Kamis, 4 September 2025

Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI

Sosok Rahman Thohir, Perwakilan Ojol yang Temui Gibran, Pernyataan soal 'Taruna' Jadi Sorotan

Berikut sosok Rahman Thohir, perwakilan ojol yang temui Wakil Presiden Gibran di Istana Wapres. Kata taruna jadi sorotan.

Kolase: Instgaram @setwapres.ri
OJOL KE ISTANA - (Kiri) Rahman Thohir merupakan Ketua Forum Komunitas Driver Online Indonesia (FKDOI) dan (Kanan) Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dan perwakilan ojol di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 6, Jakarta Pusat, Minggu (31/08/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut sosok Rahman Thohir, perwakilan ojol yang temui Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 6, Jakarta Pusat, Minggu (31/08/2025).

Gibran memanggil perwakilan driver ojek online buntut tewasnya Affan Kurniawan usai dilindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis (28/8/2025) lalu.

Turut hadir para perwakilan pengemudi ojol dari Gojek, Grab, Maxim, hingga inDrive, untuk menyampaikan aspirasinya.

Salah satu perwakilan ojol yang turut disorot adalah Rahman Thohir dari Gojek.

Ia menyebut, Gibran merespons baik terhadap harapan yang disampaikan, khususnya dalam rangka menciptakan situasi kondusif pasca aksi demonstrasi yang terjadi.

"Alhamdulillah, (dalam) pertemuan tadi lebih banyak kita yang meminta, mengajukan aspirasi kepada Pak Wapres dan alhamdulillah kita sefrekuensi ya untuk permasalahan yang saat ini sedang terjadi," ungkapnya, dikutip dari Instagram @setwapres.ir, Selasa (2/9/2025).

Lebih lanjut, Rahman menyampaikan para pengemudi ojol mengharapkan pemerintah bergerak cepat untuk mengatasi dinamika yang terjadi di tanah air, khususnya gelombang aksi unjuk rasa di berbagai daerah.

Rahman lalu minta kepada pihak pemerintah untuk lebih cepat, untuk mengkondisikan situasi pasca-demo besar-besaran.

"Karena terus terang, dengan [adanya unjuk rasa] beberapa hari ini kami teman-teman ojek online terganggu dalam mata pencaharian. Jumlah penumpang menurun, rasa was-was. Karena mengingat eskalasi semakin meningkat," ujarnya.

Rahman dalam pernyataan juga mengimbau kepada rekan-rekannya sesama ojol di berbagai daerah agar tidak terprovokasi.

"Kami juga sudah edukasi kepada para taruna di wilayah masing-masing atau terpancing isu provokatif mengenai unjuk rasa atau demo kemarin," ucapnya.

Terakhir Rahman menilai, pada dasarnya demo sah-sah saja dilakukan, tapi disayangkan apabila berujung dengan aksi anarkis.

Ia juga meminta proses hukum ditegakkan terkait tewasnya Affan Kurniawan, sehingga korban bisa mendapatkan keadilan.

"Itulah yang bisa meredam kemarahan teman-teman ojek online," tandasnya.

Baca juga: Komnas HAM Belum Simpulkan Pelanggaran HAM Berat di Kasus Rantis Brimob Lindas Pengemudi Ojol

Siapa sosok Rahman Thohir?

Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Rahman Thohir merupakan Ketua Forum Komunitas Driver Online Indonesia (FKDOI).

Rahman Thohir kerap tampil di media menyuarakan kegelisahan ojek online.

Contohnya terkait layanan GrabHemat pada April 2025 lalu.

Layanan tersebut dinilai merugikan mitra driver, sebab memberikan skema berbayar dengan nominal variatif.

Rahman Thohir, menyatakan saat ini FKDOI sudah berkolaborasi dengan KON sedang mengkaji kemungkinan apakah akan menggelar aksi serupa atau tidak.

"Berdasarkan informasi dari rekan-rekan mitra Grab, mereka merasa sangat dirugikan. Hal ini karena ada potongan tambahan setelah mereka menyelesaikan sejumlah order," ujar Rahman kala itu kepada Tribunnews.com.

Pada Juni 2025 kemarin, Rahman Thohir juga turun ke jalan memuntut pemerintah fokus pada kesejahteraan mitra.

Unjuk rasa bertajuk Aksi Kebangkitan Jilid II Transportasi Online Nasional 217 yang digelar pada Senin (21/7/2025) di kawasan Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Rahman Thohir menyebut tuntutan pengurangan potongan komisi dari aplikator tidak memiliki dasar yang kuat dan berpotensi merusak ekosistem transportasi online.

"Dalam KP 1001 tahun 2022 memang diatur potongan 20 persen itu. 15 persen potongan langsung dan 5 persen potongan tidak langsung untuk kesejahteraan mitra. Ada aplikator yang memang menerapkan ini berupa voucer swadaya. Nah kalau ini dihilangkan jadi 10 persen apakah ini ada lagi nanti?" ucapnya kepada Tribunnews.com.

Ia juga mengimbau agar para pengemudi fokus memantau realisasi potongan 5 persen yang ditujukan untuk kesejahteraan mitra, ketimbang menuntut pengurangan komisi secara sepihak.

"Kami mengimbau teman-teman lihat yang penerapan 5 persen ini apakah benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan mitra," tandasnya.

Rahman Thohir juga pernah diundang BeritaSatu salah satu saluran televisi berlangganan berita di Indonesia.

Rahman Thohir diminta jadi pembicara dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Jadi Primadona, Ekosistem Transportasi Online Harus Ditata, pada 4 Agustus 2025 kemarin.

Diskusi ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari pihak aplikator, pengemudi, penumpang, hingga regulator guna mencari solusi konkret atas ketimpangan pendapatan, tarif minimum, dan keberlangsungan ekosistem transportasi online.

Salah satu sorotan utama dalam diskusi ini adalah rencana kenaikan tarif ojol sebesar 8–15 persen oleh Kementerian Perhubungan, sebagai respons atas tuntutan para driver. 

Sejumlah narasumber seperti Ketua FKDOI, Rahman Thohir; ekonom Segara Institute, Piter Abdullah; pengamat ketenagakerjaan, Timboel Siregar; dan perwakilan Maxim Indonesia, Muhammad Rafi Assegaf.

Baca juga: Kompolnas: Bukti CCTV Akan Jadi Basis Proses Pidana Tujuh Anggota Brimob Lindas Ojol

Pernyataan Taruna Disorot

Terbaru Rahman Thohir disorot karena pertanyaannya usai bertemu dengan Gibran.

Terdapat diksi taruna yang terlontar dari mulut Rahman Thohir.

Warganet beramai-ramai memberikan sorotannya karena kata-kata taruna tidak pas digunakan dalam kontes pertemuan driver ojek.

Taruna sendiri sebutan untuk peserta didik laki-laki di sekolah atau perguruan tinggi kedinasan, yang sedang menempuh pendidikan untuk menjadi abdi negara, baik di bidang militer (TNI), kepolisian (Polri), maupun instansi pemerintahan lainnya seperti kementerian atau sekolah kedinasan. 

Untuk peserta didik perempuan, sebutan yang digunakan adalah taruni.

Kata-kata taruna yang disampaikan Rahman Thohir ramai diperbincangkan warganet di akun Instagram @setwapres.ir.

"Edukasi buat taruna?" tulis akun andidian.

Pada akhirnya, kata-kata taruna menjadi perdebatan di kalangan warganet.

Ada yang menyebut, taruna adalah sebutan biasa bagi rekan ojol.

"Kami memang membahasakan "taruna" untuk anggota team Basecamp atau wadah kita bekerja, Tanya ajah sama ojek online di jalan bagi yg punya Basecamp ya bukan yg ngojek cuma iseng2 doang," tulis akun @dony.achmad.

Namun, ada juga warganet yang jadi ojol tidak pernah mendengar sebutan taruna.

"Halooo saya gojek mulai dari 2018 tidak ada sebutan taruna di tongkrongan, BC dan ojol masih pekerjaan utama saya sampe saat ini," timpal @e_dhien.

Hingga Selasa, unggahan @setwapres.ir sudah ditonton lebih dari 400 ribu kali.

Ribuan warganet ikut meramaikan dengan berbagai komentarnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO), Taha Syafariel, memberikan komentarnya.

Ia turut mengamini sebutan taruna lumrah disematkan ke rekan-rekan ojek online, khususnya yang tergabung dalam komunitas binaan aplikasi yang dibentuk oleh Rahman Thohir.

"Soal panggilan taruna itu diberlakukan kepada ojol dan taksi online yang bergabung dengan komunitas binaan aplikasi," katanya saat dihubungi Tribunnews, Selasa siang.

"Organisasinya Bang Rahman Thohir emang manggilnya sesama anggotanya taruna," tambahya.

(Tribunnews.com/Endra/Lita Febriani/Chaerul Umam)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan