Arsul Sani Wawancara Sejumlah Tokoh saat Menyusun Disertasi, Ada Polisi hingga Komisioner Komnas HAM
Arsul menyebutkan beberapa nama tokoh yang menjadi narasumbernya, yakni Kepala BNPT periode 2020-2023 Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar
Ringkasan Berita:
- Arsul Sani sempat mewawancara sejumlah tokoh untuk keperluan menyusun disertasi
- Pada tahun 2021 dia mendaftar di Collegium Humanum (CH)/Warsaw Management University (WMU) di Warsawa, Polandia
- Arsul menyebut melakukan riset penelitian selama dua tahun
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arsul Sani menyampaikan, dia sempat mewawancara sejumlah tokoh untuk keperluan menyusun disertasinya.
Disertasi adalah karya tulis ilmiah tingkat doktoral yang berisi hasil penelitian mendalam untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan baru dalam suatu bidang.
Baca juga: Arsul Sani Perlihatkan Ijazahnya Tidak Sampai Lima Detik: Jangan Difoto Nanti Diedit, Saya Pusing
Hal ini disampaikan Arsul Sani dalam konferensi pers di Gedung MK RI, Jakarta, untuk merespons terkait dia dilaporkan ke Bareskrim Polri atas tuduhan ijazah palsu.
Arsul mengatakan, pada 2021, dia mendaftar di Collegium Humanum (CH)/Warsaw Management University (WMU) di Warsawa, Polandia.
Baca juga: Reaksi Arsul Sani Ketika Dituding Gunakan Ijazah Doktor Palsu, Bakal Melaporkan Balik?
Hal ini dilakukannya untuk melanjutkan studi doktornya di bagian professional doctorate program bidang Justice, Policy and Welfare Studies di Glasgow School for Business and Society, Glasgow Caledonian University (GCU), Inggris yang sempat terjeda, sejak 2017, karena kesibukannya di dunia politik Tanah Air.
Arsul mempertahankan disertasinya yang diuji melalui “viva voce" dengan judul “Re-examining the considerations of national security interests and human rights protection in counter-terrorism legal policy: a case study on Indonesia with focus on post Bali-bombings development".
Ia melakukan riset penelitian selama dua tahun, termasuk melakukan penelitian empiris melalui wawancara kepada sejumlah tokoh dan akademisi terkait penanggulangan terorisme di Indonesia.
"Empirisnya dilakukan dengan melalui wawancara interview dengan sejumlah pemangku kepentingan penanggulangan terorisme," kata Arsul, dalam konferensi pers, Senin.
Arsul menyebutkan beberapa nama tokoh yang menjadi narasumbernya, yakni Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) periode 2020-2023 Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar.
"Kepala BNPT pada waktu itu Pak Komjen Polisi Dr. Boy Rafli Amar ya. Beliau ada waktu saya wawancarai di kantornya, tapi bukan kantor yang di luar kota, tapi di gedung Garuda itu ya di Kementerian BUMN di Merdeka Selatan, kalau enggak salah. Itu tentu beliau didampingi oleh pejabat BNPT waktu itu," jelas Arsul.
Kemudian, kata Arsul, dia juga mewawancarai Kepala Densus 88 Polri 2020-2023, yakni Irjen Pol Marthinus Hukom.
"Siapa lagi yang saya wawancarai, Kepala Densus 88 Polri pada saat itu Irjen Pol Pak Marthinus Hukom. Itu kita kemudian ketemu, wawancara di satu tempat lah waktu itu sambil ngopi-ngopi di dekat Mabes Polri," jelasnya.
Selain itu, Arsul mengatakan, dia juga sempat mewawancara dua Komisioner Komnas HAM saat itu Sandra Moniaga dan M. Choirul Anam.
"Dari kalangan masyarakat sipil yang saya wawancarai, yang pertama adalah Pak Dr. Busyro Muqoddas, Pak Trisno Raharjo dan tim bidang hukum PP Muhammadiyah. Ini wawancaranya via Zoom karena Pak Busyro ada di Yogyakarta. Mas Trisno Raharjo juga seingat saya ada di Yogya, dan ini saya wawancarai melalui Zoom," ucap Arsul.
Baca juga: Arsul Sani Perlihatkan Ijazahnya Tidak Sampai Lima Detik: Jangan Difoto Nanti Diedit, Saya Pusing
Arsul mengaku juga sempat mewawancarai mantan anggota jaringan terorisme Sufyan Tsauri dan Romo Muhammad Syafi'i.
"Jadi kalau dibilang (gelar doktor) abal-abal ya silakan dicek saja dengan beliau-beliau itu, saya benar-benar melakukan wawancara atau tidak," kata Arsul Sani.
Sebelumnya, Arsul Sani mengungkapkan perjalanan studinya saat menempuh program doktor atau S3.
Proses itu berjalan panjang hingga memakan waktu kurang lebih 11 tahun untuk selesai. Arsul bahkan sempat berpindah universitas.
Hal itu disampaikan dalam jumpa pers dalam rangka merespons tudingan ijazah palsu miliknya.
“Saya ini termasuk dokter yang cukup lama, jangan ditiru lah. 2011 sampai selesai baru Juni, kalau dihitung total ini ya 2022, 11 tahun,” kata Arsul di Gedung MK, Jakarta Pusat, Senin (17/11/2025).
Arsul memulai studinya pada September 2010 di bagian professional doctorate program bidang Justice, Policy and Welfare Studies di Glasgow School for Business and Society, Glasgow Caledonian University (GCU), Inggris.
Akhir 2012 Arsul menyelesaikan tahap pertama dan telah menerima transkrip akademik.
“Saya kemudian mendapatkan transkrip nilai yang di mana transkrip nilainya ini menunjukkan kayak raport lah atas 3 mata kuliah yang setelah saya jalani dan lulus,” tuturnya.
Tiga mata kuliah itu adalah professional development, research method, dan project development dengan total kredit 180.
Selanjutnya Arsul mulai menyusun proposal disertasi bersamaan dengan pencalonannya sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jawa Tengah X untuk Pemilu 2014 yang kemudian terpilih untuk periode 2014-2019.
Oleh karena padatnya kesibukan dan aktivitas di DPR, ia sempat mengajukan cuti akademik. Disertasinya yang telah selesai hingga 3 bab jadi tertunda.
Tah hanya itu, ia juga kembali didaftarkan untuk maju sebagai calon anggota legislatif di tahun 2018 serta menjadi Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
“Saya dicalonkan lagi jadi anggota DPR, salahnya mau lagi. Dan kemudian juga diminta jadi Wakil Ketua TKN, Tim Kampanye Nasional Jokowi Kiai Ma'ruf Amin untuk Pilpres 2019,” tuturnya.
Baca juga: Reaksi Arsul Sani Ketika Dituding Gunakan Ijazah Doktor Palsu, Bakal Melaporkan Balik?
Pada pertengahan 2017, Arsul memutuskan untuk tidak melanjutkan program doktoralnya di GCU.
Berselang tiga tahun, Arsul masih berniat untuk menyelesaikan studinya dan mendaftar di Collegium Humanum (CH)/Warsaw Management University (WMU) di Warsawa, Polandia.
Ia mendaftar dengan mekanisme transfer nilai dari universitas sebelumnya.
Setelah menjalani riset penelitian selama dua tahun, termasuk melakukan penelitian empiris melalui wawancara kepada sejumlah tokoh dan akademisi di Indonesia, Arsul pun lulus pada Juni 2022.
Ia mempertahankan disertasinya yang diuji melalui “viva voce" dengan judul “Re-examining the considerations of national security interests and human rights protection in counter-terrorism legal policy: a case study on Indonesia with focus on post Bali-bombings development.
Arsul menerima ijazahnya secara langsung saat prosesi wisuda doktoralnya pada Maret 2023 di Warsawa yang dihadiri juga oleh mantan Duta Besar Indonesia untuk Polandia Anita Lidya Luhulima.
Diketahui sebelumnya, Aliansi Masyarakat Pemerhati Konstitusi melaporkan Hakim Konstitusi Arsul Sani ke Bareskrim Polri terkait dugaan penggunaan ijazah doktor palsu pada Jumat (14/11/2025).
Dalam laporan itu, pihak aliansi menyerahkan sejumlah bahan pemberitaan untuk memperkuat dugaan bahwa ijazah doktor Arsul bermasalah.
Mereka juga menyebut universitas tempat Arsul menempuh studi tengah diselidiki otoritas anti korupsi Polandia terkait legalitas operasionalnya.
| Dituding Ijazah Palsu, Arsul Sani Pindah Universitas Hingga Kuliah Doktor 11 Tahun |
|
|---|
| Dilaporkan ke Polisi Soal Ijazah S3, Arsul Sani: Jabatan Tak Harus Dipertahankan Mati-matian |
|
|---|
| Sosok Ahli dan Saksi yang Diajukan Roy Suryo Cs untuk Meringankan Kasus Ijazah Palsu Jokowi |
|
|---|
| Arsul Sani Sempat Enggan Tunjukkan Ijazahnya Kepada Publik: Khawatir Diedit |
|
|---|
| Arsul Sani Tak Bakal Lapor Balik Pelapor Dirinya soal Dugaan Ijazah Palsu: Mereka Adik-adik Saya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/Konferensi-Pers-Arsul-Sani-Terkait-Ijazah-Doktoral_20251117_165548.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.