Selasa, 28 Oktober 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Masih Lama Internet Cepat Masuk 3T

Internet murah 1,4 GHz digelar di wilayah 3T. Surge & MyRepublic tantang dominasi Telkom demi konektivitas nasional.

Editor: Glery Lazuardi
Hand-out/Moch S Hendrowijono
MOCH S HENDROWIJONO - Menara BTS di wilayah 3T jadi tumpuan perluasan internet murah. Surge & MyRepublic mulai bangun jaringan spektrum rendah. 

Beda dengan kedua pemenang, yang kalaupun ada, kemampuannya masih belum memadai sehingga menuntut mereka wajib menggandeng pihak lain.

Memberi layanan internet, pemenang paling tidak harus punya prasarana jaringan, baik itu berupa menara telekomunikasi dan jaringan serat optik (FO – fiber optic). Syukur bahwa spektrum yang digunakan adalah spektrum rendah, segolongan dengan 700 MHz, 900 MHz, 1800 MHz dan 2100 MHz.

Frekuensi spektrum rendah punya jangkauan luas, radius antara 3 kilometer dan 5 kilometer. Sementara spekrtrum di atasnya, baik medium wave, atau milimeterwave di rentang 26 GHz ke atas, cakupan layanannya hanya sekitar 100 meter dan 300 meter saja, yang berimbas pada tingkat kebutuhan BTS (base transceiver station)-nya. 

Untuk satu luasan wilayah sama, kebutuhan BTS di medium atau milimeterwave bisa 10X atau 20X kebutuhan spektrum rendah, biaya penggelaran spektrum rendah pun lebih murah.

Namun murah atau tidak, kedua pemenang masih harus bekerja sama dengan pihak lain yang punya prasarana, tidak seperti Telkom (Telkomsel), atau Indosat Ooredoo Hutchison dan XL Smart, yang sejak lahir sudah menyebar BTS.

Sebagai gambaran, untuk melayani 156 juta pelanggannya, Telkomsel punya 280.434 BTS, punya jaringan FO sepanjang 173 ribuan kilometer, XL Smart punya 209.000 BTS dengan 113.000 kilometer FO dan pelanggan sekitar 60 juta, Indosat punya 100 juta pelanggan didukung 119.850 buah BTS, 51.000 km serat optik, dan 18.000 kilometer kabel bawah laut. 

Mengelus dada

Jaringan Surge, yang bekerja sama dengan PT KAI (Kereta Api Indonesia), baru merambah sekitar sisi jalur rel, sebagian kawasan  Jabodetabek.

Mereka baru punya pelanggan 1,5 juta home pass dan 823.000 pelanggan FTTH (fiber to the home) dengan target penambahan 40 juta pelanggan dalam setahun.

Menggelar layanan internet murah, Surge membuka kerja sama dengan pengelola menara BTS PT Tower Bersama (TBIG) dan PT Centratama Menara Indonesia (CENT), keduanya punya 50.000 menara, selain Mitratel yang punya 39.404 menara.

Dari ketiganya yang sudah berencana membangun 1.500 menara BTS di kawasan 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) baru Mitratel.

Dengan “menempelkan” spektrum 1,4 GHz di menara-menara yang juga digunakan semua operator seluler itu, Surge berharap dapat mempeluas jaringan di kawasan dengan 45 juta rumah tangga.

Apalagi di kawasan dengan jaringan tulang punggung (backbone) yang terintegrasi, biaya lebih efisien saat mengoptimalkan adopsi pita lebar nasional. 

Surge juga akan bekerja sama dengan Nokia, Huawei, Orex Sai, Baicells, Fiberhome dan Qualcomm serta ESR yang semuanya akhirnya menjadi sub-kontraktornya. Mereka tidak bicara soal alasan diterbitkannya spektrum frekuensi 1400 Mhz untuk internet di Papua dan Maluku yang masih langka.

Sementara MyRepublic yang saat ini punya pelanggan sejuta dan akan jadi 2 juta pada akhir tahun, baru akan bekerja sama dengan Corning untuk layanan FTTH (fiber to the home) di Sumatera, Bali, NTB-NTT serta Kalimantan dan Sulawesi.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved