Selasa, 11 November 2025

Gelar Pahlawan Nasional

Mengintip Rumah Cendana: Tempat Soeharto Dulu Berkumpul, Kini Ditinggal Anak-anaknya

Rumah Cendana kini sunyi, ditinggal anak-anak Soeharto. Di balik pagar berkarat, sejarah dan kenangan masih berbisik lirih.

|
Tribunnews.com/Abdi Ryanda Shakti
RUMAH SOEHARTO – Rumah Presiden ke-2 RI, Soeharto, di Jalan Cendana nomor 6-8, Menteng, Jakarta Pusat, tampak sepi dan lapuk saat ia dianugerahi gelar pahlawan nasional, Senin (10/11/2025). Bangunan yang dulu menjadi pusat kekuasaan kini berdiri dalam keheningan, ditinggal anak-anaknya dan hanya dijaga oleh kenangan. 

“Kalau di sini, keadaan seperti ini aja, rumah tidak berubah, paling tambah rusak doang,” ujar Slamet.

Slamet tak mengizinkan wartawan masuk ke dalam rumah. Ia hanya menyebut bahwa rumah itu kini hanya dihuni oleh penjaga berbaju batik dan tactical.

Anak-anak Soeharto Tak Lagi Datang

Menurut Slamet, enam anak Soeharto sudah lama tak datang ke rumah Cendana, terutama sejak pandemi Covid-19. Kehadiran keluarga besar Soeharto di rumah itu kini tinggal cerita.

“Dulu waktu sebelum Covid, biasanya ngumpul pas lebaran. Sekarang udah enggak ada yang ke sini,” kata Slamet.

Ia menyebut, anak-anak Soeharto dulu masih datang karena ada Prabosutedjo, adik Soeharto, yang dianggap sesepuh. Namun sejak Prabosutedjo wafat pada 2018, rumah itu tak lagi jadi tempat berkumpul.

“Ya, masih ada sesepuhnya. Semenjak Pak Prabosutedjo almarhum, wacana mau jadi museum kan, akhirnya beliau almarhum, ya sudah. Enggak ada yang dituakan lagi,” jelas Slamet.

Hingga kini, belum ada keputusan resmi terkait wacana museum tersebut.

Meski begitu, Slamet tetap merawat rumah, meski tak seintensif dulu. Ia mengaku bangga saat Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional.

“Ya kalau kita sih senang-senang aja ya. Namanya juga kita menghormati, bagaimanapun juga bos kita, pemimpin kita zaman itu. Terlepas dari plus minusnya, namanya manusia kan, pasti ada plus minusnya. Pro dan kontra itu pasti ada,” tuturnya.

Pengakuan Negara di Hari Pahlawan

GELAR PAHLAWAN NASIONAL - Presiden ke-2 RI Soeharto tersenyum dan melambaikan tangan dalam sebuah acara publik. LBH Pers mengkritik wacana pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto, tokoh yang dinilai membungkam pers di era Orde Baru. 
GELAR PAHLAWAN NASIONAL - Presiden ke-2 RI Soeharto tersenyum dan melambaikan tangan dalam sebuah acara publik. LBH Pers mengkritik wacana pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soeharto, tokoh yang dinilai membungkam pers di era Orde Baru.  (Tribunnews.com/Bian Harnansa)

Pengakuan negara terhadap jasa Soeharto datang melalui Keputusan Presiden Nomor 116/TK/Tahun 2025. Gelar pahlawan nasional diberikan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara kenegaraan di Istana Negara.

Selain Soeharto, gelar pahlawan nasional juga dianugerahkan kepada sembilan tokoh lainnya dari berbagai latar perjuangan.

Mereka adalah Marsinah, aktivis buruh dari Jawa Timur; Abdurachman Wahid (Gus Dur), Presiden ke-4 RI; Mochtar Kusumaatmadja, ahli hukum internasional; serta Hajjah Rahma El Yunusiyyah, tokoh pendidikan dari Sumatera Barat. 

Nama-nama lainnya meliputi Jenderal Sarwo Edhie Wibowo, Sultan Muhammad Salahuddin dari NTB, Syaikhona Muhammad Kholil, Tuan Rondahaim Saragih, dan Zainal Abisin Syah dari Maluku Utara.

Penganugerahan ini mencerminkan keberagaman kontribusi para tokoh terhadap bangsa, dari perjuangan kemerdekaan, pendidikan, hingga hak-hak pekerja.

Dari Pusat Kekuasaan Menjadi Rumah yang Ditinggal Waktu

Di tengah kondisi rumah yang mulai lapuk, suasana di Cendana menjadi latar yang tak terduga bagi momen reflektif ini.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved