Musim Hujan dan Migrasi Burung Tingkatkan Risiko H5N5, Ini Imbauan Pakar untuk Indonesia
Kasus pertama infeksi virus H5N5 pada manusia di AS kembali mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi penyakit zoonotik.
Ringkasan Berita:
- Muncul kasus pertama infeksi virus H5N5 pada manusia di Amerika Serikat
- Kondisi ekologi dan pola peternakan unggas di Indonesia dinilai tetap berpotensi meningkatkan risiko penularan lintas spesies
- Pakar epidemiologi mengatakan biosekuriti yang belum optimal menadi tantangan utama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Laporan kasus pertama infeksi virus H5N5 pada manusia di Amerika Serikat (AS) kembali mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi penyakit zoonotik.
Meski kasus terjadi jauh dari Indonesia, kondisi ekologi dan pola peternakan unggas nasional dinilai tetap berpotensi meningkatkan risiko penularan lintas spesies, terutama saat musim hujan.
Ahli epidemiologi dan peneliti di Global Health Security, Dicky Budiman, menekankan bahwa perubahan perilaku hewan saat musim hujan dapat menjadi faktor pemicu meningkatnya risiko paparan virus avian influenza.
“Musim hujan dapat memperbesar peluang spillover dari burung liar ke unggas domestik, terutama pada lokasi yang jadi tempat perhentian burung migrasi,” kata Dicky dalam keterangannya, Rabu (19/11/2025).
Migrasi Burung dan Indonesia sebagai Jalur Strategis
Indonesia berada di jalur migrasi burung East Asian Australasian Flyway yang dilalui jutaan burung air setiap tahun.
Burung-burung ini menjadi salah satu reservoir terbesar virus influenza avian.
Ketika burung liar dan unggas domestik berinteraksi di pantai, rawa, sawah, atau peternakan tradisional, potensi perpindahan virus meningkat.
Banyak wilayah di Indonesia masih memiliki pola peternakan terbuka yang memungkinkan interaksi lintas spesies.
Wilayah dengan kepadatan unggas tinggi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan beberapa sentra peternakan di Sumatera menjadi area yang memerlukan perhatian ekstra.
Biosekuriti yang Belum Optimal Jadi Tantangan Utama
Baca juga: Muncul Kasus Pertama H5N5 pada Manusia di AS, Bagaimana Risiko di Indonesia?
Indonesia memiliki jutaan peternakan unggas skala kecil, mulai dari ayam kampung, itik, hingga ayam broiler, yang sebagian besar berada dekat pemukiman.
Kondisi berikut memperbesar risiko penularan:
1. Kandang terbuka yang dekat dengan rumah warga
2. Tidak adanya sekat dari burung liar
3. Kebiasaan tidak menggunakan APD
4. Limbah unggas yang tidak dikelola
5. Mobilitas unggas hidup antar daerah
Dicky menegaskan biosekuriti yang kuat menjadi kunci menurunkan risiko.
Tindakan yang Perlu Dilakukan Peternak
Peternak menjadi garda terdepan dalam mencegah masuknya virus avian influenza. Beberapa langkah penting meliputi:
1. Memisahkan unggas dari burung liar
Menutup kandang, memperbaiki pagar, dan menutup akses burung air.
Baca juga: Kemenkes Keluarkan Surat Edaran Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Flu Burung
2. Menjaga kebersihan kandang
Lantai, pakan, dan air minum harus dijaga agar tidak terkontaminasi kotoran burung liar.
3. Menggunakan APD saat memasuki kandang
Masker, sarung tangan, dan baju kerja khusus.
4. Melapor jika ada unggas mati mendadak
Pelaporan dini dapat mencegah penyebaran lebih luas.
5. Tidak ke kandang saat sedang flu
Untuk mencegah kemungkinan infeksi silang.
Pentingnya Deteksi Dini dan Sistem One Health
Kasus H5N5 di AS memperkuat urgensi pendekatan One Health yang menggabungkan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.
Dicky menekankan bahwa Indonesia memerlukan:
1. Surveillance unggas dan lingkungan yang lebih kuat
2. Deteksi aktif di pasar unggas hidup
3. Pelaporan cepat dari fasilitas kesehatan
4. Kolaborasi lintas kementerian dan daerah
5 Stok antiviral, alat pelindung diri (APD), dan kapasitas ICU yang memadai
“Ini pesan penting bahwa One Health Approach menjadi semakin relevan dan penting,” tegasnya.
| Busa Hitam Misterius di Subang, Pakar Ingatkan Bahaya Jangka Panjang |
|
|---|
| Busa Hitam Turun dari Langit Subang Bikin Warga Panik, Ini Kata Pakar |
|
|---|
| Pakar Soroti Kelelahan Tenaga Masak MBG, Bisa Jadi Pemicu Faktor Risiko Keracunan |
|
|---|
| Kasus Keracunan MBG Terulang, Pakar Sebut Bukan Hanya Masalah Dapur, Tapi Kegagalan Sistemik |
|
|---|
| Ramai Isu Virus Influenza D, Benarkah Bisa Jadi Wabah? Ini Kata Pakar |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.