Tahun Ini Wabah Campak Meluas dari Kanada Sampai Indonesia, Pakar Jelaskan 3 Penyebab Utama
Lonjakan kasus campak kembali menjadi sinyal bahaya bagi kesehatan publik, termsuk di Indonesia .
Beberapa penyebab umum yang mendorong vaksin hesitansi meliputi:
1. Narasi keliru tentang keamanan vaksin
2. Ketidakpercayaan terhadap institusi kesehatan
3. Sentimen ideologis kelompok tertentu
Akses layanan terbatas, terutama di wilayah terpencil.
Trauma atau ketidakpercayaan yang tersisa pascapandemi COVID-19.
Ketika berita bohong beredar tanpa koreksi cepat, keraguan semakin meluas. Akibatnya, anak-anak menjadi korban terbesar.
Konsekuensi Serius Jika Wabah Tidak Ditangani Cepat
Campak bukan sekadar penyakit masa kecil yang dianggap biasa.
Lonjakan kasus menunjukkan kemunduran capaian imunisasi global. Bila tidak ditangani cepat, wabah dapat meluas lintas kota, provinsi, bahkan negara.
Ketertinggalan imunisasi akan terus memperbesar kerentanan, menciptakan kantong-kantong populasi yang rawan dipicu oleh kasus impor.
Rekomendasi Penanggulangan
Menurut Dicky, langkah yang perlu segera dilakukan pemerintah dan masyarakat adalah:
1. Meningkatkan Cakupan Imunisasi MMR Dua Dosis
Fokus pada wilayah kantong rawan dan komunitas dengan cakupan rendah melalui kampanye imunisasi massal.
2. Komunikasi Risiko yang Tepat, Jelas, dan Humanis
Menggunakan bahasa lokal dan sederhana untuk menjelaskan keamanan, efektivitas, serta risiko nyata campak pada anak yang tidak divaksin. Keterlibatan tokoh agama, tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan sangat penting.
3. Memperkuat Surveillance dan Respon Cepat
Termasuk tracing kasus, isolasi, serta pemberian vaksin pasca paparan (post-exposure prophylaxis).
4. Menyediakan Layanan Imunisasi yang Mudah Diakses dan Gratis
Terutama untuk keluarga dengan hambatan jarak atau ekonomi.
“Dan jangan dibiarkan ketika misinformasi konspirasi hoaks beredar itu harus segera counter dengan bukti lokal, angka-angka kematian dan data lokal ini sering paling meyakinkan bagi masyarakat,” tegasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.