Ditanya Kabar Pesawat Tempur China J-10, Menhan: Sebentar Lagi Terbang di Jakarta
Ketika ditanya wartawan terkait bagaimana kabar rencana pengadaan tersebut, Sjafrie menjawab sambil tersenyum.
Ringkasan Berita:Menhan memberi sinyal positif terkait rencana pengadaan pesawat tempur J-10 produksi ChinaSebelumnya kabar rencana pengadaan pesawat tempur J-10 produksi China tersebut masih menjadi rumorBelum ada penjelasan lebih lanjut perihal jumlah unit hingga mekanisme akuisisi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin memberi sinyal positif terkait rencana pengadaan pesawat tempur J-10 produksi China.
Pesawat tempur J-10 China adalah jet tempur multiperan generasi keempat buatan Chengdu Aerospace Corporation, dikenal juga sebagai “Vigorous Dragon.”
Baca juga: NATO Persiapkan Latihan Pencegahan Nuklir Tahunan, Kali Ini Libatkan Lebih Banyak Pesawat Tempur
Ketika ditanya wartawan terkait bagaimana kabar rencana pengadaan tersebut, Sjafrie menjawab sambil tersenyum.
"Sebentar lagi terbang di Jakarta," kata Sjafrie singkat di kantor Kementerian Pertahanan RI Jakarta pada Rabu (15/10/2025).
Baca juga: Ukraina Tembak Jatuh Jet Su-34 Rusia yang Serang Zaporizhzhia: 39 Pesawat Tempur Moskow Rontok
Namun ia belum menjelaskan lebih lanjut perihal jumlah unit, mekanisme akuisisi, mekanisme pembayaran, maupun besaran anggaran yang disiapkan terkait rencana akuisisi teraebut.
Sebelumnya, Sjafrie juga diketahui pernah membahas terkait hal itu saat menerima kunjungan Duta Besar RI untuk RRT, HE Djauhari Oratmangun pada Rabu (28/5/2025).
Ia mengatakan, pertemuan itu di antaranya membahas rencana pengiriman pilot TNI AU ke Tiongkok untuk pelatihan pesawat tempur J-10 buatan Tiongkok.
"Kami juga membahas kesiapan pengiriman pilot TNI AU ke Tiongkok untuk pelatihan pesawat tempur J-10 serta evaluasi fasilitas produksi alutsista. Di bidang kesehatan, dibahas pula proyek rumah sakit modern hasil kerja sama Indonesia–Tiongkok," kata Sjafrie dikutip dari unggahan di akun Facebook resmi Sjafrie Sjamsoeddin yang diunggah pada Kamis (29/5/2025).
Kepala Biro Informasi Pertahanan (Karo Infohan) sekaligus Juru Bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Frega Wenas saat dikonfirmasi soal hal tersebut menjelaskan dalam konteks pelatihan, selama ini latihan bersama dilakukan dengan banyak negara.
Latihan tersebut, kata dia, dilakukan sebagai bentuk peningkatan kapasitas.
"Kalau untuk pelatihan dalam konteks latihan bersama dilakukan dengan banyak negara sebagai bentuk dari peningkatan kapasitas (capacity building)," kata Frega saat dikonfirmasi, Jumat (30/5/2025).
Baca juga: Pesawat Tempur F-16 Fighting Falcon Melintas di Atas Monas, Bendera Merah Putih Berkibar di Langit
Sempat Jadi Rumor
Diberitakan sebelumnya, kabar rencana pengadaan pesawat tempur J-10 produksi China tersebut masih menjadi rumor hingga pertengahan tahun ini.
Saat itu, Wakil Menteri Pertahanan RI Donny Ermawan Taufanto menjawab rumor terkait rencana pemerintah Indonesia mengakuisisi jet tempur China J-10.
Rumor beredar saat itu menyebutkan TNI AU telah memberikan persetujuan prinsip untuk membeli 42 jet tempur J-10 dari China.
Rumor juga menyebutkan jika kontraknya disetujui, pesawat tersebut akan terbang bersama Rafale yang dibeli dari Prancis.
Menjawab rumor itu, Donny mengatakan hal itu masih rumor.
Hal itu disampaikannya saat Press Gathering terkait Indo Defence 2024 Expo & Forum Ke-10 di kantor Kementerian Pertahanan RI Jakarta Pusat pada Rabu (4/6/2025).
"Ya itu masih rumor ya. Jadi kan waktu itu Kepala Staf Angkatan Udara berkunjung ke China di dalam Air Show itu. Kemudian melihat pesawat itu, dan kemudian ditawarkan pesawat itu. Termasuk evaluasi kita, apakah bisa kita menggunakan J-10 tersebut untuk alutsista kita," ujar dia.
"Kita kan negara yang netral. Kita tidak berpihak kepada satu negara, kita tidak ada aliansi, kita bisa mengambil sumber senjata dari manapun, termasuk China. Sehingga, kalau memang kita evaluasi pesawat ini bagus, memenuhi kriteria yang kita tetapkan, apalagi harganya murah, ya kenapa tidak," lanjut dia.
Dia menjelaskan pemerintah memiliki kriteria tertentu terkait pembelian pesawat tempur di antaranya adalah bisa diintegrasikan dengan sistem pertahanan yang ada di Indonesia.
Kriteria lain, kata dia, juga terkait kemampuan, jarak terbang, dan senjata yang bisa dibawa.
Namun, terkait dengan rumor pemerintah akan mengakuisisi J-10, kata dia, pemerintah belum ke arah sana.
"Kita belum ke arah sana. Ini kan baru penawaran, kemudian kita melihat kemungkinannya. Kita belum kirim tim untuk mendalami itu juga," pungkas Donny.
Baca juga: 10 Pesawat Tempur Militer Hanya Dimiliki AS, Canggih dan Berbahaya: Dipakai Perang di Timur Tengah
Kata TNI AU
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal M Tonny Harjono pernah menanggapi rumor tersebut.
Tonny mengakui ada pandangan ke arah sana.
"Ada pandangan ke sana," kata Tonny di Markas Besar TNI AU Cilangkap Jakarta pada Selasa (27/5/2025).
Akan tetapi, kata Tonny, penentuan pembelian alutsista perlu memerlukan proses yang matang dan waktu yang panjang.
Proses itu, kata dia, juga melibatkan Dewan Penentu Alutsista atau Wantuwada.
"Jadi untuk penentuan alutsista juga tidak hanya, "ya saya beli ini". Ada Dewan Penentu Alutsista atau Wantuwada, itu melalui rapat, pertimbangan ini itu, dan kita bicarakan tidak dalam waktu singkat. Jadi prosesnya tetap ada. Kita juga negara non aligned, tidak berpihak ke salah satu blok. Dari mana saja kita bersahabat baik," ungkapnya.
Ia juga menjelaskan semua kekuatan TNI AU sangat bergantung pada kebijakan pemerintah.
Pemilihan alutsista, ungkapnya, juga sangat tergantung dari perkembangan lingkungan regional.
"Jadi apa yang menjadi alutsista yang diberikan kepada Angkatan Udara, kami sebetulnya menunggu dari kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan. Karena Angkatan Udara tugasnya sebagai pembina kekuatan," ujarnya.
"Panglima TNI, Mabes TNI sebagai pengguna kekuatan. Dan Kemhan adalah pengembangan kekuatan. Jadi jenis apa saja, termasuk pesaway dari mana, jenisnya apa, kita menunggu arahan dari Kemhan. Mau dari China, mau dari Amerika, kita siap menerima," pungkas Tonny.
| 1.192 Pekerja Asing Bekerja di Tangerang Banten Terbanyak dari China |
|
|---|
| AS Dekati Militer China, tapi Juga Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Tiongkok |
|
|---|
| Rahasia China Kuasai Pasar Lokal dengan Harga Tetap Murah |
|
|---|
| PDIP Duga Ada Permufakatan Jahat dalam Proyek Whoosh: Tiba-tiba Dialihkan dari Jepang ke China |
|
|---|
| Profesor Kampus Singapura Sebut Tak Mungkin Jokowi Tidak Beri Jaminan ke China soal Proyek Whoosh |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.