Kamis, 7 Agustus 2025

Bendera One Piece

6 Tokoh yang Tak Larang Pengibaran Bendera One Piece: Dedi Mulyadi, Respati Ardi, Immanuel Ebenezer

Berikut rangkuman tanggapan para pejabat soal pengibaran bendera One Piece, jelang HUT ke-80 RI. Di antaranya ada Dedi Mulyadi dan Respati Ardi.

|
Editor: Nuryanti
Kolase Tribunnews
BENDERA ONE PIECE - Berikut rangkuman tanggapan para pejabat hingga politikus soal pengibaran bendera One Piece, jelang HUT ke-80 RI. Ada pihak-pihak yang merasa tak masalah dengan pengibaran bendera One Piece ini. Di antaranya adalah Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi, Wali Kota Solo Respati Ardi, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer, dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi. Ada juga Anggota Komisi II DPR RI Mardani Ali Sera, serta Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira yang mengaku tak masalah dengan adanya pengibaran bendera One Piece ini. 

Berbagai simbol-simbol lain yang dipasang di antara lambang negara pun dinilai sah-sah saja.

“Bagus-bagus aja yang penting Indonesia tetap dipasang. Mau one piece, gatot kaca boleh. Nggak (perlu ditertibkan)” ungkapnya.

Baca juga: 6 Tokoh yang Tolak Pengibaran Bendera One Piece: Khofifah, Bobby Nasution, Budi Gunawan, Hasan Nasbi

4. Anggota Komisi II DPR RI Mardani Ali Sera

ANGGOTA DPR RI - Foto Dr. H. Mardani Ali Sera, M.Eng. saat diwawancarai oleh wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada 12 Juli 2018. Berikut profil eks Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS itu.
ANGGOTA DPR RI - Foto Dr. H. Mardani Ali Sera, M.Eng. saat diwawancarai oleh wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada 12 Juli 2018. Berikut profil eks Wakil Sekretaris Jenderal DPP PKS itu. (KOMPAS.com/Kristian Erdianto)

Anggota Komisi II DPR RI Mardani Ali Sera menilai, semua pihak tidak perlu terburu-buru menghakimi fenomena bendera One Piece yang ramai dikibarkan jelang HUT ke-80 RI.

Legislator PKS itu berpandangan fenomena bendera One Piece tidak perlu dibesar-besarkan. Karena menurutnya, di era digital ini, semua punya akses pada informasi, dan karena itulah jangan cepat-cepat menilai buruk suatu fenomena.

"Harus ada hati terbuka bahwa rakyat itu cerdas dan punya hati. Bisa jadi ada pesan yang ingin disampaikan. Mesti mengaji rasa. Jangan merasa pintar, tapi seharusnya adalah pintar merasa," kata Mardani kepada wartawan, Senin (4/8/2025).

Dia menilai, selama tidak ada unsur kekerasan atau anarkisme, ekspresi semacam itu justru bisa jadi ruang dialog antara negara dan warganya.

"Nikmati saja. Kadang hanya perlu didekati dan didengar. Nanti akan kembali," kata Mardani.

Dia bahkan tak melihat adanya pelanggaran dengan aksi pemasangan bendera One Piece. Menurut Mardani, fenomena tersebut hanya bagian dari bentuk ekspresi masyarakat.

"Tidak melanggar hukum. Kadang anak itu berulah karena kurang perhatian. Kasih perhatian saja nanti kembali dekat. Saat ini memang zamannya masyarakat semakin kreatif. Dan kan sebenarnya bagus kalau punya rakyat yang kritis. Yang penting kita bisa menjaga bersama, dan tidak boleh ada aksi anarkis," tandas Mardani.

Baca juga: Salah Satunya Anies, Ini 4 Tokoh Besar di RI yang Gunakan Simbol One Piece

5. Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira

Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira, di Gedung DPR RI, Jakarta. Andreas mengkritisi putusan bebas yang dijatuhkan pengadilan kepada Bripda AFH, polisi yang menjadi terdakwa kasus pencabulan anak di Kabupaten Keerom, Papua.
Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI, Andreas Hugo Pareira, di Gedung DPR RI, Jakarta. Andreas mengkritisi putusan bebas yang dijatuhkan pengadilan kepada Bripda AFH, polisi yang menjadi terdakwa kasus pencabulan anak di Kabupaten Keerom, Papua. (Tribunnews.com/Ist)

Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Andreas Hugo Pareira mengaku tak setuju apabila pengibaran bendera One Piece dianggap sebagai tindakan makar.

Menurut Andreas, tindakan tersebut lebih merupakan bentuk ekspresi masyarakat terhadap kondisi sosial-politik saat ini. Sehingga, tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.

"Terlalu berlebih-lebihan kalau menganggap bendera One Piece sebagai tindakan makar," kata Andreas kepada Tribunnews.com, Minggu (3/8/2025).

Andreas menilai, alih-alih ditanggapi secara represif, pemerintah semestinya melihat fenomena pengibaran bendera One Piece ini sebagai bentuk kritik simbolis dari masyarakat.

"Ini lebih pada bentuk ekspresi sebagian publik yang mengenal komik One Piece untuk menunjukkan adanya hal yang kurang beres dalam sistem kekuasaan," ujarnya.

Oleh karena itu, pria yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XIII DPR RI ini mengingatkan pemerintah untuk lebih bijak menyikapi fenomena tersebut.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan