Griya Schizofren, Ruang Kolaborasi untuk Gerak Bersama Urai Stigma ODMK Lewat Karya dan Interaksi
13 tahun, komunitas sosial yang didirikan Triana Rahmawati, Griya Schizofren mendampingi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) di Griya PMI Peduli.
Lebih jauh, Syahri menuturkan, keterlibatannya dalam kegiatan Griya Schizofren memberi dampak positif, baik bagi dirinya maupun para ODMK. Menurutnya, penghuni Griya PMI dapat mengisi waktu dengan aktivitas yang lebih produktif, mulai dari art therapy, olahraga, hingga berinteraksi dengan warga lain.
Melalui art therapy, para penyintas bisa menyalurkan emosi, mengurangi stres, sekaligus menstimulasi proses pemulihan mental mereka. "Hasil kegiatannya banyak sekali. Aktivitas seperti ini benar-benar membantu mereka tetap produktif dan tidak jenuh menjalani hari," jelas Syahri.
Kegiatan Griya Schizofren ini pun menuai apresiasi dari Kepala Seksi di Pelayanan Sosial Griya PMI, Eny Wulandari. Bahkan Eni ingin agar kegiatan yang digelar Tria bersama relawan terus berkelanjutan.
"Kami sangat berterima kasih dengan adanya kegiatan dari Griya Schizofren karena membuat warga di sini punya kegiatan bervariasi dan mereka pun senang," ujar Eni.
Raih Penghargaan SATU Indonesia Awards
Dengan segala usaha yang telah dilakoninya di Griya Schizofren, jatuh bangun agar bisa terus membersamai ODMK, Tria mengaku pernah di ambang keputusasaan.
Ini terjadi pada tahun 2017. Saat itu, Tria yang sudah menikah merasa sangat lelah mengurus aktivitas sosialnya tersebut. Belum lagi, ia harus menghadapi para relawan yang tak konsisten hingga berjuang mencari pendanaan.
Sempat terlintas di pikiran Tria untuk menyudahi kegiatan Griya Schizofren yang dinilainya tidak memiliki dampak. Ia hanya ingin bekerja seperti orang kebanyakan, lalu pulang dan beristirahat, tanpa perlu memikirkan orang lain, selain dirinya sendiri dan keluarga.
"Ketika itu, saya merasa tidak cukup kompeten, kayak sudah berusaha mati-matian, tapi tetap nggak ada perubahan," aku Tria.
Segala kegundahan itu lantas disampaikan Tria pada sang suami, Siswandi. Mendengar curahan hati tersebut, Siswandi diam-diam mendaftarkan sang istri dalam apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2017.
SATU Indonesia Awards adalah ajang penghargaan dari PT Astra International Tbk untuk mengapresiasi anak muda yang berkontribusi di lima bidang: Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Teknologi.
Melalui form di situs SATU Indonesia Awards, Siswandi menuliskan sejumlah hal yang dialami dan dirasakan sang istri. Cerita Tria itu rupanya menarik perhatian juri hingga didatangi oleh tim dari SATU Indonesia Awards.
"Ketika didatangi tim dari SATU Indonesia Awards, saya cerita semua hal yang selama ini dirasakan, dijalani. Saya juga mengaku bahwa saat itu, saya sedang ingin menyerah. Saya jelasin semua kendala dari mulai relawan, biaya, waktu, dan itu yang bikin saya merasa nggak berkembang," urainya.
Setelah melalui sejumlah proses, siapa sangka, Tria justru menjadi penerima 8th SATU Indonesia Awards dari PT Astra Internasional Tbk bidang Kesehatan sebagai pendamping masalah kejiwaan.
Apresiasi yang didapat dari Astra menjadi titik balik bagi Tria untuk semakin menebar manfaat bagi orang yang memiliki masalah kejiwaan melalui Griya Schizofren. Menurut Tria, tak ada lagi jalan mundur bagi dirinya dari kegiatan sosial ini.
"Nggak ada lagi jalan untuk berhenti, kenapa? karena kami sudah dipercaya oleh juri-juri skala nasional untuk terus melakukan kegiatan atau hal baik ini. Kalau mereka saja sudah percaya pada kita, kenapa kita tidak?" kata dia.
Dukungan dari sejumlah masyarakat untuk keberlangsungan Griya Schizofren dalam mendampingi ODMK juga menjadi alasan Tria. Bagi Tria, bisa melakukan sesuatu hal yang bersifat sosial dan tidak dibayar merupakan satu sumber kebahagiaannya.
"Saya melakukan ini secara sukarela, non profit, nggak dibayar, tapi saya malah seneng. Jadi saya merasa ada sesuatu hal yang lebih besar ketimbang hal-hal yang sifatnya material," ungkapnya.
Kolaborasi untuk Urai Stigma ODMK
Di usia perjalanan yang memasuki tahun ke-13, Griya Schizofren tak hanya menjadi ruang aman bagi ODMK, tetapi juga ruang untuk merayakan kemampuan mereka. Griya Schizofren hadir untuk memberitahu bahwa ODMK juga punya kelebihan serta kemampuan yang orang tidak tahu.
Tria belakangan semakin fokus membangun keterampilan warga Griya PMI, salah satunya melalui kegiatan menggambar. Dari goresan sederhana, lahirlah karya-karya yang nantinya didesain ulang, tanpa mengubah esensi gambarnya, kemudian diwujudkan menjadi berbagai produk seperti pin, tote bag, tumbler, notebook, hingga jam dinding melalui platform Solvenesia.
Hasil penjualannya dipakai untuk membeli buah atau memenuhi kebutuhan pribadi para warga. Bagi Tria, nilai terbesarnya bukan pada rupiah, melainkan pada pengakuan bahwa ODMK pun bisa berkarya.
"Ternyata, orang-orang dengan masalah kejiwaan bisa punya karya. Dan pelan-pelan, karya itu bisa membantu kemandirian mereka," ujarnya tegas.
Selain penguatan skill, Tria juga membuka ruang kolaborasi riset dan pemberdayaan sosial bersama para akademisi. Tujuannya jelas, agar ODMK tak lagi sekadar menjadi obyek belas kasihan, tetapi memiliki tempat dalam pengetahuan dan pembahasan publik.
"Kalau dulu fokus kami mengajak partisipasi masyarakat untuk membantu di Griya PMI, kini kami ingin partisipasi itu lebih luas, bukan hanya tenaga, tetapi juga material," lanjutnya.
Langkah Tria tak berhenti di situ. Menyadari bahwa sebagian besar ODMK justru dirawat di rumah, ia tengah menyiapkan sebuah pilot project bagi para family caregiver-anggota keluarga, teman, atau kerabat yang selama ini memberi perawatan tanpa bekal pengetahuan memadai.
Pengalaman pribadi menjadi penguat langkah ini. Beberapa waktu lalu, seorang tetangga meminta bantuannya menangani seseorang dengan masalah kejiwaan di lingkungan mereka. Ironisnya, tak ada satu pun orang terdekat yang berani membantu.
"Padahal tetangga itu orang terdekat mereka, tapi nggak ada yang berani bantuin," kenangnya.
Dari situ Tria melihat celah besar: masyarakat membutuhkan keberanian, pengetahuan, dan pendampingan. Ia membayangkan lahirnya aktivis-aktivis kecil di setiap kampung, orang-orang yang punya kepedulian terhadap isu kesehatan jiwa dan mampu mendampingi ODMK dalam kehidupan sehari-hari.
Harapan itu sejalan dengan gagasannya tentang kesetaraan akses, sebab stigma sering kali lahir dari ketidaktahuan dan jarak sosial. "Sekarang yang kami dorong adalah masyarakatnya. Semangat kami adalah kesetaraan akses, agar orang-orang dengan masalah kejiwaan bisa hidup berdampingan, tanpa penghakiman," tegasnya.
Semua itu, kata Tria, hanya bisa berjalan melalui kolaborasi. Ia mengadopsi prinsip pentahelix: melibatkan masyarakat umum, akademisi, pemerintah, pihak swasta, hingga media.
Menurut Tria, Astra menjadi salah satu mitra yang memberikan banyak kontribusi pada kegiatan Griya Schizofren, melalui program pemberdayaan berkelanjutan. Terbaru, Tria melalui Solvenesia tengah menjalin sebuah kolaborasi dengan Astra.
"Kolaborasi itu penting sekali. Kami tidak bisa bergerak sendiri. Akademisi butuh menjadikan ini pusat studi, masyarakat butuh diedukasi untuk mengurai stigma dan meningkatkan partisipasi, pemerintah butuh regulasi, dan sektor swasta seperti Astra bisa memberi dukungan keberlanjutan," pungkas Triana. (*)
Griya Schizofren
Surakarta
Griya PMI Solo
ODMK
Astra
SATU Indonesia Awards
Triana Rahmawati
Meaningful
| Sabrina Alatas Disebut Kena Karma saat Dituding Jadi Selingkuhan Hamish, Christy Jusung Bungkam |
|
|---|
| Ramai Permasalahan Helwa Bachmid dengan Habib Bahar bin Smith, Ustaz Derry Sulaiman Beri Pesan |
|
|---|
| Puluhan Warga Korban Longsor di Banjarnegara Belum Ditemukan, Gubernur Minta Evakuasi 800 Orang |
|
|---|
| Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam Kelas 10 SMA Kurikulum Merdeka Hal 191: Soal Aktivitas 7.5 |
|
|---|
| 5 Contoh Susunan Upacara Hari Guru Nasional 25 November 2025 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tribunnews/foto/bank/originals/URAI-STIGMA-ODMK-Triana.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.