Jumat, 7 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Ancam Balasan Jika AS Lanjutkan Uji Coba Nuklir: Kami Siap Tindakan Timbal Balik

Putin memperingatkan AS akan menghadapi tindakan balasan jika benar melanjutkan uji coba nuklir setelah tiga dekade jeda.

Kantor Presiden Rusia
PUTIN HADIRI RAPAT - Foto diambil dari Kantor Presiden Rusia, Kamis (19/6/2025), memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin hadir dalam pertemuan untuk membahas parameter utama rancangan Program Persenjataan Negara tahun 2027–2036 pada 11 Juni 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mengambil tindakan balasan jika Amerika Serikat melanjutkan uji coba senjata nuklir yang ditangguhkan lebih dari 30 tahun.
  • Dalam rapat Dewan Keamanan di Moskow (5/11/2025), Putin memerintahkan penyusunan proposal kemungkinan dimulainya kembali uji coba nuklir Rusia.
  • Langkah ini menanggapi perintah Presiden Donald Trump agar AS “segera” menguji senjata nuklirnya.
  • Para analis memperingatkan potensi perlombaan senjata baru.

TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mengambil tindakan balasan jika Amerika Serikat (AS) melanjutkan uji coba senjata nuklir yang telah ditangguhkan selama lebih dari 30 tahun.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan di Moskow pada Rabu (5/11/2025), Putin memerintahkan pejabat tinggi Kremlin untuk menyiapkan proposal mengenai kemungkinan dimulainya kembali uji coba senjata nuklir Rusia.

Langkah ini disebut sebagai respons langsung terhadap perintah Presiden Donald Trump agar AS “segera” memulai kembali uji coba nuklirnya.

“Jika AS atau negara penandatangan Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) melakukan uji coba, Rusia wajib mengambil tindakan timbal balik,” kata Putin, dikutip dari Reuters.

Ia meminta Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan lembaga terkait “mengumpulkan informasi tambahan dan menyusun langkah awal persiapan uji coba senjata nuklir.”

Moskow belum pernah melakukan uji coba nuklir sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991.

Ketegangan dengan Washington meningkat tajam setelah Trump memerintahkan Pentagon untuk melanjutkan uji coba dengan alasan “kesetaraan” dengan kekuatan nuklir lain seperti Rusia dan Tiongkok, menurut ABC News.

Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov mengatakan bahwa tindakan Washington meningkatkan ancaman militer terhadap Moskow.

Ia menegaskan bahwa Rusia harus mempertahankan kekuatan nuklirnya pada “tingkat kesiapan tinggi”, dan menyebut lokasi uji coba di Novaya Zemlya, Arktik, siap digunakan kembali.

Kepala Staf Umum Valery Gerasimov memperingatkan bahwa menunda respons terhadap langkah AS dapat mengurangi kemampuan Rusia untuk bertindak cepat.

“Persiapan uji coba bisa memakan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun,” ujarnya.

Baca juga: Putin Pamer Senjata Kiamat Andalan Rusia, Drone Nuklir Poseidon yang Bisa Picu Tsunami Raksasa

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS bahwa Putin belum menentukan tenggat waktu penyusunan proposal tersebut.

“Kami perlu memahami lebih dulu niat Amerika Serikat sebelum mengambil keputusan,” katanya.

Menurut Al Jazeera, Rusia dan AS masih menjadi dua kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi (CACNP) memperkirakan Rusia memiliki sekitar 5.459 hulu ledak nuklir, sementara AS memiliki 5.550, dengan ribuan di antaranya aktif.

Para analis memperingatkan bahwa dimulainya kembali uji coba nuklir oleh salah satu kekuatan besar dapat memicu perlombaan senjata baru.

“Ini adalah contoh klasik siklus aksi-reaksi. Tidak ada yang menginginkan ini, tapi kita bisa saja sampai di sana,” tulis Andrey Baklitskiy, peneliti senior di Institut Penelitian Perlucutan Senjata PBB, di platform X.

Trump belum menjelaskan apakah uji coba yang dimaksud akan melibatkan ledakan nuklir atau hanya pengujian sistem senjata.

Menteri Energi AS Chris Wright menegaskan bahwa “pengujian yang dilakukan akan bersifat nonnuklir.”

Ketegangan antara kedua negara meningkat sejak Trump membatalkan pertemuan puncak dengan Putin pada Oktober lalu dan menjatuhkan sanksi baru terhadap dua perusahaan minyak besar Rusia.

Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Putin beberapa kali mengancam penggunaan senjata nuklir jika Barat terus “campur tangan.”

Baca juga: Diintai NATO, Putin Santai saat Uji Coba Rudal Burevestnik Bertenaga Nuklir

Bulan lalu, Moskow bahkan mengumumkan keberhasilan uji rudal jelajah bertenaga nuklir Burevestnik yang diklaim mampu menghindari sistem pertahanan rudal AS.

Jika uji coba nuklir benar-benar dilanjutkan oleh kedua negara, para pakar memperingatkan dunia dapat kembali memasuki babak baru ketegangan global yang menyerupai era Perang Dingin.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved