Tahun Ini Wabah Campak Meluas dari Kanada Sampai Indonesia, Pakar Jelaskan 3 Penyebab Utama
Lonjakan kasus campak kembali menjadi sinyal bahaya bagi kesehatan publik, termsuk di Indonesia .
Kasus berat dan kematian paling banyak terjadi pada anak yang belum mendapat imunisasi lengkap.
Tiga Penyebab Utama Lonjakan Kasus Campak di 2025
Berdasarkan penjelasan Dicky Budiman, ada tiga faktor kunci yang menyebabkan peningkatan kasus campak:
1. Tingginya Vaksin Hesitansi (Keraguan terhadap Vaksin)
Vaksin hesitansi meningkat tajam pascapandemi. Hoaks dan narasi konspiratif seputar keamanan vaksin memengaruhi sebagian masyarakat.
Banyak orang tua ragu, takut, atau menunda imunisasi rutin, padahal perlindungan dua dosis vaksin MMR sangat krusial.
“Di tiga negara ini Indonesia, Amerika dan Kanada ada titik-titik populasi dengan cakupan vaksin rendah karena sepertama vaksin hesitansi. Jadi penolakan vaksin yang meningkat,” jelas Dicky.
2. Gangguan Layanan Imunisasi Selama dan Setelah Pandemi
Pandemi COVID-19 menimbulkan efek domino. Layanan imunisasi sempat terhenti atau melambat. Di banyak daerah, ketertinggalan membawa dampak panjang hingga kini.
3. Kluster Komunitas yang Menutup Diri
Ada kelompok masyarakat yang membatasi interaksi, menerima informasi keliru, atau menolak layanan kesehatan.
Ketika virus masuk ke dalam kluster yang tidak memiliki kekebalan, wabah dapat meledak dengan cepat, bahkan hanya dari satu kasus impor.
*Kunci Pencegahan: Dua Dosis Vaksin MMR*
Untuk menghentikan penyebaran campak, Dicky menegaskan perlunya cakupan vaksinasi minimal 92 persen dan idealnya 95 persen.
Jika tercapai, komunitas mendapatkan perlindungan kolektif atau herd immunity.
“Vaksin MMR yang diberikan ini bisa mencegah infeksi dan bila cukup banyak orang yang vaksin seperti tadi saya pesampaikan setidaknya 92 persen misalnya atau di ideal 95 persen ini akan memutus rantai penularannya karena terjadi herd immunity,” katanya.
Anak yang belum mendapat dua dosis MMR berada pada risiko tinggi mengalami komplikasi berat, seperti:
Pneumonia
Encephalitis (radang otak)
Kematian
Data menunjukkan angka komplikasi dan kematian jauh lebih tinggi pada anak yang tidak divaksin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.