Senin, 10 November 2025

Hati-hati Aritmia Bisa Tingkatkan Risiko Stroke

Aritmia bukan sekadar gangguan irama jantung biasa. Kondisi ini menyebabkan aliran darah melambat, memicu terbentuknya gumpalan darah berujung stroke

Tribunnews.com/ Rina Ayu
ARITMIA RISIKO STROKE - Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Kardiologi Intervensi Konsultan RS Premier Bintaro dr. Beny Hartono, Sp.JP (berbaju putih) dan neurolog dr. Meidianie Camellia, SpN (berjilbab) dalam talkshow ‘Don’t Miss A Beat: Every Minute Counts’ di Jakarta, Selasa (4/11/2025). Aritmia jadi bahasan dalam talkshow tersebut. Perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko stroke terutama jika tidak terdeteksi dini. 
Ringkasan Berita:
  • Fibrilasi atrium merupakan jenis aritmia yang paling umum terjadi
  • Kondisi ini menyebabkan aliran darah melambat hingga memicu gumpalan darah yang menimbulkan stroke
  • Faktor risiko seseorang mengalami fibrilasi atrium adalah usia

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Subspesialis Kardiologi Intervensi Konsultan dr. Beny Hartono, Sp.JP mengatakan, aritmia bukan sekadar gangguan irama jantung biasa.

Aritmia perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko stroke terutama jika tidak terdeteksi dini.

“Fibrilasi atrium merupakan jenis aritmia yang paling umum terjadi,” kata dia dalam dalam talkshow ‘Don’t Miss A Beat: Every Minute Counts’ di Jakarta, Selasa (4/11/2025).

Ia menjelaskan, fibrilasi atrium adalah gangguan irama jantung ketika serambi jantung berdenyut sangat cepat dan tidak teratur, sehingga fungsi pemompa darah ke seluruh tubuh terganggu.

Kondisi ini menyebabkan aliran darah melambat dan memicu terbentuknya gumpalan darah.

Baca juga: Ada 2 Jenis Stroke, Perdarahan di Otak Lebih Mematikan

Jika gumpalan tersebut terbawa ke otak, dapat menimbulkan stroke yang umumnya lebih berat.

Adapun faktor risiko seseorang mengalami fibrilasi atrium adalah usia, dimana usia 45 tahun ke atas lebih berisiko alami kondisi tersebut.

Kemudian, gaya hidup seperti merokok, minum alkohol dan kafein berlebihan serta memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, obesitas maupun penyakit jantung koroner.

“Fibrilasi atrium ini bisa juga terjadi di usia muda karena multifaktor diantaranya genetik,” tegasnya.

Dokter Benny menekankan pentingnya pemeriksaan diagnostik dini seperti rekam jantung (EKG), Holter monitoring, dan tes latih jantung (treadmill test) untuk mendeteksi kelainan irama sejak awal sebelum menimbulkan komplikasi serius.

Saat ini, penanganan efektif pada kondisi aritmia bisa berupa kateter ablasi, pemasangan alat pacu jantung (pacemaker), implantable cardioverter defibrillator (ICD)  serta tindakan IVUS  (Ultrasonografi Intravaskular) untuk mencegah kematian mendadak akibat aritmia berbahaya.

Ditambahkan neurolog dr. Meidianie Camellia, SpN, dalam penanganan stroke harus memperhatikan waktu.

Setiap menit yang terbuang berarti semakin banyak sel otak yang mati.

Penanganan optimal harus dilakukan dalam golden hour empat setengah jam pertama untuk pemberian terapi trombolitik , dan hingga 24 jam pertama untuk tindakan trombektomi mekanik pada kasus sumbatan pembuluh besar.

Serangan stroke yang terjadi akibat sumbatan (stroke iskemik) atau yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak (stroke hemoragik), dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan bicara, bahkan kematian.

“Stroke adalah kondisi darurat medis yang harus ditangani segera,” tutur dia.

Banyak rumah sakit menyediakan layanan penanganan stroke secara lengkap; termasuk rehabilitasi pasca-stroke, skrining disfagia, dan pengelolaan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

“Kami berharap edukasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih sigap mengenali gejala dan segera mencari pertolongan medis,” tutur Marketing Manager RS Premier  Bintaro Chintami Handayani dalam sesi pembuka talkshow.

(Tribunnews.com/ Rina Ayu)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved