Rabu, 5 November 2025

Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III 2025 Diperkirakan Tetap di Kisaran 5 Persen, Berikut Faktornya

Realisasi belanja pemerintah hingga September baru mencapai 59,7 persen dari target tahunan, dibandingkan 64,7 persen pada 2024.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PERTUMBUHAN EKONOMI - Suasana pemukiman dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta. Perekonomian Indonesia akan tetap di kisaran 5 persen pada kuartal ketiga (Q3) 2025, relatif tidak berubah dibandingkan periode sebelumnya. 

Ringkasan Berita:
  • Konsumsi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan dan investasi tetap solid.
  • Terdapat kenaikan data penjualan ritel sebesar 5,8 persen secara tahunan pada September.
  • Realisasi belanja pemerintah hingga September baru mencapai 59,7 persen.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) memperkirakan bahwa perekonomian Indonesia akan tetap di kisaran 5 persen pada kuartal ketiga (Q3) 2025, relatif tidak berubah dibandingkan periode sebelumnya.

Research Director Prasasti, Gundy Cahyadi, memandang konsumsi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan dan investasi tetap solid.

Keseluruhan data disebut mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan saat ini lebih bersifat stabil daripada menguat secara signifikan.

"Konsumsi memang membaik, tetapi lajunya masih jauh dari kata kuat. Yang kita lihat saat ini adalah stabilisasi, bukan lonjakan. Kabar baiknya, fondasi dasarnya tetap kokoh," kata Gundy dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/11/2025).

Baca juga: Di KTT APEC, Prabowo Bicara soal Korupsi hingga Pebisnis Rakus Hambat Pertumbuhan Ekonomi

Prasasti melihat terdapat kenaikan data penjualan ritel sebesar 5,8 persen secara tahunan pada September.

Angka tersebut merupakan laju tertinggi sejak awal 2024 dan menunjukkan adanya sedikit peningkatan permintaan rumah tangga.

Namun, inflasi inti yang hanya mencapai 2,2 persen menunjukkan bahwa dorongan belanja masyarakat masih terbatas.

Kepercayaan konsumen juga belum pulih sepenuhnya, tertekan oleh pertumbuhan pendapatan yang tidak merata serta kekhawatiran terhadap biaya hidup.

Dari sisi moneter, kondisi likuiditas disebut menunjukkan perbaikan. Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh 8 persen secara tahunan pada September.

Hal tersebut didorong oleh pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia yang telah memangkas suku bunga acuan sebesar 150 bps (basis poin) sejak September 2024.

Dampak dari pemangkasan suku bunga tersebut mulai terasa, meski penyalurannya ke sektor kredit dan konsumsi masih berlangsung secara bertahap.

Sementara dari sisi fiskal, realisasi belanja pemerintah hingga September baru mencapai 59,7 persen dari target tahunan, dibandingkan 64,7 persen pada periode yang sama tahun lalu.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dorongan fiskal pada kuartal ketiga masih terbatas, tetapi membuka ruang untuk percepatan belanja pada akhir tahun ketika kementerian dan lembaga biasanya mempercepat penyerapan anggaran.

Lalu, investasi disebut tetap menjadi penopang utama pertumbuhan, meskipun mulai menunjukkan tanda perlambatan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved