Sabtu, 8 November 2025

Akhir Kasus Guru Tampar Murid karena Lompat Pagar Sekolah: Dedi Mulyadi Sempat Bela, Kini Damai

Kasus guru di Subang menampar muridnya yang melompar pagar sekolah, kini telah berakhir damai.

TribunJabar.id/Deanza Falevi, Instagram @mangdans_/@dedimulyadi71
GURU TAMPAR SISWA - Orang tua siswa berinisial ZR (16), Deni Rukmana (kiri). Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi gerak cepat respons kasus penamparan siswa oleh guru (kanan). Berikut kronologi lengkap kasus guru tampar siswa di Subang. Kini, kasus tersebut telah berakhir damai. 

"Artinya ada kekeliruan, atau keistimewaan berulang yang dilakukan oleh anak tersebut," timpal Dedi.

Lebih lanjut, Dedi pun meminta orang tua untuk ikut berperan dalam mendidik anak-anak, bukan serta-merta menyerahkan kepada sekolah.

Ia pun mengimbau agar orang tua harus instropeksi mengenai sikap anaknya terlebih dulu, jika guru di sekolah bersikap keras.

Meski demikian, Dedi juga menekankan, tidak semua masalah bisa diselesaikan menggunakan kekerasan.

"Kalau dititipkan di sekolah, percayakan kepada guru. Kalau gurunya agak keras sedikit, nah orang tuanya juga harus menyadari kenapa kekerasan itu terjadi," urai Dedi.

"Tetapi guru juga harus menyadari tidak semua hal bisa diselesaikan dengan kekerasan," tandasnya.

Kronologi Kejadian

Kasus guru SMPN 2 Jalancagak, Rana Saputra, menampar siswanya berinisial ZR menjadi viral setelah orang tua korban, Deni Rukmana (38), mengunggah video kejadian di media sosial.

Deni memprotes sikap Rana yang telah menampar sang anak pada Senin (3/11/2025).

Terkait hal itu, Wakil Kepala Sekolah Sarana dan Prasarana SMPN 2 Jalancagak, Yaumi Basuki, menjelaskan aksi kekerasan itu terjadi setelah Rana berusaha menegakkan disiplin terhadap ZR dan siswa tujuh lainnya yang tertangkap basah melompat pagar sekolah hendak membolos.

"Kejadian kemarin itu sebenarnya bentuk kesalahpahaman antara orang tua siswa dan pihak sekolah. Kami ingin menegakkan kedisiplinan, namun kami juga tidak membenarkan adanya kekerasan fisik," jelas Yaumi, Rabu (5/11/2025), dikutip dari TribunJabar.id.

‎Peristiwa pendisiplinan itu, kata Yaumi, terkait larangan meloncat pagar sekolah yang baru saja selesai dibangun.

‎"Pagar ini baru selesai dua minggu. Kami sudah wanti-wanti supaya dijaga. Tapi beberapa siswa masih loncat pagar, termasuk sih ZR dan teman-temannta," ucapnya.

‎Ia mengatakan, pihak sekolah khawatir pagar yang baru dibangun rusak kembali, mengingat sebelumnya bagian pagar sempat roboh karena ulah siswa dan cuaca.

‎Yaumi menyebut ada delapan siswa yang saat itu mendapat tindakan disiplin berupa tamparan ringan.

‎"Iya, delapan orang. Guru hanya menampar pelan. Itu dilakukan setelah upacara dan anak-anak belum bubar," katanya.

‎Meski menyebut tindakan itu sebagai bentuk penegakan disiplin, pihak sekolah mengakui cara tersebut keliru.

‎"Kami akan mengevaluasi cara pembinaan. Ke depan kami akan mencari solusi bagaimana mendisiplinkan tanpa kekerasan fisik," ujar Yaumi.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJabar.id/Deanza Falevi/Hilda Rubiah)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved