Minggu, 16 November 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Anak Keracunan MBG Masalah Serius, Infeksi Berulang Bisa Ubah Struktur Usus hingga Picu Keganasan

Keracunan makanan tidak boleh dianggap remeh. Dalam keadaan akut bisa fatal, bahkan sampai kematian.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
PERAWATAN KORBAN - Pelajar korban keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG) dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (25/9/2025). Korban keracunan MBG terjadi di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas sejak Senin (22/9/2025) hingga Kamis (25/9/2025), mencapai lebih dari 1.200 orang. (TRIBUN JABAR/GANI KIRNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus keracunan massal akibat makan bergizi gratis (MBG) yang menimpa ribuan anak, menjadi perhatian serius. 

Nyatanya, dampak dari keracunan MBG ini ternyata bukan seputar diare, muntah, dan dehidrasi saja. 

Keracunan yang berulang dapat memicu penyakit kronis hingga keganasan di masa depan.

Baca juga: Kasus Keracunan Massal MBG, Banggar DPR: Kalau Memang Harus Dievaluasi, Silakan

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, menegaskan bahwa keracunan makanan tidak boleh dianggap remeh. 

“Dalam keadaan akut itu bisa fatal, bahkan sampai kematian. Dalam keadaan kronik, salah satunya bisa memicu irritable bowel syndrome hingga kanker kolorektal,” ujarnya saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan, Senin (29/9/2025). 

Bukan Sekadar Diare Sesaat

Selama ini masyarakat kerap menganggap keracunan makanan hanya menimbulkan gejala jangka pendek seperti diare atau sakit perut. 

Namun, menurut Prof Ari, jika infeksi terjadi berulang kali, maka kondisi ini bisa merusak struktur usus. 

“Prinsipnya, ketika seseorang mengalami peradangan kronis yang berulang-ulang, maka itu akan merubah struktur dari dinding usus tersebut sampai timbul keganasan di masa depan,” jelasnya.

Inilah yang membuat kasus keracunan massal, seperti yang menimpa anak-anak dalam program MBG, harus menjadi evaluasi serius. 

Apalagi, makanan yang disajikan untuk ribuan anak memerlukan rantai penyimpanan, distribusi, hingga penyajian yang benar-benar higienis. 

Sedikit kelalaian dalam proses tersebut dapat memicu kontaminasi silang dan berkembangnya bakteri penyebab keracunan.

Risiko Peradangan Kronis

Prof Ari menambahkan, tidak semua orang menyadari bahwa keracunan bisa berdampak pada organ tubuh lain. 

“Kalau akut, pasien bisa mengalami infeksi berat. Kalau kronik, tergantung juga jenis kuman. Ada kuman yang bisa menyebabkan gangguan di beberapa organ,” katanya.

Gangguan yang dimaksud bisa bervariasi, mulai dari peradangan kronis usus, sindrom iritasi usus besar, hingga meningkatnya risiko penyakit peradangan usus non-infeksi. 

Dalam kasus terburuk, perubahan struktur usus akibat infeksi berulang bisa berujung pada kanker kolorektal.

Ancaman pada Anak Usia Sekolah

Keracunan makanan massal yang terjadi di sekolah bukan hanya mengganggu aktivitas belajar, tapi juga berdampak pada tumbuh kembang anak. 

Infeksi yang berulang bisa melemahkan daya tahan tubuh, mengganggu penyerapan gizi, hingga menyebabkan kebutuhan medis yang lebih kompleks.

Tak hanya itu, penggunaan antibiotik untuk mengatasi keracunan juga bisa memengaruhi mikrobiota usus anak. 

Hal ini berpotensi mengubah keseimbangan flora usus, yang berperan penting dalam imunitas maupun metabolisme. 

Jika dibiarkan, dampaknya bisa terasa hingga dewasa.

Perlunya Pengawasan Ketat

Kasus keracunan MBG menunjukkan bahwa distribusi makanan sehat tidak bisa hanya berorientasi pada jumlah dan kandungan gizi, tetapi juga keamanan pangan. 

Rantai dingin harus dijaga, bahan baku tidak boleh terpapar lama di suhu ruang, dan makanan matang tidak boleh bercampur dengan bahan mentah.

Pemerintah, sekolah, penyedia katering, hingga orang tua, memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan makanan yang diberikan benar-benar aman. 

Mengingat risiko jangka panjang yang dijelaskan Prof Ari, keracunan makanan bukanlah masalah sesaat.

Setiap kasus keracunan harus diperhatikan secara serius. 

Jika gejala berlangsung lama atau terjadi berulang, segera perlu pemeriksaan medis.

“Makanya kalau bisa jangan sampai terjadi infeksi keracunan ini, apalagi berulang. Karena tadi dampaknya buat jangka panjang bisa terjadi hal-hal yang lebih berat,” pungkasnya.

 

(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved