Demo di Jakarta
Mengenal Pam Swakarsa: Ini Asal Usul, Sejarah, dan Kontroversi dalam Operasi Pengamanan
Pam Swakarsa kembali muncul lewat surat GM FKPPI, TNI pastikan partisipasi masyarakat bersifat imbauan dan kolaborasi aman.
Editor:
Glery Lazuardi
Pam swarkasa bertujuan menjaga stabilitas dan kelancaran Sidang Istimewa MPR, menunjukkan dukungan terhadap agenda politik tertentu di masa transisi Orde Baru.
Kontroversi Pam Swakarsa
Pam Swakarsa dibentuk sebagai upaya untuk menghadapi gerakan demonstrasi yang mulai berkembang di kalangan mahasiswa dan kelompok masyarakat sipil yang menentang penyelenggaraan Sidang Istimewa MPR 1998.
Seperti diberitakan oleh Harian Kompas pada 12 November 1998, pasukan ini muncul sebagai bentuk pengamanan masyarakat yang diorganisir untuk menjaga kelancaran sidang tersebut, yang dianggap berisiko besar terganggu oleh aksi protes.
Panglima ABRI saat itu, Jenderal TNI Wiranto, menjelaskan bahwa pembentukan Pam Swakarsa sangat penting untuk menjaga agar Sidang Istimewa MPR 1998 tidak diganggu oleh pihak-pihak yang ingin menggagalkannya.
"Kehadiran Pam Swakarsa sangat diperlukan untuk mengamankan jalannya sidang dan memastikan stabilitas politik," kata Wiranto, yang pada waktu itu memimpin pasukan pengamanan. Namun, kenyataan di lapangan justru berbeda.
Alih-alih berfungsi sebagai pengamanan sipil yang damai, Pam Swakarsa terlibat dalam sejumlah bentrokan fisik dengan mahasiswa dan kelompok masyarakat lainnya yang menentang sidang tersebut.
Bentrokan ini terjadi terutama di sekitar kawasan Istora Senayan, lokasi Sidang Istimewa MPR berlangsung. Jumlah anggota Pam Swakarsa yang tercatat mencapai sekitar 30.000 orang, dan mereka tersebar di beberapa titik strategis di sekitar Istora Senayan, termasuk beberapa masjid yang dijadikan tempat berkumpul.
Sejumlah anggota Pam Swakarsa mengaku telah diajak seseorang yang tak mereka kenal. Heru, misalnya, keterlibatannya dimulai suatu siang hari ketika hendak beristirahat.
"Ternyata ada ramai-ramai dikasih nasi bungkus untuk makan siang. Kemudian disuruh mendaftar," kata dia.
Dari pendaftaran tersebut, Heru dimasukkan dalam satu kelompok terdiri 40 orang yang dikoordinir oleh Edi.
Edi-lah yang menentukan kelompok tersebut harus ke mana tiap harinya. Dari serangkaian petunjuk yang diterimanya, Heru dan kawan-kawannya bertugas menahan aksi mahasiswa.
"Kalau ada demonstrasi mahasiswa, kita diminta menahan mereka. Pesannya, kita tidak boleh marah dan jangan emosi. Pokoknya cuma menjaga mahasiswa," jelas Heru.
Dengan ikut menjadi anggota Pam Swakarsa, ia mengaku memperoleh uang saku Rp 10.000 per hari.
Sementara, Jeleng Simanjuntak, warga Bogor yang berjualan minuman di pelataran Masjid Istiqlal mengaku diminta untuk mencari massa yang bersedia ikut Pam Swakarsa.
Demo di Jakarta
Traktir Bakpao Rp2 Juta untuk Pendemo hingga Brimob, Lisa Mariana: Kasihan Lapar |
---|
KPAI Soroti Kekerasan Aparat terhadap Anak Saat Demo, Ada yang Ditahan Bersama Orang Dewasa |
---|
Ketua RW Beberkan Fakta Baru Penjarahan Rumah Ahmad Sahroni: Banyak Pelaku dari Luar Jakarta |
---|
Mensos Ungkap Bantuan Pemerintah untuk Korban Unjuk Rasa, Ini Rinciannya |
---|
Polisi Ungkap Kalimat Hasutan yang Dilontarkan Direktur Lokataru Delpedro Marhaen di Media Sosial |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.