Kamis, 20 November 2025

Dari Tradisi ke Kontemporer, Pameran Seni Ini Soroti Perempuan sebagai Empu Masa Kini

Gelar empu dalam tradisi Jawa tidak hanya merujuk pada ahli pembuat keris atau manuskrip, tetapi juga pada sosok yang dihormati

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
SIMBOL PEREMPUAN - Karya seni rupa bertajuk Per“EMPU”an menghadirkan penafsiran ulang atas makna empu sebagai simbol perempuan Nusantara dipamerkan di  Amuya Gallery, Kemayoran, Jakarta Pusat.    

Anggi Dwi Astuti memadukan tradisi dan mode adibusana sebagai pernyataan bahwa perempuan masa kini menegosiasikan makna dirinya melalui medium pakaian.

Nina Maftukha dengan patung biru kobalt berkepala ganda dan caping, mematahkan stereotip perempuan ideal, sebuah langkah kritis yang menunjukkan bahwa kepakaran perempuan tidak dapat dibatasi oleh tatapan luar.

Baca juga: Melliza, Salma, dan Rinanda, Siap Perkenalkan Budaya Bangsa di Panggung Internasional

Kritik sosial diperkuat Nukke Sylvia, yang menampilkan figur Janin Emas sebagai metafora terhadap pengambilalihan identitas di bawah kapitalisme.

Chandrarezky Permatasari melalui “Air Mata Pertiwi” menggugat ikonografi Ibu Pertiwi yang kerap membebani tubuh perempuan sebagai representasi bangsa.

Dua karya ini memperluas konsep empu sebagai sosok yang tidak hanya merawat budaya, tetapi juga berani menegur ketidakadilan sosial.

Dimensi spiritual dan mitologis juga hadir dalam karya Dwi Susilawati, “Mythos”, yang menggambarkan perempuan sebagai dewi dan entitas alam dalam siklus abadi kehidupan.

Di sisi lain, Vania Aqmarani Sulaiman menegaskan perempuan sebagai empu kontemporer melalui perhiasan logam, membawa gagasan bahwa “seribu peran dalam satu jiwa” adalah bentuk kemewahan eksistensial yang hanya dimiliki perempuan.

Penutup pameran dihadirkan melalui video art “CINTA” karya Novena Ulita, yang menempatkan dapur sebagai locus of change, menunjukkan bahwa transformasi besar kerap berangkat dari tindakan kecil perempuan sehari-hari.

Pameran Per'EMPU'an pada akhirnya menegaskan bahwa di balik keragaman medium dan estetika, pusat narasinya tetap sama: perempuan adalah empu yang merawat, menafsirkan, dan membentuk wajah kebudayaan Nusantara.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved