Rabu, 19 November 2025

Ledakan di Jakarta Utara

ABH Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Disebut Pernah Laporkan Bullying, tapi Tak Ditanggapi Sekolah

Eks Kepala Densus 88 Antiteror, Komjen Marthinus Hukom menyebut pelaku ledakan SMAN 72 pernah laporkan kasus bullying ke sekolah tapi tak ditanggapi.

Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami
LEDAKAN SMAN 72 JAKARTA — Petugas kepolisian dan TNI AL berjaga di depan SMAN 72 Jakarta, Sabtu (8/11/2025), sehari setelah ledakan saat salat Jumat. Ledakan hebat itu menyebabkan 96 orang mengalami luka-luka. Eks Kepala Densus 88 Antiteror, Komjen Marthinus Hukom menyebut pelaku ledakan SMAN 72 pernah laporkan kasus bullying ke sekolah tapi tak ditanggapi. 

Ringkasan Berita:
  • Eks Kepala Densus 88 Antiteror, Komjen Marthinus Hukom menyebut pelaku ledakan SMAN 72 pernah laporkan kasus bullying ke sekolah tapi tak ditanggapi.
  • Adanya laporan soal bullying ini juga diperkuat dengan temuan catatan pribadi milik pelaku ledakan SMAN 72 tersebut.
  • Pelaku dalam buku catatannya juga menuliskan bahwa ia merasa tak berdaya setelah laporan bullying tersebut tak ditanggapi pihak sekolah.

 

TRIBUNNEWS.COM - Terungkap fakta baru dalam kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta yang terjadi pada Jumat (7/11/2025).

Dari hasil penyelidikan sementara dan keterangan para siswa, pelaku ledakan SMAN 72 yang kini menjadi anak berhadapan dengan hukum (ABH) itu pernah melaporkan tindakan perundungan atau bullying kepada pihak sekolah. Namun, laporan bullying tersebut tidak ditanggapi oleh sekolah.

Hal ini diungkap oleh Eks Kepala Densus 88 Antiteror Komjen Marthinus Hukom.

Marthinus menyebut adanya laporan soal bullying ini juga diperkuat dengan temuan catatan pribadi milik pelaku ledakan SMAN 72 tersebut.

“Itu kan dari hasil investigasi anak-anak penyidik di lapangan ya. Bahwa dia bersama temannya itu pernah lapor ke sekolah bahwa dia di-bully, tapi tidak ditanggapi,” kata Marthinus, Selasa (18/11/2025), dilansir Kompas.com.

Marthinus menuturkan ABH dalam buku catatannya juga menuliskan bahwa ia merasa tak berdaya setelah laporan bullying tersebut tak ditanggapi pihak sekolah.

ABH juga menyebut tidak adanya keadilan karena laporannya tak digubris.

“Bahkan dia kan sampai bilang bahwa, ‘Untuk apa percaya sama Tuhan, kita lapor kepada sekolah aja juga tidak ada keadilan,’ begitu,” ujar Marthinus.

Dari temuan fakta ini, Marthinus menilai pihak sekolah perlu bersikap terbuka dan jujur mengenai adanya perundungan di lingkungan siswa. 

Pasalnya, perundungan memiliki banyak bentuk dan tidak selalu tampak sebagai tindakan besar. 

Baca juga: Kondisi Pelaku Ledakan SMAN 72 Mulai Stabil, Polisi Koordinasi dengan Dokter untuk Pemeriksaan ABH

Klarifikasi Pihak Sekolah

Sementara itu, Kepala SMAN 72 Jakarta Tetty Helena Tampubolon membantah adanya laporan perundungan dari siswa maupun guru.

“Yang saya panggil memang satu, lalu saya minta tolong ke tiga guru BK lainnya, ‘siapa yang sudah dihubungi?’ Ternyata jawabannya, ‘Bu, kami enggak ada (laporan soal bully),’” kata Tetty.

Tetty menyebut pihaknya juga telah menggali informasi tentang laporan bullying tersebut, tetapi sekolah tidak menemukan adanya perundungan terhadap terduga pelaku.

“Ya, sepengakuan anak-anak itu, mereka tidak tahu sebenarnya anak ini (pelaku) di-bully atau tidak."

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved