Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Presiden Prabowo Didesak Bentuk Tim Independen Pencari Fakta Terkait 11 Korban Jiwa Demo Rusuh
Dengan metode investigasi yang serius dan tepat, Syahganda Nainggolan berharap Prabowo dapat menegakkan hukum setegas-tegasnya dan seterang-terangnya.
Penulis:
Erik S
Editor:
willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demonstrasi yang berujung bentrokan antara personel kepolisian dan demonstran di berbagai kota di Indonesia menimbulkan banyak korban jiwa. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) merilis ada 11 korban jiwa hingga Selasa(2/9/2025).
Baca juga: Meski Banyak Demo, Panja RUU PPRT Tetap Kebut Rapat di Gedung DPR
Korban berasal dari mahasiswa, pelajar, pengemudi ojek online (ojol) hingga staf dan anggota DPRD.
Terkait hal tersebut Pakar Politik Syahganda Nainggolan mengatakan presiden Prabowo perlu membuat tim independen pencari fakta agar seluruh informasi dapat diperoleh masyarakat secara benar.
"Demikian pula untuk memenuhi kritikan dunia internasional, termasuk PBB, atas banyaknya korban kekerasan dalam menyampaikan pendapat," kata Syahganda dalam keterangannya, Selasa (2/9/2025).
Meskipun Prabowo sudah bekerja maksimal dalam meredam situasi chaos dan meresahkan masyarakat, tetap saja masyarakat membutuhkan kelengkapan informasi, seperti siapa yang bertanggung jawab, bagaimana kekerasan aparat negera dalam menangani aksi-aksi protes dan kemungkinan penunggangan aksi-aksi tersebut untuk kepentingan elite tertentu.
"Beberapa hal sensitif seperti penjarahan rumah anggota DPR dan menteri keuangan, isu darurat militer dan isu terbunuhnya beberapa mahasiswa dan pelajar oleh aparat harus dapat dibongkar tuntas," ujar Syahganda.
Syahganda juga meminta agar penangkapan-penangkapan aktivis pada aksi-aksi unjuk rasa perlu dilakukan secara hati-hati, termasuk menangkap Delpedro Marhaen, Direktur Lokataru Foundation. Pemerintahan Prabowo harus memulai investigasi dengan melihat sebab-sebab sosial politik yang besar dan komprehensif, sebelum melihat aktor-aktor yang terlibat didalamnya.
"Tanpa metode yang tepat, saya memandang bahwa nanti yang akan muncul adalah saling fitnah dan pencatatan kambing hitam,"ujarnya.
Dengan metode investigasi yang serius dan tepat, Syahganda Nainggolan berharap Prabowo dapat menegakkan hukum setegas-tegasnya.
"Metode investigasi harus serius dan tepat, supaya tuduhan Prabowo tentang adanya unsur makar dan terorisme yang didalangi mafia migas, pangan dan lain-lain dalam kasus tersebut dapat dibongkar sejelas-jelasnya," tutup Pendiri Great Institute ini. Great Institute adalah lembaga pemikiran (think tank) yang didirikan mendukung pemikiran progresif revolusioner Presiden Prabowo Subianto.
GREAT yang merupakan singkatan dari Global Research on Economics, Advance Technology, and Politics, diluncurkan di Jakarta Selatan pada Selasa (3/6/2025) silam.
Baca juga: Kenakan Batik Cokelat Wapres Gibran Datangi Rumah Andika Pelajar yang Tewas Usai Demo di DPR
Lembaga ini digagas Dr Syahganda Nainggolan, yang menjabat ketua Dewan Direktur, bersama sejumlah tokoh nasional, termasuk Moh Jumhur Hidayat sebagai Ketua Dewan Pembina.
Diketahui aksi-aksi massa yang memprotes kenaikan tunjangan DPR dan kekerasan aparat dan disertai kerusuhan sepanjang 25 Agustus - 1 September 2025 sudah menyebabkan jatuhnya korban hingga mencapai 10 orang. Kejadian ini tentu memilukan dan membuat prihatin pada aktivis pro demokrasi.
Berikut daftar korban jiwa yang tewas hingga Selasa, 2 September 2025:
Berikut 11 korban meninggal dunia saat demo pada periode 25 Agustus hingga 2 September 2025:
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.