Menteri Agama Tegaskan Lima Poin Penting dalam Kurikulum Cinta, Berikut Aspek Utamanya
Menag Nasaruddin Umar memaparkan lima poin penting dalam penerapan Kurikulum Cinta, berikut empat aspek utama Kurikulum Cinta.
Penulis:
Lanny Latifah
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar memaparkan lima poin penting dalam penerapan Kurikulum Cinta.
Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), atau sering disebut Kurikulum Cinta, adalah pendekatan pendidikan yang dikembangkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) RI.
Kurikulum ini menekankan pada nilai-nilai kasih sayang, persaudaraan, dan kerukunan, terutama dalam konteks keberagaman di Indonesia.
Melansir laman Kemenag, lima poin penting dalam penerapan Kurikulum Cinta meliputi cinta kepada Tuhan, sesama manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta.
“Ada lima asas utama cinta: cinta kepada Tuhan, manusia, hewan, tumbuhan, dan alam semesta,” ujar Menag saat membuka kegiatan Koordinasi Finalisasi Naskah Kurikulum Berbasis Cinta Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang digelar Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Ditjen Pendidikan Islam di Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Menurut Menag, cinta kepada Tuhan menjadi landasan utama bagi tumbuhnya bentuk-bentuk cinta lainnya.
“Cinta kepada Tuhan akan menjadi fondasi kuat untuk menumbuhkan cinta pada manusia, hewan, tumbuhan, dan seluruh ciptaan-Nya,” jelasnya.
Menag menekankan bahwa cinta kepada sesama manusia berarti menjaga dan menghargai satu sama lain.
“Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita tidak boleh saling menghancurkan. Manusia adalah makhluk paling sempurna dan paling dicintai Tuhan. Kita diciptakan bukan untuk bermusuhan, tetapi untuk saling menyayangi,” tegasnya.
Selain itu, Menag mengingatkan pentingnya memelihara keseimbangan ekosistem.
“Allah menciptakan seluruh ekosistem sebagai satu kesatuan yang saling bergantung. Tidak ada yang hadir tanpa alasan,” ungkapnya.
Baca juga: Menteri Agama Sebut Penerapan Kurikulum Cinta Bertahap, Buku yang Ajarkan Kebencian Dievaluasi
Terkait keberagaman agama, Menag menyampaikan bahwa meski secara kuantitas berbeda, semua agama pada dasarnya mengandung nilai inti yang sama, yaitu cinta.
“Sesuatu yang tampak beragam pada hakikatnya berasal dari satu kesatuan. Begitu pula agama, jika dipahami secara mendalam, semuanya bermuara pada satu hal: cinta,” imbuhnya.
Menag pun menekankan pentingnya mengemas konsep cinta ini menjadi kurikulum yang menarik dan aplikatif.
“Konsep cinta harus disajikan secara cakap dalam kurikulum, sehingga mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar mahasiswa,” pungkasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.