Para Perempuan Wukirsari Satukan Gerak Jaga Batik Warisan Leluhur, di Tengah Kekhawatiran Regenerasi
Inilah cerita para perempuan-perempuan penjaga batik di Wukirsari. Semangat melesarikan di tengah kekhawatiran regenerasi.
Nazula, satu di antara perempuan pembatik di Kampung Batik Giriloyo yang menyulam harapan agar batik tulis Wukirsari tak sekadar tinggal cerita.
“90 persen pembatik di wilayah ini adalah perempuan. Jadi memang sudah turun temurun, di Wukirsari perempuan dianggap menjadi penyambung finansial keluarga lewat batik tulis, perempuan perajin batik juga dianggap lebih bagus membuat produk batik tulis dibandingkan pria,” ujar Ahmad Bahtiar (27), Sekretaris Pengelola Desa Wisata Wukirsari, saat berbincang dengan Tribunnews.com, di sela acara Workshop dan Lomba Jurnalisme Feature yang digelar PT Astra International Tbk. bersama Indonesian Institute of Journalism (IIJ), Senin (20/10/2025).
Namun siapa sangka keteguhan para perempuan pembatik di Wukirsari tersebut, kini berjalan beriringan dengan kekhawatiran kehilangan pewaris.
Siapa yang akan melanjutkan ketika tangan-tangan pembatik renta yang tak lagi kuat menggenggam canting?
Bahtiar menyebut sebuah data jumlah perajin batik di Desa Wisata Wukirsari yang menurun, dari 1.000 lebih perajin batik, kini turun menjadi 634 perajin batik tulis tradisional, tersebar di tiga padukuhan, yakni di Cengkehan, Karangkulon serta Giriloyo.
“Saya itu sedih karena anak-anak muda sudah tidak terlalu tertarik untuk melestarikan batik. Dilihat saja, ada Nazula, pembatik perempuan termuda, kalau laki-laki saya yang termuda, datanya menurun drastis,” ungkapnya dengan nada bergetar.
Bahtiar mengamati sebuah pola: banyak anak muda khususnya perempuan di Wukirsari bisa membatik sejak kecil, namun setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), mereka memilih bekerja di pabrik garmen untuk mencari ‘uang saku untuk menikah’.
Setelah menikah dan punya anak, mereka tidak bisa meninggalkan anak mereka untuk melanjutkan bekerja di pabrik, dan akhirnya kembali membatik di rumah.
Bahtiar menegaskan bahwa bekerja dengan melestarikan batik tulis Wukirsari tentu tak bisa dipandandang dengan sebelah mata.
Kebanggaan menjadi landasan Bahtiar serta warga lainnya bekerja di Desa Wisata Wukirsari, secara finansial pendapatan dapat disyukuri, dan nantinya di akhir tahun bisa mendapatkan Sisa Hasil Usaha (SHU) dari koperasi.
Diketahui dalam operasional Desa Wisata Wukirsari, terdapat Koperasi Jasa Kampung Batik Giriloyo yang menaungi 12 unit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) batik binaan.
Lewat Koperasi Jasa Kampung Batik Giriloyo, Desa Wisata Wukirsari telah berhasil mengembangkan identitas produksi batik tulis masing-masing UMKM binaan tersebut.
Gerakan Bersama ‘Bawah Tanah’
Semangat melestarikan batik di Wukirsari terlihat tak pernah padam, tampak dari binar mata Bahtiar.
Bahtiar menyebut segala upaya dilakukan, untuk terus mendorong keterlibatan generasi muda agar warisan budaya ini tetap hidup tak lekang oleh zaman.
Dirinya hingga pengurus Desa Wisata Wukirsari lainnya memulai gerakan ‘bawah tanah’ bersama untuk membangkitkan minat anak muda terhadap batik tulis Wukirsari.
PT Astra International Tbk
Yudha Prasetya
Meaningful
Desa Wukirsari
DIY
Kampung Berseri Astra (KBA)
Kampung Batik Giriloyo Wukirsari
SATU Indonesia Award
Desa Sejahtera Astra (DSA)
| Syarat Pendaftaran PPG Dalam Jabatan Kemenag Angkatan IV bagi Guru Madrasah 2025, Berikut Tahapannya |
|
|---|
| YouTube Hapus 700 Video Pelanggaran HAM Israel, Aktivis Palestina: Bukti Kejahatan Perang Dihapus |
|
|---|
| Soal Ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Guru: Begitu Meledak Langsung Kabur |
|
|---|
| Andrew Andika Bayar Kebutuhan Anak Tak Lewat Perantara Mantan Istri, Tengku Dewi: Nggak Masalah |
|
|---|
| Rismon Sianipar Tersangka, Sempat Labrak Ahli Forensik Pakai Aplikasi Gratisan Teliti Ijazah Jokowi |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.