Jumat, 5 September 2025

Demo di Jakarta

Mengenal Pam Swakarsa: Ini Asal Usul, Sejarah, dan Kontroversi dalam Operasi Pengamanan

Pam Swakarsa kembali muncul lewat surat GM FKPPI, TNI pastikan partisipasi masyarakat bersifat imbauan dan kolaborasi aman.

Editor: Glery Lazuardi
Dokumentasi GM FKPPI
PAM SWAKARSA - Foto yang memuat salinan surat di layar komputer terkait instruksi Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pam Swakarsa) di seluruh Indonesia yang diterbitkan Generasi Muda Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan dan Putra-Putri TNI-Polri (GM FKPPI). 

Ia pun tak mengenali orang yang menyuruhnya itu. Anggota Pam Swakarsa yang jumlahnya ribuan itu terlihat bermarkas di kawasan Istora Senayan. Mereka umumnya menginap di sebuah masjid sekitar Senayan.  

Salah satu kelompok yang menyumbangkan massa untuk Pam Swakarsa adalah Forum Umat Islam Penegak Keadilan dan Konstitusi (Furkon), yang menyatukan ribuan orang untuk mendukung jalannya sidang.

"Kami dengan rela akan membubarkan diri dan tidur nyenyak kalau pihak-pihak yang anti-SI juga mundur, kami akan mundur dari jalan-jalan. Tetapi kalau mereka tetap ada di jalan-jalan, kami akan tetap bertahan," kata Ketua Furkon Komaruddin Rachmat.

Konflik dan Bentrokan dengan Mahasiswa

Selama delapan hari aksi, sejak 6 hingga 13 November 1998, Pam Swakarsa berusaha mencegah para demonstran yang berusaha menggagalkan Sidang Istimewa MPR.

Salah satu contoh adalah ketika Kivlan Zen, yang kala itu terlibat dalam koordinasi Pam Swakarsa, menggerakkan pasukan untuk menghadapi aksi protes mahasiswa yang semakin besar.

Kivlan mengungkapkan dalam bukunya, "Kami diinstruksikan untuk menahan aksi mahasiswa tanpa emosi dan untuk menjaga mereka agar tidak mengganggu jalannya sidang."

Namun, tindakan keras yang dilakukan Pam Swakarsa terhadap para demonstran semakin memunculkan ketegangan. Para mahasiswa yang menuntut penghapusan Dwi Fungsi ABRI dan menolak kehadiran Habibie sebagai presiden melalui jalur Sidang Istimewa, berhadapan langsung dengan pasukan sipil ini.

Bahkan, salah satu tragedi berdarah yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Semanggi I terjadi pada 12 November 1998, ketika Pam Swakarsa terlibat dalam bentrokan dengan mahasiswa di Jalan Sudirman, Semanggi, yang menewaskan beberapa mahasiswa.

Setelah berakhirnya Sidang Istimewa MPR 1998, Pam Swakarsa secara resmi dibubarkan. Keberadaannya yang penuh kontroversi ini menghilang seiring dengan berakhirnya transisi politik dari era Orde Baru menuju era Reformasi.

Namun, pamor Pam Swakarsa kembali terungkap dalam kasus hukum yang melibatkan Kivlan Zen, yang mengajukan gugatan terhadap Wiranto terkait dana pembentukan pasukan tersebut.

Pada 3 September 2019, Kivlan Zen menuntut Wiranto terkait dana yang disalurkan untuk pembentukan Pam Swakarsa. Kivlan mengklaim bahwa meskipun biaya yang diperlukan mencapai Rp 8 miliar, hanya Rp 400 juta yang disalurkan oleh Wiranto.

Akibatnya, Kivlan mengeluarkan dana pribadinya untuk menutupi kekurangan tersebut. Dalam gugatannya, Kivlan juga meminta ganti rugi material yang mencapai Rp 1 triliun, terkait dengan biaya operasional dan kerugian yang ditanggungnya. 

 Menurut kesaksian Kivlan, pada 4 November 1998, Wiranto memanggilnya ke Mabes ABRI dan memerintahkan untuk mengerahkan massa dalam mendukung Sidang Istimewa MPR.

Kivlan yang saat itu tidak memiliki kewenangan untuk memimpin operasi semacam itu, akhirnya melaksanakan perintah tersebut setelah dijanjikan jabatan baru setelah tugas selesai.

Halaman
1234
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan