Kamis, 20 November 2025

Ancaman Polusi: Setelah Gumpalan Awan Hitam di Subang, Kini Muncul Debu Hitam di Bekasi

Dua daerah di Jawa Barat belakangan mengalami fenomena misterius: gumpalan awan hitam di Kabupaten Subang, debu hitam pekat di Kota Bekasi.

KOMPAS.com/Febryan Kevin, Tangkapan layar Instagram Radar Cianjur
FENOMENA DI JABAR - Kolase foto: Warga menunjukan sebu hitam pekat yang sudah terkena air di wilayah Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi (kiri) dan Tangkapan layar video yang merekam busa limbah terbang ke area permukiman warga di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat (kanan). Dua daerah di Provinsi Jawa Barat belakangan mengalami fenomena misterius; setelah gumpalan awan hitam di Kabupaten Subang, kini muncul hujan debu hitam pekat di Kota Bekasi. 
Ringkasan Berita:
  • Fenomena aneh terjadi dua daerah di Provinsi Jawa Barat, yakni gumpalan awan hitam di Kabupaten Subang dan debu hitam pekat di Kota Bekasi.
  • Debu hitam di Kota Bekasi kabarnya menyebabkan warga batuk dan sesak nafas, sedangkan awan hitam di Kabupaten Subang kemungkinan adalah busa limbah yang dapat terbang jika tertiup angin kencang.
  • Dinas Lingkungan Hidup (DLH) masing-masing wilayah sudah memberikan keterangan.

TRIBUNNEWS.COM - Dua daerah di Provinsi Jawa Barat (Jabar) belakangan mengalami fenomena misterius; setelah gumpalan awan hitam di Kabupaten Subang, kini muncul hujan debu hitam pekat di Kota Bekasi.

Kedua fenomena ini pun sempat viral dan dikhawatirkan cukup berbahaya bagi kesehatan warga.

1. Debu Hitam di Kota Bekasi

Kemunculan debu berwarna hitam pekat membuat warga di Kaliabang Bahagia, Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi heboh.

Debu tersebut terlihat menempel di teras, dinding, dan halaman rumah setiap pagi, hingga meresahkan warga, karena lingkungan terlihat lebih kotor.

Hujan debu hitam ini pun sempat direkam warga dan videonya beredar viral di media sosial, pada Jumat (14/11/2025) lalu.

Dalam rekaman, tampak debu menumpuk dan menempel di tangan ketika disentuh.

Diduga, debu hitam ini berasal dari pembakaran cerobong sejumlah pabrik di sekitar permukiman dan dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan warga.

Sementara itu, pada Selasa (18/11/2025) siang, liputan Kompas.com memperlihatkan debu hitam menempel di teras beberapa rumah serta mobil yang terparkir di garasi.

Debu hitam tersebut tampak membandel, lantaran tak juga hilang meski telah disapu atau dipel.

Sementara itu, fenomena tersebut sudah berlangsung sekitar satu bulan terakhir.

Baca juga: Guru di Subang yang Pukul Siswa Mengatakan Bahwa Profesinya Bukanlah Musuh dari Anak-anak

Beberapa warga mengalami keluhan batuk dan sesak nafas diduga karena terpapar debu hitam ini, sebagaimana disampaikan Eka (30), warga RT 02/04 Pejuang.

Eka juga khawatir, debu hitam dapat mengancam kesehatan anak-anak.

"Ada yang berasa lebih sesak sih, anak-anak batuk terus setelah adanya debu hitam itu," tutur Eka.

Eka menyebut, sebaran debu ini bukan kali pertama terjadi. Namun, debu hitam kali ini berlangsung lebih lama dibanding kejadian sebelumnya.

"Pernah juga dulu tapi lupa tahunnya, tapi waktu itu enggak lama, kalau ini lama, kalau dulu seminggu beres, yang ini sebulanan," jelas Eka.

Namun, ia tidak mengetahui asal kemunculan debu hitam yang menempel di rumah dan mobil. Menurut dia, debu muncul hampir setiap pagi dan malam. 

Sementara itu, Aminah, Ketua RT 03/04 Pejuang, menerima banyak keluhan warga terkait batuk yang mereka alami.

"Iya (ada lapor), emang kayaknya rada sesak, terus nanya bagaimana ke saya. Ya, saya langsung melaporkan keluhan ke RW biar dilanjut ke lurah atau camat," ucapnya.

Aminah berharap pihak kelurahan maupun kecamatan segera menindaklanjuti agar debu hitam yang mengganggu tidak berlarut-larut.

"Pokoknya harapannya biar cepat hilang, terus puskesmas lakukan pemeriksaan, saat ini puskesmas belum turun," jelasnya.

Dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube Fokus Indonesia, Rabu (19/11/2025) pagi, sampel debu hitam sudah diambil oleh pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bekasi untuk diperiksa di laboratorium.

Sementara, petugas juga sudah mengambil sampel polusi atau debu dari tiga perusahaan di sekitar permukiman untuk komparasi.

Namun, Kepala DLH Kota Bekasi Kiswatiningsih menyebut, pihaknya belum bisa mengungkap perusahaan mana saja yang diambil sampel polusinya, karena masih menunggu hasil proses uji laboratorium.

"[perusahaan yang diperiksa] ada tiga, titik lokasi dengan perusahaan yang di sekitaran warga, tidak menyebutkan [nama perusahaan] karena masih menunggu proses hasil ujinya," kata Kiswatiningsih.

Terkini, DLH Kota Bekasi memeriksa perusahaan makanan terkait kemunculan debu hitam pekat yang bertebaran ini.

Menurut Kepala DLH Kota Bekasi Kiswatiningsih, terdapat masalah pada cerobong perusahaan makanan tersebut, sehingga kini operasionalnya harus dipantau.

"Sudah melakukan pengecekan ke salah satu perusahaan makanan tanggal 12 November 2025 dan yang bersangkutan mengakui terjadinya kondisi luar biasa pada cerobongnya, sehingga perusahaan dalam pengawasan dan pemantauan DLH," ucap Kiswatiningsih saat dikonfirmasi, Rabu, dilansir Kompas.com

Selain itu, Kiswatiningsih memastikan pihaknya telah melakukan uji emisi di tiga lokasi, dan hasilnya akan keluar 14 hari ke depan.

"Kemudian melakukan uji emisi selama 24 jam pada tiga lokasi (warga dan dua usaha di sekitar lokasi) di tanggal 13 dan 14 November 2025. Hasil pengujian akan keluar setelah 14 hari," jelasnya.

Ia menegaskan DLH akan memberikan sanksi kepada perusahaan jika terbukti melanggar aturan setelah hasil uji laboratorium keluar.

"Atas tahapan dan rangkaian hasil uji, nantinya kami bisa menetapkan perusahaannya dan menindak sesuai ketentuan perundangan yang berlaku," ungkapnya.

Kolase foto: Warga menunjukan sebu hitam pekat yang sudah terkena air di wilayah Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi (kiri) dan Tangkapan layar video yang merekam busa limbah terbang ke area permukiman warga di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat (kanan).
Kolase foto: Warga menunjukan sebu hitam pekat yang sudah terkena air di wilayah Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi (kiri) dan Tangkapan layar video yang merekam busa limbah terbang ke area permukiman warga di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jawa Barat (kanan). (KOMPAS.com/Febryan Kevin, Tangkapan layar Instagram Radar Cianjur)

2. Gumpalan Awan Busa Warna Hitam di Kabupaten Subang

Fenomena gumpalan busa menyerupai awan tetapi berwarna hitam yang beterbangan terjadi di Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang, Jumat (24/10/2025).

Gumpalan awan tersebut memasuki area pemukiman, dan sempat viral di media sosial. Warga bahkan menyabutnya sebagai limbah yang mengeluarkan bau menyengat.

Dalam rekaman yang viral, warga mengaku khawatir zat tersebut berasal dari aktivitas industri di sekitar wilayah mereka.

Menurut penuturan warga, gumpalan awan hitam melayang di udara lalu jatuh ke tanah, dan membuat setiap permukaan yang terkena menjadi berwarna hitam.

Agung Adami (28), warga yang menyaksikan langsung fenomena tersebut, mengungkap, awan ini berbau asam, tetapi tidak menyengat.

‎"Baunya sih asem sedikit. Terus pas disiram air langsung hilang," katanya.

Gumpalan busa warna hitam ini pun disebut-sebut mirip seperti awan Kinton, awan fiksi dari anime Dragon Ball yang berfungsi sebagai alat transportasi.

Terkait fenomena ini, pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Barat dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memberikan penjelasan.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Teguh Rahayu, mengungkap hasil kajian awal dari aspek meteorologi, fenomena awan hitam tak masuk kejadian alam yang disebabkan proses cuaca, awan, atau aktivitas atmosfer lainnya.

"Secara ilmiah, awan terbentuk dari proses kondensasi uap air di atmosfer dengan pola ketinggian dan karakteristik tertentu yang bisa diidentifikasi citra satelit dan radar cuaca BMKG," kata Rahayu dalam keterangan resmi, Rabu (29/10/2025), dilansir TribunJabar.

Rahayu menjelaskan, kondisi cuaca di wilayah Subang pada 27 Oktober secara umum pada pagi itu berawan dan sore harinya terpantau adanya awan hujan di sebagian wilayah Subang bagian selatan.

Kemudian, cuaca Subang pada 28 Oktober secara umum berawan tebal hingga hujan ringan sejak pagi sampai sore.

"Kondisi angin pada 27 Oktober itu berdasarkan alat pengamatan terdekat (AWS Sukamandi) angin bertiup dominan dari timur-selatan dengan kecepatan maksimum 26,1 kilometer per jam. Sementara itu pada 28 Oktober 2025, angin di wilayah Subang didominasi arah timur hingga selatan dengan kecepatan maksimum 13,3 km per jam," ucap Rahayu.

Rahayu menegaskan, fenomena yang tampak berupa gumpalan hitam itu lebih mungkin berasal dari aktivitas di permukaan bumi.

Misalnya dari proses industri, reaksi kimia limbah, atau aktivitas manusia lainnya yang menyebabkan terbentuknya busa atau material ringan yang kemudian terangkat oleh angin. 

"Namun, untuk memastikan sumber serta kandungan materialnya, disarankan agar dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh instansi terkait, seperti dinas Llingkungan hidup (DLH) atau BPBD setempat," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jawa Barat, Ai Saadiyah Dwidaningsih menegaskan, pihaknya akan segera menelusuri asal muasal awan busa warna hitam itu. 

"Kami tindak lanjuti," ujar Ai saat dihubungi, Selasa (28/10/2025) dilansir Kompas.com

Ai menjelaskan, busa limbah dalam jumlah besar dapat terbang jika tertiup angin kencang, mengingat massa jenisnya yang ringan. 

"Bisa jadi kemungkinan ketika busa ditimbulkan ada angin bertiup cukup kuat sehingga bisa menerbangkan busa," katanya.

Ia juga menegaskan, jika terbukti ada industri yang lalai dalam pengelolaan limbah, pihaknya akan menjatuhkan sanksi sesuai ketentuan Permen LH 14/2024, baik berupa sanksi paksaan pemerintah maupun denda administratif.

Sebagai langkah antisipasi, Ai mengimbau warga agar tidak menyentuh busa tersebut.

"Perlu dicek dan dibuktikan apakah betul mengandung bahaya atau B3, perlu uji laboratorium untuk membuktikannya," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Rizki A.) (TribunJabar.id/Deanza Falevi/Muhammad Nandri) (Kompas.com) (KompasTV)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved