Senin, 10 November 2025

Banyak Remaja Alami Gangguan Mental, Penyebab Dominan Tekanan Akademik

Banyak remaja terlihat ceria di media sosial, aktif di sekolah, tapi menyimpan perasaan cemas dan takut gagal.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
ChatGPT Plus
ILUSTRASI. 

Ringkasan Berita:
  • Satu dari 7 remaja dunia mengalami gangguan kesehatan mental
  • Sebagian besar dari mereka belum mendapat penanganan
  • Pentingnya sekolah sebagai ruang aman dan suportif

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kalimat “aku capek tapi nggak tahu capek kenapa” makin sering terdengar dari bibir remaja masa kini.

Bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah batin. Dunia serba cepat, media sosial yang menuntut kesempurnaan, dan tekanan akademik yang tinggi membuat banyak remaja tumbuh dalam situasi penuh tekanan.

Hal ini ternyata juga jadi perhatian serius badan-badan dunia. 

Baca juga: Dua Remaja Wanita di Kendari Berkelahi Hingga Terluka, Diduga Rebutan Pacar

Dalam pernyataan bersama yang dirilis UNESCO, UNICEF, UNYO, dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Kamis (7/11/2025), disebutkan bahwa 1 dari 7 remaja dunia mengalami gangguan kesehatan mental, dan sebagian besar belum mendapat penanganan apa pun.

“Secara global, sekitar 14,3 persen anak usia 10–19 tahun mengalami gangguan kesehatan mental, namun sebagian besar masih belum terdiagnosis dan belum tertangani,” tulis pernyataan yang dilansir dari website resmi WHO, Minggu (9/11/2025). 

Banyak remaja terlihat ceria di media sosial, aktif di sekolah, dan punya banyak teman, tapi diam-diam menyimpan perasaan cemas, takut gagal, atau kehilangan arah.

Beberapa studi bahkan menunjukkan tren meningkatnya kecemasan dan depresi di usia 10–24 tahun

Terutama akibat tekanan akademik, perubahan iklim sosial, dan penggunaan media digital yang berlebihan.

PBB menilai, ini bukan sekadar persoalan pribadi, tapi krisis global yang butuh aksi lintas sektor.

Mulai dari sekolah, layanan kesehatan, hingga platform digital.

“Diperlukan tindakan lintas sektor yang terkoordinasi, yang tidak meninggalkan siapa pun, termasuk anak dan remaja di situasi rentan,” lanjut pernyataan itu.

Sekolah Harus Jadi Ruang Aman, Bukan Pemicu Stres*

Dalam laporannya, UNESCO menekankan pentingnya sekolah sebagai tempat yang aman dan suportif.

Bukan sekadar tempat mengejar nilai, tapi juga ruang bagi anak untuk tumbuh sehat secara emosional.

Rekomendasi UNESCO tahun 2023 bahkan menyoroti pendidikan yang berfokus pada perdamaian dan kesejahteraan psikologis, agar peserta didik belajar memahami diri dan orang lain.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved