Kapal Tenggelam di Selat Bali
KNKT: Sebelum Tenggelam, Kondisi KMP Tunu Baik, Cuaca Tidak Hujan dan Tak Berkabut
KNKT mengungkapkan KMP Tunu sebelum tenggelam dalam kondisi baik. Selain itu, cuaca untuk berlayar juga mendukung karena tidak turun hujan.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Plt Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Anggiat Pandiangan, membeberkan kronologi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KM) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) lalu.
Anggiat menuturkan KMP Tunu mulai bertolak dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali pada pukul 22.51 WIB.
Sebelum berlayar, kapal tersebut terlebih dahulu melakukan proses pemuatan kendaraan.
"Pada pukul 22.45 WIB proses pemuatan selesai dilakukan. Lalu, pukul 22.51 WIB KMP Tunu Pratama Jaya mulai bertolak menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali," kata Anggiat dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi V DPR di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (8/7/2025), dikutip dari YouTube TV Parlemen.
Anggiat juga mengungkapkan, KMP Tunu dalam kondisi baik saat akan bertolak ke Pelabuhan Gilimanuk.
Selain itu, sambungnya, cuaca ketika itu dalam kondisi tidak hujan dan tidak berkabut.
"Ketika kapal bertolak, tidak ada anomali atau kemiringan atau keadaan yang tidak biasa. Kemudian juga mesin beroperasi dengan normal. Visibilitas juga baik serta tidak hujan dan tidak berkabut," jelasnya.
Namun, 30 menit berlayar, anak buah kapal (ABK) baru merasakan kapal dalam kondisi miring.
Ditambah, juru mudi dan kelasi juga melihat masuknya air laut ke mesin KMP Tunu.
Baca juga: Tim SAR Temukan Tiga Lagi Korban Tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya
Melihat hal tersebut, ujar Anggiat, mualim jaga langsung memerintahkan ABK untuk melakukan evakuasi terhadap penumpang.
"Mualim Jaga memerintahkan awak kapal untuk bantu penumpang kenakan life jacket dan persiapan evakuasi."
"Sementara, nakhoda yang sedang beristirahat, segera dibangunkan oleh Mualim Jaga, kemudian nakhoda segera mengambil alih kemudi dan memancarkan berita marabahaya di radio VHF frekuensi 16," jelasnya.
Anggiat mengungkapkan kapal terus dalam kondisi semakin miring dan berujung tenggelam.
Akibatnya, beberapa kapal lain yang berada di sekitar lokasi kejadian sulit membantu evakuasi para korban karena kondisi medan yang gelap.
"Kapal Gilimanuk 1 dan Tunu Pratama 3888 yang berada di sekitar lokasi mencoba menyoroti lampu ke arah TPJ, tapi kesulitan mengenali objek terapung di air karena kondisi gelap," tuturnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.