Senin, 24 November 2025

Perdana Menteri Jepang-China Tidak Saling Sapa di KTT G20, Takaichi Dapat Teguran Baru dari Beijing

Masih panas karena masalah Taiwan, Jepang dan China tidak saling bicara selama pertemuan KTT G20 di Afrika Selatan.

Facebook G20 South Africa/Facebook Prime Minister's Office of Japan
KETEGANGAN CHINA-JEPANG - Kolase foto Perdana Menteri China Li Qiang di KTT G20 di Afrika Selatan, November 2025 (kiri) dan PM Jepang Sanae Takaichi berpidato di hari kedua KTT G20 di Afrika Selatan, 23 November 2025. Masih panas karena masalah Taiwan, Jepang dan China tidak saling bicara selama pertemuan KTT G20 di Afrika Selatan. 

Agen Perjalanan Internasional Jepang Timur melaporkan hampir 70 persen tur grup dibatalkan, sementara pesanan baru turun hingga 90 persen.

Operator besar lainnya, Beijing Huatu International Travel Agency, juga menangguhkan semua pemesanan terkait Jepang.

Ketegangan kini merembet ke ranah budaya, hiburan, dan akademik, wilayah yang biasanya tidak terpengaruh dari permasalahan politik.

Pertemuan akademik tahunan kedua negara yang dijadwalkan di Beijing ditunda.

 Acara persahabatan di Hiroshima akhir bulan ini juga dibatalkan.

Beberapa artis Jepang pun terdampak.

Konglomerat entertainment Yoshimoto Kogyo mengumumkan bahwa sejumlah komedian Jepang batal tampil di festival Shanghai dengan alasan “keadaan yang tidak terhindarkan.”

Kelompok boy band Jepang membatalkan acara penggemar di Guangzhou karena "force majeure,” lapor Reuters dan NBC News.

Industri film juga terkena imbasnya.

China Film News melaporkan bahwa penayangan Crayon Shin-chan the Movie: Super Hot! The Spicy Kasukabe Dancers dan Cells at Work! ditunda setelah importir menyebut adanya ketidakpuasan luas dan intens terhadap pernyataan Takaichi.

Penundaan ini terjadi bahkan ketika Demon Slayer: Infinity Castle merajai box office China dengan pendapatan lebih dari 60 juta dolar AS sejak tayang perdana.

Sejauh Mana Ketegangan Ini akan Berlangsung?

Meskipun Taiwan tetap menjadi salah satu isu paling sensitif bagi China, Lim Chuan-tiong, peneliti Studi Asia di Universitas Tokyo, mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya perselisihan mengenai pulau tersebut “menjadi isu utama” dalam hubungan China–Jepang.

Baca juga: Presiden Taiwan Pilih Sushi, Kirim Sinyal Kuat Dukungan untuk Jepang di Tengah Tekanan Tiongkok

Fukuda Madoka, profesor di Fakultas Hukum Universitas Hosei, Jepang, mengatakan kepada DW bahwa tujuan utama China adalah mencegah pemerintahan Takaichi mencampuri urusan Taiwan di masa mendatang.

Namun, Lim mencatat bahwa berdasarkan pengalaman historis, gejolak antara China dan Jepang pada akhirnya cenderung mereda.

“Tujuan China adalah memberi Jepang pelajaran, tetapi pada akhirnya mereka akan mundur dan kembali berdialog,” ujarnya kepada DW.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved