Jumat, 21 November 2025

Kontribusi Kecil, Absennya Turis Cina Tak Guncang Pariwisata Jepang

Jepang tak terlalu bergantung pada turis Cina bahkan sebagian warga merasa lebih tenang tanpa kehadiran mereka. Apa dampaknya bagi pariwisata?

Editor: Eko Sutriyanto
Richard Susilo
DAMPAK TURIS CINA - Gedung kementerian tanah, transportasi, infrastruktur dan pariwisata Jepang di Kasumigaseki Tokyo 
Ringkasan Berita:
  • China mengimbau warganya tidak berwisata ke Jepang, namun dampaknya dinilai kecil. 
  • Turis China hanya menyumbang sekitar 5 persen dari total belanja wisata di Jepang
  • Banyak warga Kyoto justru merasa lebih nyaman tanpa kehadiran turis China karena perilaku yang dianggap mengganggu dan memicu overtourism di kawasan wisata.

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo – Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Sejak Jumat (14/11/2025), China mengimbau warganya untuk tidak berwisata ke Jepang dengan alasan situasi keamanan di Jepang dianggap memburuk.

Lalu, apa dampaknya bagi Jepang jika turis China benar-benar berhenti datang?

Menurut sumber Tribunnews.com dari kalangan pariwisata Jepang, kontribusi turis China terhadap belanja wisatawan di Jepang ternyata tidak terlalu besar.

“Kecil sekali dampaknya bagi Jepang kalau turis China tidak masuk.

Konsumsi dari turis China hanya sekitar 5?ri total belanja turis di Jepang,” ujar sumber tersebut.

Berdasarkan data 31 Desember 2024, hilangnya turis China hanya akan mengurangi spending wisata sekitar 5 persen atau setara 1,7 triliun yen.

Sumber yang sama menambahkan bahwa ketidakhadiran turis China justru bisa dianggap mengurangi masalah perilaku (manner) yang kerap dikeluhkan masyarakat.

“Daripada bikin pusing orang Jepang dengan kelakuan mereka—buang sampah sembarangan, ribut di mana-mana, memotret lokasi privat meski sudah dilarang—lebih baik mereka tidak usah datang,” ungkapnya.

Baca juga: Pertemuan 30 Menit, PM Jepang dan Dua Menteri Indonesia Sepakati Penguatan Hubungan Bilateral

Belanja Wisata Jepang Didominasi Turis Domestik

Total pengeluaran turis—baik domestik maupun mancanegara—mencapai 31 triliun yen per tahun.

Dari jumlah tersebut, turis asing menyumbang 8,1 triliun yen pada akhir 2024.

Dengan demikian, kontribusi turis Cina hanya sekitar 20,9?ri belanja turis asing, atau 5,5 persen dari total keseluruhan spending wisata di Jepang.

Bagi sebagian masyarakat Jepang, kehilangan pemasukan 1,7 triliun yen dinilai lebih ringan dibanding menghadapi gangguan yang ditimbulkan oleh sebagian turis China.

Keluhan dari Warga Kyoto

Keluhan tentang perilaku turis China banyak terdengar terutama dari warga Kyoto—kota wisata yang kini disebut mengalami overtourism.

Uminoyama, warga lokal, menuturkan kepada Tribunnews.com.

“Akhir-akhir ini benar-benar digerecoki turis China. Ada yang seenaknya masuk halaman rumah saya, memotret tanpa izin, dan suaranya keras sekali.”

Komentar serupa juga disampaikan Hashioki, warga Kyoto lainnya: “Syukurlah kalau turis China dilarang ke Jepang. Kalau bisa, jangan datang lagi.”

Saat kunjungan Tribunnews.com ke Kyoto pekan lalu, turis China terlihat mendominasi tempat-tempat umum.

Di bus kota pun, banyak wisatawan China yang berbicara dengan suara keras dan membuang ludah sembarangan.

Seorang turis Amerika bernama George pun turut berkomentar: “Kyoto ini over tourism sekali. Rasanya jadi tidak nyaman,” katanya

Fenomena ini membuat sebagian warga Kyoto memilih pindah ke prefektur Shiga yang berdekatan, lalu tetap bekerja di Kyoto yang berjarak hanya sekitar satu jam perjalanan dengan mobil.

Bagi yang ingin berdiskusi mengenai pariwisata Jepang, komunitas Pencinta Jepang membuka pendaftaran gratis. Kirimkan nama, alamat, dan nomor WhatsApp ke email: tkyjepang@gmail.com.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved