita dan anak perempuan diperkosa, orang-orang dimutilasi dan dibunuh, dengan impunitas total," kata Fletcher, dikutip dari laman resmi PBB.
| Israel dalam Negosiasi untuk Mengusir Warga Gaza ke Sudan Selatan |
|
|---|
| Sudan di Ambang Kehancuran: Kelaparan di Tengah Perang, Wabah Kolera Mulai Merajalela |
|
|---|
| 10 Negara Paling Berbahaya di Dunia: Yaman dalam Krisis Kemanusiaan, Rasa Aman Warga Israel Menurun |
|
|---|
| 10 Negara Tertua dan Termuda di Dunia: Iran Berdiri Tahun 2600 SM, Sudan Selatan Didirikan pada 2011 |
|
|---|
| Indonesia dan Sudan Teken MOU, Jajaki Pasar Obat Halal di Afrika |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.