Kamis, 20 November 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Jenderal Tertinggi Polandia: Rusia dalam 'Mode Persiapan Perang' Melawan NATO

Rusia telah “memulai periode persiapan perang” dan sedang menyiapkan kondisi untuk potensi agresi di wilayah Polandia. 

FOTO DOK/KREDIT: Wojtek RADWANSKI / AFP
Tentara Polandia bersenjata berdiri selama konferensi pers presiden Polandia dan Lituania setelah kunjungan bersama pusat komando seluler Divisi Multinasional NATO Timur Laut dekat desa Szypliszki, yang terletak di Celah Suwalki - bentangan Polandia sepanjang 80 kilometer -Perbatasan Lituania diapit antara Kaliningrad dan Belarusia, di timur laut Polandia, pada 7 Juli 2022. Wojtek RADWANSKI / AFP 

Jenderal Polandia: Rusia dalam 'Mode Persiapan Perang' Melawan NATO

TRIBUNNEWS.COM - Rusia telah mulai mempersiapkan diri untuk perang dengan Polandia, kata kepala militer negara itu, Wiesław Kukuła.

Komentar Wiesław Kukuła ini menggemakan peringatan oleh para pemimpin Eropa tentang niat Moskow menginvasi lebih banyak wilayah pasca-Ukraina.

Wiesław Kukuła yang menjabat sebagai Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Polandia, menyampaikan pernyataan tersebut kepada media Polandia saat otoritas negaranya menyelidiki ledakan di  jalur kereta api negara itu yang ditemukan pada Minggu (16/11/2025).

Baca juga: Jalur Kereta Polandia Dibom, Rusia Mainkan Perang Hibrida: Sabotase Bantuan ke Ukraina  

Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk mengatakan telah terjadi "tindakan sabotase yang belum pernah terjadi sebelumnya".

Meskipun Polandia tidak menyalahkan Moskow secara langsung, sebelumnya mereka telah menuduh Rusia melakukan berbagai tindakan perang hibrida, termasuk menjadi dalam dalam kebakaran di pusat perbelanjaan di Warsawa pada 2024 silam. 

Aurélien Colson, wakil direktur akademis Institut Geopolitik & Bisnis ESSEC, mengatakan kalau kerusakan pada jalur kereta api mengirimkan peringatan bahwa aktor musuh dapat menyerang infrastruktur penting Eropa di dalam wilayah NATO. 

Baca juga: Taktik Rusia Kian Tak Terduga, Serangan Rudal ke Ukraina Berasal dari Jarak 3.800 Km, NATO Terkecoh?

BELUM PERNAH TERJADI - Dalam gambar yang dibagikan oleh kantornya, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, kedua dari kanan, berbicara dengan pihak berwenang di lokasi kejadian peledakan rel kereta. Insiden ini menurutnya merupakan tindakan yang belum terjadi disebelumnya.
BELUM PERNAH TERJADI - Dalam gambar yang dibagikan oleh kantornya, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, kedua dari kanan, berbicara dengan pihak berwenang di lokasi kejadian peledakan rel kereta. Insiden ini menurutnya merupakan tindakan yang belum terjadi disebelumnya. (Kantor Perdana Menteri Polandia)

Arti Penting Informasi Ini

Polandia adalah anggota NATO dan jalur kereta api yang terkena serangan menyediakan jalur penting untuk mengirimkan bantuan ke Ukraina.   

Komentar Kukuła mengungkapkan kekhawatiran terbaru dari para pejabat di Eropa bahwa Moskow siap menguji ketahanan NATO dengan memperluas sikap agresifnya di luar Ukraina.

Apa yang Perlu Diketahui 

Tusk mengatakan sebuah alat peledak menghancurkan jalur kereta api, sekitar 96 kilometer di tenggara Warsawa, di tengah-tengah antara ibu kota dan Lublin.

Kerusakan tersebut terdeteksi oleh seorang masinis kereta yang melakukan pemberhentian darurat sekitar pukul 07.30 Minggu pagi. 

Tidak ada yang terluka, tetapi Tusk mengatakan di X bahwa itu adalah “tindakan sabotase yang belum pernah terjadi sebelumnya yang ditujukan pada keamanan negara Polandia dan warganya.” 

Menurut BBC, penyelidik juga sedang menyelidiki insiden kedua di jalur yang sama pada hari Minggu, di mana kereta terpaksa berhenti tiba-tiba dalam apa yang diyakini sebagai tindakan sabotase lainnya. 

Jurnalis investigasi Christo Grozev mengunggah pada X  gambar rel kereta yang rusak dan kabel listrik yang melintang di rel pada rute menuju kota Rzeszów, yang katanya menunjukkan adanya ledakan jarak jauh. 

Tusk tidak menyebut Rusia secara langsung, tetapi Kukuła mengatakan kepada Radio Polskie kalau Moskow telah “memulai periode persiapan perang” dan sedang menyiapkan kondisi untuk potensi agresi di wilayah Polandia

Kukuła mengatakan bahwa apa yang terjadi bukanlah perang yang sebenarnya, melainkan “situasi sebelum perang — atau apa yang kami sebut sebagai perang hibrida.” 

Ia mengatakan pernyataan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS), Pete Hegseth yang membandingkan situasi global saat ini dengan tahun 1939, menjelang Perang Dunia II, dan tahun 1981, puncak Perang Dingin, merupakan "perbandingan yang sangat bagus." 

Colson dari lembaga ESSEC mengatakan kalau dugaan sabotase akan menimbulkan pertanyaan tentang respons dan reaksi dari NATO

"Hal ini juga menunjukkan bagaimana perang di Ukraina meluas ke lapisan ekonomi sehari-hari Eropa di mana jalur kereta api, bandara, pelabuhan, dan pusat logistik merupakan ruang garis depan," tambah Colson. 

CEGAT PESAWAT RUSIA  - Dua jet tempur Mig-29 militer Polandia. Pada Rabu dan Kamis, militer Polandia menyatakan mencegat pesawat mata-mata Rusia yang melintas di Laut Baltik.
CEGAT PESAWAT RUSIA - Dua jet tempur Mig-29 militer Polandia. Pada Rabu dan Kamis, militer Polandia menyatakan mencegat pesawat mata-mata Rusia yang melintas di Laut Baltik. (Ministerstwo Obrony Narodowej)

Kemungkinan Rusia Menginvasi Polandia

Wojciech Michnik, asisten profesor di Universitas Jagiellonian, Krakow dan koordinator proyek di LSE IDEAS, lembaga pemikir London School of Economics, mengatakan kalau komentar Kukuła benar dalam membingkai tindakan Rusia terhadap NATO sebagai "situasi sebelum perang", tetapi ini tidak perlu diikuti oleh perang. 

Ancaman perang hibrida dirancang untuk membangun lingkungan yang mendukung agresi dan uji respons serta tidak selalu menjamin eskalasi ke peperangan konvensional, tambah Michnik. 

Invasi besar-besaran ke Polandia, seperti yang dilakukan Rusia saat menginvasi Ukraina, agaknya tidak memungkinkan, mengingat kapasitas militer Rusia saat ini, pengembangan militer Polandia, dan jaminan pertahanan kolektif dari keanggotaan NATO, ujar Michnik.

"Namun, kenyataan ini tidak boleh mengurangi persiapan Polandia yang sedang berlangsung." 

Para pemimpin Eropa telah berulang kali menuduh Rusia melancarkan perang hibrida terhadap sekutu Ukraina, melalui sabotase, serangan siber, dan serangan pesawat tak berawak, tuduhan yang dibantah Moskow.  

Pada bulan September, Polandia membunyikan alarm ketika pesawat tak berawak memasuki wilayah udaranya dari negara tetangga Belarus, yang pemimpinnya adalah sekutu terdekat Vladimir Putin.  

Institut Studi Perang (ISW) mengatakan pada hari Senin bahwa ledakan di rel kereta api Polandia terjadi ketika Rusia meningkatkan kampanye "Fase Nol" untuk mengacaukan Eropa, dan menciptakan kondisi politik, informasi, dan psikologis "untuk potensi perang melawan NATO."

Kutipan Pernyataan

Staf Umum Angkatan Bersenjata Polandia, Wieslaw Kukuła:  

“Kita selalu berada dalam periode pra-perang; bahkan Perang Dingin pun pernah mengalaminya. Kuncinya adalah mengelola masa pra-perang ini, membangun kebijakan pencegahan yang efektif.” 

 
Aurélien Colson, wakil direktur akademis ESSEC Institute for Geopolitics & Business:  

“Ini bukan sekadar sabotase transportasi — ini adalah peringatan bahwa aktor-aktor musuh dapat menyerang infrastruktur penting Eropa di dalam wilayah NATO, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang ketahanan aliansi. Moskow tetap menjadi tersangka utama—Rusia punya motif dan metodenya.” 

Apa yang Terjadi Selanjutnya? 

Pihak berwenang Polandia sedang menyelidiki tindakan sabotase pada jalur kereta api karena kemungkinan besar akan meningkat seruan agar Eropa memberikan tanggapan terhadap dugaan tindakan perang hibrida Rusia

 

 

(oln/nw/*)

  

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved