Kamis, 20 November 2025

Anggota DPD Jakarta: Muhammadiyah Mitra Strategis Negara, Selamat Milad

Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris saat menyampaikan apresiasi ke Persyarikatan Muhammadiyah yang memperingati Milad ke-113.

Editor: Wahyu Aji
dok. DPD RI
MILAD MUHAMMADIYAH - Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris saat menyampaikan apresiasi ke Persyarikatan Muhammadiyah yang memperingati Milad ke-113 pada 18 November 2025. 
Ringkasan Berita:
  • Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Fahira Idris, menyampaikan terima kasih kepada Muhammadiyah.
  • Sebagai organisasi keagamaan sekaligus kekuatan sosial besar, Muhammadiyah telah melahirkan ribuan sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, serta relawan yang aktif membantu masyarakat.
  • Tema Milad ke-113, Memajukan Kesejahteraan Bangsa, dinilai relevan dengan tantangan nasional saat ini.

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Muhammadiyah merupakan satu di antara kekuatan terbesar bangsa dalam menghadirkan solusi atas berbagai persoalan umat dan negara, sejak masa pra-kemerdekaan hingga Indonesia modern hari ini.

Hal itu diungkapkan Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris saat menyampaikan apresiasi ke Persyarikatan Muhammadiyah yang memperingati Milad ke-113 pada 18 November 2025.

“Terima kasih Muhammadiyah. Sudah 113 tahun tetap konsisten hadir sebagai solusi bagi persoalan negeri. Dari pendidikan, kesehatan, ekonomi umat, hingga aksi kemanusiaan, Muhammadiyah selalu berada di garis depan membawa pencerahan dan harapan,” ujar Fahira Idris Selasa (18/11/2026).

Senator Jakarta ini mengungkapkan, Muhammadiyah bukan hanya organisasi keagamaan, tetapi kekuatan sosial besar yang menggerakkan kemajuan bangsa melalui jaringan pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Ribuan sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah telah melahirkan generasi yang berilmu, berakhlak, dan mencintai Indonesia.

Rumah sakit dan layanan kesehatan yang dibangun dan digerakkan Muhammadiyah telah membantu jutaan rakyat.

Di lokasi bencana, relawan Muhammadiyah selalu hadir di garis terdepan.

“Relawan Muhammadiyah bukan hanya memberi bantuan, tetapi membangkitkan harapan. Mereka hadir menjaga martabat kemanusiaan. Segenap rakyat dari berbagai latar belakang di berbagai titik negeri ini telah merasakan sentuhan kebermanfaatan Muhammadiyah yang senantiasa hadir sebagai mitra strategis negara dalam memperkuat kesejahteraan rakyat,” ungkap Fahira Idris.

Tema Milad ke-113, yaitu “Memajukan Kesejahteraan Bangsa”, bagi Fahira Idris sangat relevan dengan situasi nasional.

Ini karena, tantangan bangsa hari ini bukan hanya ekonomi, tetapi juga kemanusiaan, kesehatan, dan perubahan sosial yang cepat. 

Kontribusi Muhammadiyah, lanjutnya, akan semakin penting dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045.

“Di tengah perubahan zaman yang cepat, Indonesia membutuhkan lebih banyak kekuatan moral, sosial, dan intelektual seperti Muhammadiyah. Gerakan Islam berkemajuan ini telah terbukti menjadi tiang kesejahteraan dan pencerahan bangsa. Selamat Milad ke-113 Muhammadiyah, teruslah menjadi cahaya bagi Indonesia,” kata Fahira Idris.

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah gerakan Islam modernis terbesar di Indonesia.

Sejak dulu hingga saat ini, Muhammadiyah telah mendirikan 30 cabang istimewa di luar negeri dan melebarkan kiprah kemanusiaan ke berbagai negara untuk menciptakan perdamaian dan keadilan sosial.

Anggota Muhammadiyah terdiri dari berbagai latar belakang profesi, etnis, sosial, dan budaya.

Mengutip dari muhammadiyah.or.id, Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta.

Muhammadiyah berdiri sejak tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912.

Muhammadiyah didirikan oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan.

KHA Dahlan adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang.

Ia melihat keadaan umat Islam pada waktu itu yang sedang dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.

Maka beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.

Awalnya ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya.

Namun profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa.

Kemudian untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka ia mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.

Persyarikatan Muhammadiyah hingga kini mampu bertumbuh dan berkembang diseluruh pelosok tanah air.

Hingga saat ini peringatan milad Muhammadiyah masih terus digelar setiap tahunnya di tanggal 18 November.

Tokoh Pendiri Muhammadiyah

KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh penting di Muhammadiyah.

Ahmad Dahlan merupakan sosok pendiri Muhammadiyah.

Pendiri Muhammadiyah adalah seorang ulama yang berasal di kampung Kauman Yogyakarta.

KH. Ahmad Dahlan lahir pada bulan Agustus tahun 1869.

Nama lahir Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. KH. Ahmad Dahlan.

Ia dikenal sebagai anak dari seorang ulama, imam dan khatib Masjid Besar kauman bernama Kyai Haji Abu Bakar dan Ibu Siti Aminah binti Haji Ibrahim.

Pada masa mudanya, KH. Ahmad Dahlan belajar dan berguru dari kedua kakak iparnya, ilmu Fiqh dari Kyai Haji Muhammad Saleh, dan ilmu Nahwu dari Haji Muhsin.

KH. Ahmad Dahlan kemudian mendalami ilmu Falaq dari Kyai Raden Haji Dahlan, putera Kyai Termas.

Selain itu ia juga mempelajari ilmu Hadits dari Kyai Mahfudh dan Syaikh Khayyat serta Ilmu Qiraah kepada Syaikh Amien dan Sayyid Bakri.

Tak hanya mendalami ilmu-ilmu agama, KH. Ahmad Dahlan juga memahami berbagai pengetahuan umum, misalnya ilmu bisa atau racun binatang dari dari Syaikh Hasan, bahasa Jawa dan Melayu dari R. Ng. Sosrosugondo (anggota Boedi Oetomo dan editor bahasa untuk Statuten dalam bahasa Melayu dan Belanda) dan untuk pelajaran lainnya dari R. Wedana Dwijosewoyo, dan Syaikh Jamil Jambek.

Beranjak dewasa, KH. Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah binti Kyai Penghulu Haji Fadhil di tahun 1889.

Mengikuti jejak sang suami, kemudian Siti Walidah juga turut serta mendirikan organisasi muslim perempuan modernis pertama di Indonesia, yakni ‘Aisyiyah pada 27 Rajab 1335 H atau bertepatan tanggal 19 Mei tahun 1917.

Aisyiyah menjadi wadah bagi perempuan muslim untuk mengembangkan kiprah dalam ranah pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan sebagaimana tujuan dan maksud Muhammadiyah.

Selama hidupnya Ahmad Dahlan meninggalkan banyak jejak keteladanan bagi anggota Muhammadiyah.

Hingga pada suatu saat ketika sekolah Muhammadiyah kekurangan uang untuk membayar gaji para guru dan mencukupi kebutuhan operasional sekolah, KH. Ahmad Dahlan melelang barang-barang serta perkakas di rumahnya.

Sejak saat itulah orang-orang yang tergugah dengan sikap berani dan ikhlas KH. Ahmad Dahlan.

Mereka kemudian membeli barang-barang tersebut dengan harga tinggi dan mengembalikannya.

Uang yang terkumpul waktu itu jumlahnya sangat besar dan sangat mencukupi kebutuhan untuk membayar gaji guru-guru dan perlengkapan sekolah.

Kemudian di tahun-tahun terakhir jelang wafat, KH. Ahmad Dahlan tidak pernah mengundurkan diri dari urusan berdakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Sebelum meninggal, KH. Ahmad Dahlan masih sempat mendirikan gerakan kepanduan bernama Hizbul Wathan pada 1918.

Ia juga berinisiatif mendirikan Mushola khusus untuk perempuan yang pertama di Hindia-Belanda.

Semasa hidupnya, KH. Ahmad Dahlan mendedikasikan dirinya dan memperjuangkan berdirinya Muhammadiyah.

KH. Ahmad Dahlan menekankan pentingnya Islam yang “kemadjoean”. Islam dari gerakan Muhammadiyah tersebut.

Baca juga: Milad Muhammadiyah ke-113 Tahun 2025, Berikut Sejarah dan Tokoh Pendirinya

Menurutnya Islam adalah agama yang mengandung nilai-nilai kemajuan untuk mencerahkan dan mewujudkan kehidupan peradaban umat manusia yang berkeunggulan.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved